jpnn.com, JAKARTA - Harga minyak goreng bikin emak-emak harus menambah uang belanja bulanan.
Hal itu dirasakan oleh Rini Kurnia (36).
BACA JUGA: Harga Minyak Goreng Terus Bergerak Naik, Ada Apa ya?
Menurut Rini, harga minyak goreng akhir-akhir ini melambung.
Dia mengatakan untuk minyak goreng kemasan bermerek terkenal seperti Sania bahkan dibanderol di atas Rp 32 ribu per dua liter.
BACA JUGA: Harga Minyak Goreng Menanjak Signifikan, Disusul Kenaikan Cabai dan Bawang
"Cari yang termurah itu yang biasanya saya beli di atas Rp 30 ribu. Akhirnya beli yang satu liter dulu Rp 16.800 per pack," ujar Rini kepada JPNN.com, di Jakarta, Kamis (28/10).
Kenaikan harga juga membuat pedagang merasa kebingungan untuk mengambil margin.
BACA JUGA: Harga Cabai, Minyak Goreng, hingga Gula Pasir Merangkak Naik
Salah satu pedagang sembako Ahmad (52) mengaku resah dengan kenaikan harga minyak goreng.
Saat ini, lanjut Ahmad, harga modal untuk minyak goreng curah sudah menyentuh level Rp 17.500 per kilogram.
"Paling bisa mengambil margin Rp 1.000 per kilogram, saya jual Rp 18.500 per kilogram," kata dia.
Kemudian harga minyak kemasan per liter dengan merek biasa dijual dengan harga Rp 17.500 per liter, sedangkan modalnya Rp 16 ribu per liter.
"Sulit mengambil margin, itu hanya Rp 1.000 tidak menghitung tenaga mengemas dan juga plastik untuk membungkus," beber dia.
Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengatakan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan Kementerian Perdagangan untuk minyak goreng curah sebetulnya Rp 12 ribu hingga Rp 13 ribu per kilogram.
"Harga HET sudah tidak bisa diterapkan, terakhir itu harga segitu setengah tahun atau tahun lalu lah," ungkapnya saat dikonfirmasi JPNN.com.
Dia juga menyatakan merangkaknya harga minyak goreng belum diperbaiki.
"Sampai detik ini belum ada tanda-tanda turun, malah di pasar di DKI Jakarta ada yang Rp 20 ribu, jadi persoalan sebetulnya," kata Mansuri.
Mansuri berharap Kemendag mampu turun tangan mengatasi harga minyak goreng sebelum mencekik masyarakat.
"Saya harapkan Kemendag turun tangan jangan sampai ada spekulasi," kata dia.
Dia juga mengusulkan adanya pertemuan stackeholder dalam penanganan minyak goreng. Karena, ada persoalan stok dan harga yang harus ditangani.
"Jadi ada data berapa stoknya dan berapa demand untuk mengatasi ke depannya. Bagaimana langkahnya," ungkap dia.
IKAPPI juga meminta pemerintah berpikir jauh ke depan agar Indonesia sebagai negara produsen terbesar minyak sawit tidak kekurangan minyak goreng.
"Masa sih enggak ada potensi kita produksi minyak goreng sendiri dengan sumber daya kita," tegas Mansuri. (mcr10/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Elvi Robia