“Awalnya dihargai 435 USD per ton pada Januari lalu, kini bertengger di 520 USD per ton,” katanya, kepada wartawan, Jumat (27/7), di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Dijelaskan, kelangkaan terjadi karena persediaan kedelai negeri ini sangat tergantung impor. Ini menyebabkan industri lokal rentan gejolak harga. Menurut dia, ketergantungan terhadap impor merupakan cermin dari ketidakmampuan pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan nasional.
“Dan dikhawatirkan akan menimbulkan gejolak sosial mengingat pangan merupakan hal yang fundamental,"kata dia.
Seperti diketahui, produksi kedelai tahun ini diperkirakan mencapai 900 ribu ton. Angka produksi tersebut masih kurang 1,7 ton untuk memenuhi kebutuhan nasional yang mencapai 2,6 juta ton. Menurut Setya, jika dibiarkan maka setiap tahunnya Indonesia akan tergantung impor . “Sehingga rentan gejolak kenaikan harga yang akan mengancam industri kecil," ujar dia.
Setya khawatir kenaikan harga kedelai saat ini sudah identik dengan praktek kartel. Ia meminta pemerintah mengatasi permasalahan ini. Dia juga mengingatkan, dalam jangka pendek untuk mencegah terjadinya permainan segelintir importir, seharusnya pemerintah memberikan kesempatan atau akses lebih kepada koperasi atau industri kecil dan menengah untuk mengimpor sendiri.
Jika pola ini bisa diatasi maka ketergantungan Indonesia terhadap impor kedelai Amerika dapat diatasi. "Sesungguhnya masih banyak sumber-sumber baru kedelai impor seperti dari Argentina, Brazil, yang lebih murah menjadi pilihan,"tegasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Impor Kedelai Diperketat
Redaktur : Tim Redaksi