jpnn.com, JAKARTA - Anjloknya harga beli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang mencapai Rp 600 hingga Rp 880 per kilogram menjadi perhatian Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet).
Sebab, anjloknya harga TBS itu menyebabkan pekerjaan panen dan perawatan kebun kelapa sawit berkurang hingga berhenti.
BACA JUGA: Bamsoet Dorong Penuntasan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual
Bahkan, industri kelapa sawit berpotensi melakukan efisiensi pengurangan tenaga kerja akibat rendahnya harga dan stok minyak yang melimpah.
Bamsoet mendorong Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencari solusi meningkatkan harga TBS ataupun minyak kelapa sawit.
BACA JUGA: DPR: Kesetiaan kepada Kedaulatan NKRI Jadi Taruhan
"Serta melakukan antisipasi harga minyak sawit yang turun akibat dampak perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok, serta bea masuk ekspor ke India yang naik hingga 57 persen," ungkap Bansoet, Senin (26/11).
Bamsoet mendorong Kemendag untuk melakukan promosi baik minyak mentah ataupun olahan kelapa sawit produksi Indonesia. Serta meningkatkan kerja sama perdagangan dengan negara-negara lain untuk menyerap minyak sawit produksi Indonesia.
BACA JUGA: Bamsoet: Kunci Hemat Biaya Pemilu adalah Digitalisasi
Selain itu, Bamsoet juga mendorong Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) terus memberikan bimbingan kepada perusahaan dan petani mengenai tata cara pengolahan kelapa sawit yang sesuai standar.
"Serta memastikan kualitas minyak sawit Indonesia sesuai dengan standar internasional dan mampu bersaing dengan minyak sawit produksi negara lain," ungkap legislator Partai Golkar, itu.
Dia meminta Kementerian ESDM segera mengefektifkan pelaksanaan program Biodiesel 20 persen atau B-20 guna memaksimalkan penyerapan minyak sawit dalam negeri yang saat ini memiliki stok melimpah. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua DPR Beber Strategi Hemat Anggaran Pemilu
Redaktur & Reporter : Boy