Menurut Iis, kenaikan harga telur ayam sudah berlangsung sejak satu bulan kebelakang, akan tetapi harga telur naik menjadi Rp 18400 baru berlangsung dua minggu kebelakang. Naiknya harga telur ayam selain dikarenakan cuaca yang tidak menentu, yang berdampak langsung terhadap pasokan telur ke setiap pasar dari peternak maupun distributor.
“Sekarang harga eceran yang biasa Rp 1000 menjadi Rp 1500,” jelasnya saat ditemui Radar (Grup JPNN), Selasa (29/1).
Dengan naiknya harga ayam, lanjut dia, jelas sangat mempengaruhi terhadap penjualan telur ayam. Berkurangnya penjualan bisa mencapai 30 persen, dimana jika harga telur ayam normal, penjualan bisa mencapai tiga kuintal, sedangkan untuk harga yang cukup tinggi, penjualan dalam satu harinya hanya mencapai dua kuintal.
Maman pedagang lainya menambahkan, selain naiknya harga telur ayam, harga telur bebeknya mengalami kenaikan bahkan hampir jarang dan langka, dikarenan banyaknya flu itik yang menyerang bebek-bebek petelur. Selain itu juga harga telur bebek mengalami kenaikan daro Rp 1400 per biji menjadi Rp 1700 perbiji.
“pasokan telur bebek sangat sulit,” ungkapnya.
Agus mengaku sangat keberatan dengan kenaikan harga telur, kana tetapi, pihaknya tidak bisa berhenti untuk membeli telur, karena telur merupakan kebutuhan makanan untuk keluarga yang merupakan giji tambahan. Seharusnya, ada kebijakan dari pemerintah untuk bisa menyetabilkan harga sembako yang bisa dibilang untuk kalangan menengah ke bawah.
“Beli telur tidak setiap hari, tetapi meskipun harga telur naik, tidak bisa berhenti membeli,” singkatnya. (mg3)
BACA ARTIKEL LAINNYA... November, PT Inalum Milik Indonesia 100 Persen
Redaktur : Tim Redaksi