Hari Jadi ke-65 Riau, 12 Tokoh Dianugerahi Gelar Pejuang Bumi Lancang Kuning, Ini Daftarnya

Selasa, 09 Agustus 2022 – 23:22 WIB
Penganugerahan penghargaan berupa gelar Pejuang Bumi Lancang Kuning kepada 12 tokoh melalui ahli warisnya pada sidang istimewa Hari Jadi ke-65 Provinsi Riau di Ruang Rapat Paripurna DPRD Riau, Selasa (9/8). Foto : Rizki Ganda Marito/JPNN

jpnn.com, PEKANBARU - Sebanyak 12 tokoh masyarakat Riau dianugerahi penghargaan sebagai pejuang Bumi Lancang Kuning.

Penghargaan tersebut diberikan bertepatan dengan peringatan Hari Jadi ke-65 Provinsi Riau pada Selasa (9/8).

BACA JUGA: Ada Masalah Serius, Staf Khusus Menteri Hukum dan HAM Sampai Datang ke Riau, Ternyata

Pemberian gelar pejuang Bumi Lancang Kuning itu diberikan ke-12 tokoh tersebut setelah dilakukan kajian oleh Tim Peneliti dan Pengkajian Gelar Daerah (TP2GD) Provinsi Riau.

Ke-12 nama diumumkan sebagai tokoh pejuang Riau, yang terdiri dari juru damai kerusuhan besar antara pribumi dan etnis Tionghoa hingga ulama Melayu.

BACA JUGA: Jelang Hari Jadi ke-65 Riau, Pemprov Gelar Acara Menarik, Catat Tanggalnya

Tokoh pejuang Bumi Lancang Kuning yang pertama adalah Herman Abdulah, sosok wali kota yang banyak melakukan pembenahan Kota Pekanbaru.

Pada masa pemerintahannya, Pekanbaru berhasil meraih piala Adipura 7 kali berturut-turut.

Herman Abdullah juga memperoleh piala Wahana Tata Nugraha dan berhasil mengundang investor luar untuk investasi di Pekanbaru dan banyak penghargaan lain selama menjabat.

Kedua adalah Peltu TNI (Purn) Ali Usman.

Sebagai seorang prajurit, Ali Usman dinilai berjuang mempertahankan kemerdekaan dan setia mengabdikan diri bagi negara di manapun ditempatkan.

Urutan ketiga ada Letjen TNI (Purn) H Syarwan Hamid yang merupakan tokoh nasional asal Duson Pusako, Siak.

Berlatar belakang militer reformis, Syarwan telah mengawal transisi orde baru ke era reformasi yang berperan mewujudkan cikal bakal otonomi daerah.

Atas perannya, Syarwan juga mampu memperjuangkan terbentuknya daerah-daerah otonom baru di Provinsi Riau.

Hal itu juga membuat Lembaga Adat Melayu Riau memberikan penganugerahan gelar kehormatan adat tertinggi, yaitu Datuk Lela Setia Negara.

Kemudian Hj Roslaini Ismail Suko, tokoh perempuan yang mendapat penghargaan karena semasa hidupnya selalu mengabdikan dirinya untuk keluarga dan masyarakat.

Roslaini bahkan kerap melakukan kegiatan sosial, pendidikan dan budaya.

Dia juga aktif hingga berdirinya Pusat Data dan Informasi Perempuan Riau sebagai bukti baktinya.

Lalu Syekh Ya'qub adalah ulama Melayu Riau yang memiliki kedalaman dan keluasan ilmu agama.

Pemikiran inovasi beliau tentang pendidikan tidak ubahnya, seperti menggali mutiara yang terpendam.

Syekh Ya'qub juga menjadi penggagas dari potret berdirinya pendidikan madrasah dan menjadi tindakan langka pada masa itu.

Selanjutnya Syekh Umar, tokoh ulama dan tekenal mengembangkan ajaran Islam dan kehidupan sosial di Dumai dan sekitarnya.

Bahkan karena nilai-nilai ajaran yang dibawa, Syekh Umar juga populer hingga ke Negeri Jiran, Malaysia.

Tokoh asal Bantan, Bengkalis, KH Imam Bulqin, tokoh penting penantang kembalinya para penjajah dari Belanda.

Imam Bulqin juga mendirikan laskar rakyat untuk bergabung dengan TNI dan ikut berperang pada tahun 1948 atas Perang Basosoh.

Urutan ke delapan, ada Datuk Haroen Syah, yang dikenal sebagai tokoh yang selama hidupnya ikut mempertahankan kemerdekaan RI dan pembangunan Riau.

Haroen Syah tercatat sebagai salah satu pendiri LAM Riau dan juru damai kerusuhan besar antarpribumi dan etnis Tionghoa di Bagansiapiapi, Rokan Hilir.

Haroen Syah juga ikut dalam pemindahan ibu kota Kabupaten Kampar dari Pekanbaru ke Bangkinang, termasuk ikut membuka Desa Gema di Kampar yang kini dikenal sebagai desa budaya.

Kesembilan ada Kapten Saidina Ali, Putra Taluk Kuantan ini merupakan pejuang dalam perang kemerdekaan pada 1945-1949.

Pascapengakuan kedaulatan, Saidina menjadi Wakil Bupati Militer di Indragiri dan mengabdi sebagai kepala jawatan sosial di Indragiri dan Kampar hingga purnabakti.

Kesepuluh, Syekh Mustafa adalah ulama yang besar mengembangkan ajaran islam melalui pendidikan, dakwah hingga praktik terekat Naqsabandiah.

Kesebelas, Abdul Rivaie Rachman, tokoh asal Indragiri Hulu yang dikenal sebagai birokrat dan teknorat yang unggul, berkomitmen dan konsekuen untuk pembangunan Riau.

Bahkan dengan keahliannya Rivaie sampai dijuluki sebagai 'tokoh dalam segala hal'.

Terakhir ada Wan Sulung, seorang saudagar kaya asal Selatpanjang.

Wan masuk salah satu pejuang kemerdekaan, Wan juga diutus ke Pekanbaru agar memastikan Kemerdekaan RI.

Wan juga membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat di Bengkalis pasca kemerdekaan.

Bahkan ia kerap membagikan barang dagangannya, seperti beras dan gula untuk masyarakat.

Penghargaan itu diterima oleh perwakilan ahli waris di Ruang Rapat Paripurna DPRD Riau, Selasa (9/8), dalam rangka HUT Ke-65 Provinsi Riau.

"Pemerintah Provinsi Riau memberikan penghargaan kepada 12 tokoh pejuang untuk Provinsi Riau tahun 2022,” ucap Ketua DPRD Riau Yulisman.

Kemudian penghargaan diberikan langsung oleh Gubernur Riau Syamsuar kepada ahli waris 12 tokoh pejuang Riau itu. (mcr36/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Rizki Ganda Marito

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler