Harimau Diduga Alami Gangguan Syaraf

Sabtu, 16 Maret 2013 – 12:23 WIB
JAMBI- Harimau yang sudah sebulan terakhir meresahkan masyarakat diduga mengalami gangguan syaraf. Sebab, perubahan prilaku Harimau ini sangat aneh. Hal ini disampaikan dr hewan Wisnu, yang juga praktisi satwa liar dalam jumpa pers yang digelar BKSDA, Jumat (15/3). Hanya saja, ini merupakan dugaan sementara dari dirinya.

Dikatakannya, Harimau biasanya menghindar dari kerumunan manusia. Berbeda dengan Harimau yang satu ini, justru memasuki pemukiman. Sedangkan posisi terakhir Harimau tersebut diketahui sudah ada di perbatasan Jambi-Sumsel.

Bukan itu saja, menurutnya, jika harimau memangsa buruannya, harusnya langsung dihabiskan. Atau, sambungnya, jika tak dihabiskan sekaligus, harimau akan mengulanginya lagi.

“Nah ini kan berbeda. Kalau ketemu orang kan hanya dilukai saja, bukan dimangsa. Ini prilaku tak normal. Saya kira ada penyakit. Namun belum tahu apa. Apakah ada parasit di darahnya atau terjangkit virus dan lainnya. Nanti kalau sudah tertangkap akan kita periksa dan ambil sampel darahnya. Kemungkinan jaringan sarafnya terganggu,” katanya di hadapan sejumlah wartawan.

Dikatakannya juga, perubahan prilaku ini juga seperti dibuat-buat. Akan tetapi, perubahan prilaku ini bukan hanya terjadi di Jambi saja. Di negara lain, katanya, seperti di Siberia, Vietnam dan beberapa lainnya juga ditemukan hal serupa.

“Nanti di lihat apakah itu penyakit. Dugaan sementara ini hal itu dikarenakan kontak antara hewan seperti dengan anjing atau kucing. Seperti penyakit kenain distemper. Namun, itu penyakit yang ditularkan hewan rumahan seperti anjing dan kucing. Kita belum tahu pasti,” sebutnya.

Sementara itu, Bastomi, tim ahli satwa liar dari Jakarta menerangkan, upaya penanganan konflik satwa liar dengan manusia yang terjadi di Jambi sudah luar biasa. Dirinya mengatakan, memang Harimau yang saat ini berkeliaran dan meresahkan warga ini tak normal.

Menurutnya, jika menangani Harimau dengan prilaku yang normal adalah persoalan yang sangat gampang. “Namun prilaku dia (harimau, red) ini berbeda. Dia pergi jauh dari daerah teritori dia. Dia berjalan mulai dari perbatasan Riau-Jambi sampai perbatasan Jambi-Sumsel, ini sangat luar biasa,” katanya.

Dalam kesempatan itu, dia juga membantah adanya isu yang beredar jika jumlah harimau yang berkeliaran 16 ekor. Pasalnya, penanganan 1 harimau yang meresahkan ini sudah dilakukan selama 1 bulan terakhir.

“Penanganan 1 ekor itu saja susah, apalagi 16 ekor. Jadi yang katanya ada kontainer yang terbalik bawa 16 ekor harimau itu bohong. Tak ada 16 ekor itu tak pernah terjadi. Harimau itu hewan soliter. Tidak mungkin berkumpul sampai 16 ekor,” jelas Bastomi yang mengaku sudah menangani satwa liar sejak tahun 2002 silam ini.

Diterangkannya, pihaknya kehilangan kontak dengan harimau yang meresahkan ini di kawasan Tempino. “Kita cek ke lapangan, kita temukan jejak babi. Lalu ada jejak yang dibuat-buat juga dan asma sekali tak mirip jejak harimau. Kami terus menggali informasi. Namun, di lapangan ada 2 sniper yang disiapkan untuk membius langsung satwa itu,” sebutnya.

Sementara itu, Toni Sumampau, Direktur Taman Safari yang juga merupakan Sekretaris PKBSI menyebutkan, ada beberapa poin yang dibahas. “Kita bersama dengan menyatukan tim untuk tangani konflik ini. Kita akan berikan saran untuk buat penerangan, misalnya mengadakan satwa dengan ternak,” ungkapnya.

Diterangkannya, dalam penanganan konflik manusia dengan satwa liar ini, pihaknya membutuh dana. “Kami butuh dana bersama untuk mendanai penangkapan harimau ini,” sebutnya.
 
Agus Budi Sucipto, pihak dari Kementerian Kehutanan yang juga hadir kemarin menerangkan, harus ada prioritas yang harus dilakukan sejak awal. Hal itu, katanya, harus ada kesepakatan sejak awal. “Misalnya urusan ini bukan hanya tanggung jawab BKSDA, namun juga swasta dan daerah. Makanya harus ada peran serta. Selain itu ada penambahan tim rescue, namun peta kerawanannya harus ada. Oleh karenanya harus ada kajian mendalam sebelumnya,” tegasnya.

Di lain pihak, Dolly, Ketua Umum Harimau Kita yang bergerak di bidang pelestarian harimau menerangkan, dalam mengantisipasi konflik antara satwa liar dan manusia ini, jangan sampai ada korban.

“Kita sepakat Harimau ini harus ditangkap. Namun setelahnya, idealnya dikembalikan sesuai situasi hutan di sumatera. Kita berharap apakah industri bisa dukung bangun tempat untuk harimau bisa dikirim dan hidup,” tambah Peter, praktisi perimata.

Sementara itu, Tri Siswo, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi saat ditanya, mengapa antisipasi konflik satwa liar dan manusia ini tak dilakukan sejak lama" Menjawab dengan mudah. “Dulu saya belum tugas disini,” katanya.

Konflik antara harimau dan manusia ini juga pernah terjadi di tahun 2009 hingga 2010 lalu dan bahkan menelan korban sebanyak 12 orang. Tri Siswo menerangkan, kasus tersebut tak terlalu meresahkan.

“Itu didiamkan, tak ada laporan ke BKSDA. Mungkin karena yang mati diterkam itu di lokasi illegal logging. Kenapa tak ada laporan. Lagian saat itu tak seheboh saat ini. Makanya agak diam,” sebutnya.

Menurutnya, jumlah harimau di Provinsi Jambi yang terdeteksi saat ini berjumlah 89 ekor yang tersebar di Kerinci, Merangin, Tebo dan Sarolangun. Sementara untuk harimau yang berkonflik dengan manusia saat ini, dipastikannya hanya ada 1 ekor. “Itulah harimau yang mulai diikuti dari kilometer 73 Merlung sampai batas Tempino itu harimau yang sama,” tegasnya.

Diterangkannya, selain lokasi itu, ada beberapa lokasi yang perlu diwaspadai menjadi tempat terjadinya konflik antara harimau dan manusia. Diantaranya di Kerinci, yakni di kawasan Renah Kayu Embun dan Muara Emat. (wsn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Babi Mengganas Serang Warga

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler