PONTIANAK - Setelah bawang, kini giliran harga cabe yang meroket. Di Pasar Tradisional Flamboyan harga cabe rawit di kisaran Rp65 ribu perkilogram, sementara harga cabe besar Rp60 ribu perkilogram. Diungkapkan Amir, penjual di pasar tersebut, kenaikan itu sebenarnya sudah berlangsung beberapa pekan lalu, namun, tidak ada keluhan dari konsumen, karena harga cabe naiknya tidak tajam.
"Harga cabe memang mahal. Sudah beberapa minggu ini naik, hanya naiknya tidak tinggi seperti bawang. Naiknya di kisaran lima ribuan,"ÃÂ kata Amir seperti dilansir Pontianak Post (JPNN Grup), Jumat (22/3).
Menurutnya, harga cabe memang tak stabil beberapa bulan ini. Harga jual di pasar tradisonal, tergantung dari produsen. Jika produsen naik, secara otomatis penjual di pasar tersebut juga menaikan harga. "Kami tergantung produsen. Mereka juga impor dari luar,"ÃÂ kata dia.
Menurutnya, jenis cabe lainnya juga mengalami kenaikan, namun tidak signifikan. Kenaikan harga cabe rawit hijau, cabe merah keriting dan hijau naik sekitar dua ribuan rupiah saja per kilogram. "Harga lainnya masih stabil, Cuma cabe rawit yang mahal,"ÃÂ katanya.
Sementara itu, Marni penjual bawang di Pasar Tradisional Flamboyan mengungkapkan, harga bawang sudah berangsur-angsur turun. Saat ini, kata dia, harga bawang putih dan merah di kisaran Rp25 ribuan. "Harga bawang sudah mulai turun, tapi masih cukup mahal. Biasanya kalo stabil dikisaran lima belas ribu sampai dua puluh ribu,"ÃÂ ungkap dia
.
Dia berharap harga bawang terus turun sehingga banyak konsumen yang belanja ke pasar tersebut. "Waktu harga bawang mencapai 40 ribu, yang beli bawang sedikit. Ibu-ibu yang beli disini juga banyak mengeluh. Kasian juga, soalnya saya juga ibu-ibu. Kalo harga bawang mahal, kebutuhan untuk belanja pasti membengkak,"ÃÂ keluh dia.
Menanggapi kenaikan tersebut anggota DPRD Kota Pontianak Mardiana SH mengatakan keprihatinanya. Dia meminta agar pemerintah segera bersikap menanggapi persoalan ini. "Kan kasian masyarakat jika komoditas kebutuhan rumah tangga ini terus naik. Kemarin bawang, sekarang cabe, terus nanti apalagi,"ÃÂ kata dia.
Jika kenaikan tersebut disebabkan oleh lemahnya produksi, dikarenakan karena hasil panen yang sedikit karena faktor cuaca atau faktor lainnya, dia tak mempermasalahkannya. Tapi, kata dia, jika kenaikan itu disebabkan permainan importir atau produsen yang sengaja mencari keuntungan, dia meminta agar Pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian ataupun Perdagangan segera bersikap.
"Kondisi ini yang dirugikan adalah rakyat kecil dan pedagang makanan kecil. Jika naik, pasti kebutuhan untuk rumah tangga jadi membengkak. Saya ibu-ibu dan saya juga masak, jadi saya tahu, apa yang dirasakan ibu-ibu,"ÃÂ ungkap dia. (bdi)
"Harga cabe memang mahal. Sudah beberapa minggu ini naik, hanya naiknya tidak tinggi seperti bawang. Naiknya di kisaran lima ribuan,"ÃÂ kata Amir seperti dilansir Pontianak Post (JPNN Grup), Jumat (22/3).
Menurutnya, harga cabe memang tak stabil beberapa bulan ini. Harga jual di pasar tradisonal, tergantung dari produsen. Jika produsen naik, secara otomatis penjual di pasar tersebut juga menaikan harga. "Kami tergantung produsen. Mereka juga impor dari luar,"ÃÂ kata dia.
Menurutnya, jenis cabe lainnya juga mengalami kenaikan, namun tidak signifikan. Kenaikan harga cabe rawit hijau, cabe merah keriting dan hijau naik sekitar dua ribuan rupiah saja per kilogram. "Harga lainnya masih stabil, Cuma cabe rawit yang mahal,"ÃÂ katanya.
Sementara itu, Marni penjual bawang di Pasar Tradisional Flamboyan mengungkapkan, harga bawang sudah berangsur-angsur turun. Saat ini, kata dia, harga bawang putih dan merah di kisaran Rp25 ribuan. "Harga bawang sudah mulai turun, tapi masih cukup mahal. Biasanya kalo stabil dikisaran lima belas ribu sampai dua puluh ribu,"ÃÂ ungkap dia
.
Dia berharap harga bawang terus turun sehingga banyak konsumen yang belanja ke pasar tersebut. "Waktu harga bawang mencapai 40 ribu, yang beli bawang sedikit. Ibu-ibu yang beli disini juga banyak mengeluh. Kasian juga, soalnya saya juga ibu-ibu. Kalo harga bawang mahal, kebutuhan untuk belanja pasti membengkak,"ÃÂ keluh dia.
Menanggapi kenaikan tersebut anggota DPRD Kota Pontianak Mardiana SH mengatakan keprihatinanya. Dia meminta agar pemerintah segera bersikap menanggapi persoalan ini. "Kan kasian masyarakat jika komoditas kebutuhan rumah tangga ini terus naik. Kemarin bawang, sekarang cabe, terus nanti apalagi,"ÃÂ kata dia.
Jika kenaikan tersebut disebabkan oleh lemahnya produksi, dikarenakan karena hasil panen yang sedikit karena faktor cuaca atau faktor lainnya, dia tak mempermasalahkannya. Tapi, kata dia, jika kenaikan itu disebabkan permainan importir atau produsen yang sengaja mencari keuntungan, dia meminta agar Pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian ataupun Perdagangan segera bersikap.
"Kondisi ini yang dirugikan adalah rakyat kecil dan pedagang makanan kecil. Jika naik, pasti kebutuhan untuk rumah tangga jadi membengkak. Saya ibu-ibu dan saya juga masak, jadi saya tahu, apa yang dirasakan ibu-ibu,"ÃÂ ungkap dia. (bdi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Biaya Umrah Naik Lagi
Redaktur : Tim Redaksi