jpnn.com, JAKARTA - Selama ini kesan sebagian orang terhadap domba dan kambing adalah binatang yang memiliki tingkat kebauan tinggi. Maka tidak heran jika banyak orang menghindari bau domba dan kambing.
Memang benar adanya, dan tidak bisa dibantah binatang ini memiliki bau yang sangat khas. Namun, selain bau dari segi fisiknya, domba dan kambing ternyata sangat harum dari segi bisnis. Inilah yang diakui seorang peternak domba kambing muda asal Bogor, Mahir Alwi.
BACA JUGA: Usaha Tak Khianati Hasil, Fredy Napitupulu jadi Pengusaha Muda Sukses
Alwi bercerita, bisnis domba kambing bisa membuatnya menjadi seorang pengusaha sukses dan dikenal sebagai juragan kambing di Indonesia. Padahal, awalnya ia terjun di bisnis domba kambing hanya bermodalkan Rp200.000.
Saat masih sekolah di bangku SMP di Pasuruan, Jawa Timur, pria kelahiran 1980-an ini mulai berjualan daging dari rumah ke rumah. Ia belanja kambing di pasar dan memotongnya untuk dijual eceran.
BACA JUGA: Pengakuan Sukarelawan Usai 24 Jam Disuntik Vaksin COVID-19, Mengejutkan
Perlahan, ia mengajak seorang temannya, Abdullah yang hampir putus sekolah karena tidak ada biaya. Alwi mengajak Abdullah sebagai rekan dagang.
Duet dua bocah SMP ini cukup berkembang dalam berjualan daging. Hingga keduanya memiliki toko daging saat beranjak ke SMA.
Merasa bisnis dagingnya terus berkembang, Alwi berencana mengepakan sayap bisnisnya menjadi seorang peternak. Ide itu sempat dipatahkan oleh Abdullah lantaran penjualan daging kambing terus meningkat sehingga merasa tidak perlu lagi untuk menjadi peternak.
"Tapi saya akhirnya pecah kongsi. Teman saya tetap bisnis daging kambing, sementara saya mulai terjun menjadi peternak. Saat itu modal yang saya punya sekitar Rp 15 juta," paparnya.
Titik balik Alwi menjadi seorang peternak domba dan kambing sukses mulai terlihat. Ia terus mencari tahu bagaimana cara beternak dan memasarkan kambing yang baik dan benar.
Singkat cerita, ia mulai banyak memasok domba dan kambing ke pemerintah untuk program bantuan sosial sekitar tahun 2003. Kemudian berlanjut menerima tawaran ekspor ke Malaysia hingga ratusan ekor dengan nilai ratusan juta.
"Di sinilah tantangan bisnis saya diuji. Ternyata saya kena tipu ratusan juta saat ekspor kambing ke Malaysia. Buyer hingga saat ini tidak membayar. Saya rugi banyak hingga berhutang ke sana ke mari," paparnya.
Alwi sadar, jatuh bangun dalam berbisnis adalah hal biasa. Ia mulai kembali bangkit dan menata kembali bisnis domba kambingnya dengan evaluasi yang matang.
Perlahan, ia kembali mendapat proyek ekspor ke Malaysia dengan pembeli yang jelas. Di sinilah usahanya terus tumbuh dan berkembang hingga memutuskan untuk serius membesarkan kandangnya di Kampung Kawungluwuk, Cijeruk, Kabupaten Bogor dengan luas lahan 42 hektar.
Di sisi lain, Alwi cukup khawatir dengan kondisi peternakan domba dan kambing di Indonesia yang sebagian pemainnya adalah kalangan orang tua. Ia ingin ada regenerasi peternak kambing yang berasal dari kalangan pemuda.
"Orang selama ini menganggap beternak kambing gak keren, kampungan, bau. Padahal kalau mau serius usaha peternakan kambing ini ‘harum’ sekali," paparnya.
Ia menuturkan, untuk memulai bisnis peternakan kambing tidak perlu dengan modal besar. Untuk memulai dari modal kecil, bisnis peternakan domba kambing bisa dengan kocek Rp 5 juta. Modal tersebut bisa dibelikan kambing bakalan seharga Rp 500.000 hingga Rp700.000 dengan kandang 1,5 x 3,5 meter.
Kambing bakalan tersebut dalam satu tahun sudah siap dijual untuk kebutuhan akikah, kurban hingga kebutuhan konsumsi dan pedagang sate.
"Hanya saja yang perlu serius dari bisnis peternakan kambing adalah pakan. Kita harus sudah melek teknologi. Jangan terus hewan ternak domba kambing dikasih pakan rumput tiap hari. Tapi harus ada pakan lain," ujarnya.
Idealnya, pakan untuk kambing antara lain serat yang terdiri dari rumput, limbah daun kacang ijo, limbah sayur dan juga protein, karbohidrat dan gizinya. Tak lupa juga untuk memberikan obat cacing untuk menghindari ternak dari sakit.
Jika kambing bisa hidup sehat dan terus berkembang biak, maka keuntungan beternak semakin berkembang dan bisnis terus akan tumbuh.
Pangsa pasar domba kambing, kata Alwi tak akan pernah habis seiring kebutuhan konsumsi daging domba kambing tak pernah berhenti.
Misalnya, setiap tahun ada Iduladha yang tentu orang-orang berkurban hewan ternak salah satunya kambing atau domba. Begitu juga akikah dan konsumsi harian masyarakat.
Namun, selain mengembangkan bisnis, Alwi juga terketuk hatinya untuk membenahi tata laksana kurban di Indonesia yang selama ini dinilai kurang sesuai ajaran.
Selama ini, ia menilai masih banyak masyarakat Indonesia yang menyembelih kurban tidak sesuai seperti menyembelih di masjid, menyembelih hewan kurban di depan kewan lainnya hingga menyembeli di bawah galian tanah.
"Padahal cara menyembelih semua itu tidak sesuai," paparnya.
Untuk itu, ia bersama komunitas peternak domba kambing membentuk Lembaga Qurban Indonesia yang saat ini telah ada di beberapa kota antara lain Bogor, Yogyakarta, Cilacap, Cirebon, Medan, Palembang, hingga Lampung.
Untuk Idul Adha tahun ini, dari kota-kota tersebut telah tersalurkan 18.000 domba kambing untuk kurban. Manajemen Lembaga Qurban Indonesia masing-masing terdiri dari para peternak besar di kota-kota tersebut salah satunya Mahir Alwi yang menjadi pengurusnya.
"Tahun ini penjualan domba kambing mencapai 18.000 ekor atau meningkat dari tahun sebelumnya yang sekitar 13.000 ekor. Padahal kita tahu sedang musim pandemi," paparnya.
Alwi menuturkan, kenaikan penjualan hewan kurban domba kambing yang dikelola Lembaga Qurban Indonesia dikarenakan telah bekerja sama dengan marketplace dan juga ekspansi penjualan online.
"Saat ini kami sedang merancang aplikasi yang memudahkan peternak dan pembeli domba dan kambing dalam bertransaksi. Ini jelas bahwa bisnis domba kambing potensinya sangat besar," ujarnya. (rhs/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti