Hari Batik Nasional, Sapawastra Tampilkan Gaya Berbatik Kekinian

Selasa, 04 Oktober 2022 – 22:09 WIB
Hari Batik Nasional, Sapawastra Tampilkan Gaya Berbatik Kekinian. Foto: dok. Sapawastra

jpnn.com, TANGSEL - Berbagai kelompok masyarakat pencinta batik merayakan Hari Batik Nasional yang diperingati pada 2 Oktober dengna beragam kegiatan.

Salah satu perkumpulan pencinta kain nusantara, Sapawastra turut mengambil bagian dengan melakukan kampanye agar batik terus lestari dan diterima kalangan muda.

BACA JUGA: Pesona Batik Nusantara Hadirkan Karya Desainer-desainer Ternama

Belasan perempuan tampil berkain batik lama dipadan dengan kebaya kembang desa bertajuk “lawas gak lawasan”,  sebagai upaya peninggalan tradisi tetap bisa dipakai dalam keseharian.

Nury Sybli, sang inisiator kegiatan mengajak perempuan memakai batik dan kebaya di berbagai kesempatan dengan berbagai gaya yang chic, kasual tanpa meninggalkan unsur tradisi.

BACA JUGA: Begini Cara Polda Riau Melestarikan Batik Indonesia

"Memakai batik tak harus diwiron, begitu juga kebaya tak melulu harus dengan sanggulan,” papar Nury, Founder Sapawastra di Warung Tuman, BSD, Tangerang Selatan.

Perempuan yang hadir tampil dengan aneka kebaya kembang, batik lawas dari berbagai daerah, seperti Lasem, tiga negeri, pekalongan, sogan, dan lainnya.

BACA JUGA: Turut Lestarikan Batik, Puan Hingga Irana Jokowi Ikuti Parade Kebaya di Solo

Uniknya, mereka memadukan dengan alas kaki sneaker, sepatu boots dengan aksesoris obi dan kemben, bahkan kaus kaki panjang.

Nury sengaja mendandani teman-temannya sebagai upaya menginspirasi perempuan lainnya bahwa berkebaya bisa untuk bergaya.

"Berkain batik lawas juga bisa untuk busana kerja atau menikmati secangkir kopi dengan teman,” kata Nury yang aktif mengampanyekan wastra tenun nusantara.

Pada kegiatan tersebut, Nury juga turut mengajak putrinya, Ni (Luh) D.Tanaamahu Samudra memakai kebaya dan batik lawas.

Bocah tiga tahun itu memakai kebaya kembang dan batik lawas Solo. Ini bukan kali pertama dia memakai batik dan kebaya.

“Sejak usia 6 bulan saya mulai mengenalkan kebaya, batik dan tenun. Kebetulan saya mengasuh sendiri, jadi, di banyak kegiatan berkain nona Ni selalu turut serta dan mau didandani berkain. Ini bagian dari sekolahnya dia,” terang Nury yang juga aktif di dunia literasi anak. 

Diketahui, Batik merupakan salah satu wastra nusantara atau kain tradisional yang sudah diakui dunia melalui UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi atau Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity sejak 2 Oktober 2009. (jlo/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler