JAMBI – Ini kabar gembira bagi petani di provinsi Jambi. Harga dua komoditas unggulan Jambi, yakni sawit dan karet mulai naik. Pantauan koran ini di lapangan, yakni di Sarolangun, harga karet sudah Rp 10.000 per Kg. Kemudian harga sawit Rp.1000 per Kg. Naiknya harga karet dan sawit ini paling tidak bisa mensupport perekonomian petani yang sudah lama terpuruk.
“Memang sebelum harga karet dan sawit mengalami penaikan, warga sempat cemas akan memenuhi kebutuhan kehidupan keluarga. Karena penghasilan tak memenuhi,’’ ujar petani Sarolangun, Jasman, Minggu (24/3)
Sementara itu, setelah krisis bawang putih mereda kini giliran harga cabai yang merangkak naik. Di pasaran harga cabai saat ini mencapai Rp 50 ribuan padahal biasanya sekitar Rp 28 ribuan. Menurut Dewan Hortikultura Nasional Benny Kusbini, kenaikan harga cabai itu dikarena masa panen yang mundur.
"Awalnya pembibitan dimulai Januari lalu, dan bisa dipanen Maret atau April. Karena ada banjir rusak semua, jadi mulai pembibitan Febuari. Itu bisa dipanen sekitar Mei nanti," terangnya.
Stok cabai yang menipis, lanjut benny, membuat pedagang kesulitan mendapat pasokan dan harga pun naik. Ia memprediksi harga cabai nanti, bisa menyamai harga bawang ketika naik kemarin atau mencapai Rp 80 ribu. Tapi bakal kembali normal seiring dengan masa panen.
Selain itu ia juga mencatat, produksi cabai tahun ini bakal menurun karena cuaca ekstrim yang terjadi. Berdasarkan laporan dari beberapa sentra cabai yang ia hubungi, penurunan luas area panen saat ini sudah mencapai 40 persen. Sehingga ia memprediksi hasil panen itu bisa dinikmati hingga Agustus mendatang. "Bulan berikutnya sudah musim kemarau, jadi harga bakal kembali naik," ujarnya.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran berkata, lonjakan harga cabai mulai terjadi minggu kemarin. Saat ini, rata-rata harga cabai di wilayah Jabodetabek mencapai Rp 45-50 kg per kilogram.
Kenaikan harga cabai baru terjadi pada jenis cabai rawit. Sementara cabai jenis lain masih normal. Misalkan saja cabai merah keriting masih berkisar Rp 22 ribuan. Namun berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kenaikan cabai bersifat menular. "Jika satunya naik, pasti lainnya bakal ikut naik juga," katanya.
Menanggapi lonjakan harga cabai, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengaku saat ini pihaknya sedang memeriksa lebih lanjut demand dan supply cabai. Untuk itu pihaknya bakal mengumpulkan data dari distributor dan pelaku usaha lainnya untuk mengecek pasokan. Jika memang dinilai kurang akan dikaji lagi apakah perlu mengimpor. Namun Gita berharap itu tak perlu diilakukan.
Gita berkata, penyikapan komoditas cabai berbeda dengan bawang. Selama ini cabai dipenuhi oleh produksi dalam negeri, sedangkan bawang putih 95 persennya diimpor.
Prediksinya, harga cabai yang saat ini terjadi lebih pada maslah produksi. Cuaca ekstrim yang melanda awal bulan lalu membuat keterlambatan panen. "April nanti di Brebes sudah panen, sehingga harga akan turun. Dan Mei akan lebih banyak lagi yang panen," terangnya.
