Hari Kartini: Perjuangan Para Srikandi Manggala Agni, Tak Gentar Melawan Panasnya Api Karhutla

Selasa, 21 April 2020 – 10:43 WIB
Srikandi Manggala Agni sedang memadamkan titik api. Foto: KLHK

jpnn.com, RIAU - Peringatan Hari Kartini setiap 21 April mengingatkan kita tentang perjuangan kaum perempuan Indonesia.

Raden Ajeng Kartini adalah sosok yang dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.

BACA JUGA: Manggala Agni KLHK Berjuang Cegah Karhutla dan COVID-19

Perjuangan Raden Ajeng Kartini bertujuan untuk menjadikan wanita cakap dalam menjalankan kewajiban dan memperoleh hak sebagai wanita yang harus dihormati, dihargai, dan dilindungi dari berbagai kekerasan dan ancaman.

Bukan menjadikan wanita sebagai seorang yang melalaikan dan meninggalkan tanggung jawabnya.

BACA JUGA: Menteri Siti Nurbaya: Manggala Agni Sangat Pantas Disebut Patriot

Perjuangan sosok kartini penjaga hutan pun bisa kita lihat seperti yang dilakukan para Srikandi Manggala Agni KLHK.

Salah satu srikandi itu adalah Gustia Ningsih yang akrab disapa Neneng (35). Neneng berjuang mengendalikan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan tergabung sebagai anggota Daops Manggala Agni Sumatera VI/Siak, Riau, sejak 2005 silam.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Puluhan Orang Istana Positif Corona, Perintah Baru Kapolri, Kami tidak Main-Main

Srikandi Manggala Agni. Foto: KLHK

Ibu tiga anak yang sudah 15 tahun mengabdi sebagai anggota Manggala Agni Daops Sumatera VI/Siak ini sudah merasakan manis pahitnya upaya pengendalian karhutla.

Provinsi Riau merupakan provinsi rawan karhutla di Indonesia. Hal ini memberikan pengalaman tersendiri bagi anggota Manggala Agni di Provinsi Riau, termasuk Neneng.

Tugas pokok Neneng sehari-hari adalah sebagai pemantau deteksi dini. Pantauannya meliputi wilayah Kabupaten Siak, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kepulauan Meranti.

Selain itu Neneng juga bertugas mengatur papan Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran (SPBK), dan mengurus administrasi kantor Daops Manggala Agni Sumatera VI/Siak.

Namun, tidak jarang Neneng ikut terjun ke lapangan untuk melaksanakan patroli pencegahan dan pemadaman karhutla.

Neneng menuturkan sosok Kartini cukup memberikan motivasi dirinya untuk ikut bergerak bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan tanpa melalaikan dan meninggalkan tanggung jawab sebagai ibu yang baik dan istri yang patuh terhadap suami.

“Kartini memberikan inspirasi tersendiri bagi saya, bahwa wanita bisa berperan dalam semua hal, termasuk dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan sebagai Manggala Agni,” tambah Neneng.

"Misalkan, saat terjadi kebakaran hutan dan lahan di Siak 2019 kemarin. Kami sebagai Manggala Agni tentu harus terjun langsung untuk melakukan pemadaman karhutla sampai beberapa hari,” jelas Neneng.

Srikandi Manggala Agni. Foto: KLHK

Meski Manggala Agni didominasi laki-laki, hal ini tidak membuatnya merasa minder. Pada saat pemadaman karhutla, Neneng juga siap berjalan puluhan kilometer untuk menuju titik api, mengangkat gulungan selang, serta memegang nozzle di depan berhadapan langsung dengan api.

“Waktu melakukan pemadaman saya pernah terperosok gambut karena kebakaran saat itu di selimuti asap yang sangat tebal," tambah Neneng

“Beban yang paling berat biasanya meninggalkan keluarga, anak-anak, karena kalau masuk hutan tidak ada sinyal handphone sehingga untuk sekedar bertanya kabarpun susah sekali," ungkap Neneng.

Tidak lupa, ibu dari tiga anak ini juga berpesan pentingnya untuk memaknai Hari Kartini setiap hari. "Kaum wanita saat ini dituntut menjadi wanita yang berbudi luhur, pandai dan berani. Mereka mendapatkan hak untuk mengambil peran dalam berbagai bidang, tetapi tidak melupakan kewajibannya untuk merawat keluarga dan menghargai suaminya,” tutur Neneng.

Selain Neneng, di Daops Manggala Agni Kalimantan III/Pangkalan Bun, Kalimantan tengah, juga muncul kartini muda lainnya yang bergerak dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan yaitu Miftahul Jannah, atau yang akrab di panggil Metha (30 tahun).

Metha bergabung menjadi anggota Manggala Agni sejak 2015 lalu. Background Metha sebagai seorang perawat sangat dibutuhkan pada saat pemadamaan karhutla.

Pengalaman pemadaman dan berhari-hari di dalam hutan sering Metha dapatkan. Bahkan perannya bertambah bukan hanya seorang pemadaman, Metha juga bersiaga untuk merawat rekan-rekan Manggala Agni yang mengalami cidera saat pemadaman.

Metha juga menuturkan mereka hanyalah salah sedikit dari wanita di Indonesia yang mengambil peran dalam kelestarian lingkungan sebagai Manggala Agni.

"Semoga wanita Indonesia tak pantang menyerah dan semangat untuk meneruskan perjuangannya Ibu Kartini dalam membangun negeri ini. Saya yakin di luar sana masih banyak sosok wanita hebat Indonesia yang berjuang untuk keluarga, negara dan lingkunganya yang memIliki semangat emansipasi Ibu Kartini," ungkap Metha. (jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler