Dari pengembangan penangkapan keduanya, polisi lalu membekuk enam orang lainnya yaitu K (43) IP (30), N (46), FN (18), BN (24), P (29). Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, umumnya para terduga teroris ini bertempat tinggal di Surakarta.
"Mereka merupakan kelompok terkait bom yang ada di Beji maupun yang di Tambora, rumah Thorik. Mereka adalah orang-orang yang pernah dilakukan upaya penangkapan saat pelatihan di Poso, tapi berhasil meloloskan diri," kata Boy saat jumpa pers di Mabes Polri, Sabtu (22/9).
Menurut Boy setelah menangkap Barderi tim Densus 88 kemudian melakukan penelusuran kepemilikan sejumlah bahan peledak, dan bom yang masih aktif. Hingga saat ini masih berlangsung pemeriksaan terhadap lokasi penangkapan Rudi dan Barderi. Di kediaman Barderi, di desa Griyan Panjang, Kecamatan Laweyan ditemukan sebelas detonator, pipa chasing yang digunakan untuk bom pipa. Selain itu juga bahan-bahan kimian untuk membuat bom yaitu pupuk urea, belerang, dan beberapa campuran kimia lainnya. Ada juga sejumlah dokumen pribadi miliknya, dan buku tentang jihad.
Sementara itu di lokasi kedua ditemukan bom cair nitrogliserin, dan empat bom pipa aktif, serta campuran untuk bahan peledak yang belum digunakan.
"Kita masih ada satu lokasi lagi yang masih dilakukan pemeriksaan di wilayah Kelurahan panjang yang terkait saudara N (46). Saya belum dapatkan hasil laporan penggeledahannya seperti apa," sambung Boy.
Saat ini delapan orang tersebut sedang menjalani pemeriksaan di wilayah Jawa Tengah. Belum dipastikan akan ditahan di Jawa Tengah atau di Jakarta. Pasalnya polisi mencari barang bukti lainnya yang diduga disembunyikan para pelaku tersebut.(flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ungkap Kembali Kejahatan Perang Belanda
Redaktur : Tim Redaksi