Ia menambahkan, harga cabai yang saat ini sedang merangkak naik lebih berbahaya ketimbang harga bawang. Sebab, dalam porsi penyumbang inflasi, kontribusi cabai lebih besar dibanding bawang. "Jika ini terus terjadi bisa berbahaya terhadap inflasi Maret. Akan kami hitung seperti apa bobotnya," terangnya saat ditemui di kantornya kemarin.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofyan Wanandi menghimbau pemerintah segera bertindak cepat menyikapi harga cabai sebelum terlambat seperti bawang. "Saya pikir sebaiknya dilakukan impor," terangnya. Kenaikan harga capai akan memberikan dampak yang cukup signifikan terutama bagi kalangan pengusaha yang bergerak di bidang makanan. (cr4/uma)
“Memang sebelum harga karet dan sawit mengalami penaikan, warga sempat cemas akan memenuhi kebutuhan kehidupan keluarga. Karena penghasilan tak memenuhi,’’ ujar petani Sarolangun, Jasman, Minggu (24/3)
Sementara itu, setelah krisis bawang putih mereda kini giliran harga cabai yang merangkak naik. Di pasaran harga cabai saat ini mencapai Rp 50 ribuan padahal biasanya sekitar Rp 28 ribuan. Menurut Dewan Hortikultura Nasional Benny Kusbini, kenaikan harga cabai itu dikarena masa panen yang mundur.
"Awalnya pembibitan dimulai Januari lalu, dan bisa dipanen Maret atau April. Karena ada banjir rusak semua, jadi mulai pembibitan Febuari. Itu bisa dipanen sekitar Mei nanti," terangnya.
Stok cabai yang menipis, lanjut benny, membuat pedagang kesulitan mendapat pasokan dan harga pun naik. Ia memprediksi harga cabai nanti, bisa menyamai harga bawang ketika naik kemarin atau mencapai Rp 80 ribu. Tapi bakal kembali normal seiring dengan masa panen.
Selain itu ia juga mencatat, produksi cabai tahun ini bakal menurun karena cuaca ekstrim yang terjadi. Berdasarkan laporan dari beberapa sentra cabai yang ia hubungi, penurunan luas area panen saat ini sudah mencapai 40 persen. Sehingga ia memprediksi hasil panen itu bisa dinikmati hingga Agustus mendatang. "Bulan berikutnya sudah musim kemarau, jadi harga bakal kembali naik," ujarnya.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran berkata, lonjakan harga cabai mulai terjadi minggu kemarin. Saat ini, rata-rata harga cabai di wilayah Jabodetabek mencapai Rp 45-50 kg per kilogram.
Kenaikan harga cabai baru terjadi pada jenis cabai rawit. Sementara cabai jenis lain masih normal. Misalkan saja cabai merah keriting masih berkisar Rp 22 ribuan. Namun berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kenaikan cabai bersifat menular. "Jika satunya naik, pasti lainnya bakal ikut naik juga," katanya.
Menanggapi lonjakan harga cabai, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengaku saat ini pihaknya sedang memeriksa lebih lanjut demand dan supply cabai. Untuk itu pihaknya bakal mengumpulkan data dari distributor dan pelaku usaha lainnya untuk mengecek pasokan. Jika memang dinilai kurang akan dikaji lagi apakah perlu mengimpor. Namun Gita berharap itu tak perlu diilakukan.
Gita berkata, penyikapan komoditas cabai berbeda dengan bawang. Selama ini cabai dipenuhi oleh produksi dalam negeri, sedangkan bawang putih 95 persennya diimpor.
Prediksinya, harga cabai yang saat ini terjadi lebih pada maslah produksi. Cuaca ekstrim yang melanda awal bulan lalu membuat keterlambatan panen. "April nanti di Brebes sudah panen, sehingga harga akan turun. Dan Mei akan lebih banyak lagi yang panen," terangnya.
Ia menambahkan, harga cabai yang saat ini sedang merangkak naik lebih berbahaya ketimbang harga bawang. Sebab, dalam porsi penyumbang inflasi, kontribusi cabai lebih besar dibanding bawang. "Jika ini terus terjadi bisa berbahaya terhadap inflasi Maret. Akan kami hitung seperti apa bobotnya," terangnya saat ditemui di kantornya kemarin.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofyan Wanandi menghimbau pemerintah segera bertindak cepat menyikapi harga cabai sebelum terlambat seperti bawang. "Saya pikir sebaiknya dilakukan impor," terangnya. Kenaikan harga capai akan memberikan dampak yang cukup signifikan terutama bagi kalangan pengusaha yang bergerak di bidang makanan. (cr4/uma)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tahun Ini, Indonesia Jawara Produksi Kakau Olahan
Redaktur : Tim Redaksi