Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengatakan, sebelum terjun bebas di kisaran harga Rp 9.120 per kg, penurunan sudah terasa. Selama beberapa kali tender, penawaran tertinggi secara berturut-turut terus melorot dari Rp 9.975 per kg menjadi Rp 9.325 per kg.
"Karena itu, pada pelaksanaan tender kami sempat melakukan pending dan berharap harga beranjak naik," ungkap Soemitro kemarin. Tapi di luar perkiraan, harga malah terus merosot. Menurut dia, kalaupun harga gula turun lantaran stok berlebih pada musim giling, seharusnya turunnya tak sedrastis sekarang. "Bahkan, dalam proses tender ada yang menawar sampai Rp 8.850 per kg," tambahnya.
Menurutnya, pedagang memang begitu khawatir soal penjualan gula. Kekhawatiran itu muncul tatkala pemerintah mengumumkan telah mengizinkan impor raw sugar sebanyak 260 ribu ton. Gula mentah itu untuk mengisi idle capacity pabrik gula berbasis tebu. Sehingga, bisa mendongkrak produksi sebesar 1,1 juta ton untuk konsumsi Januari-Juli 2013.
Kebijakan yang melibatkan Bulog sebagai buffer stock untuk komoditas gula pun membuat petani sedikit resah. Memang belum ada rumusan pasti soal mekanisme pembelian gula oleh Bulog. Tapi, pedagang khawatir perusahaan pelat merah itu akan membeli gula langsung dari petani dengan harga sesuai HPP yakni Rp 8.100 per kilogram. "Kami usulkan agar pembelian gula oleh Bulog tetap lewat lelang terbuka. Sehingga mengacu pada mekanisme pasar," tutur Soemitro. (res/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Masih Dikeluhkan, Askes Diminta Serius Layanani ke Masyarakat
Redaktur : Tim Redaksi