Hasil Pertanian Israel Disebut Paling Beracun di Dunia

Kamis, 01 November 2012 – 09:37 WIB
JERUSALEM - Produk hasil pertanian Israel yang diekspor ke berbagai negara selama ini ternyata tidak seaman yang dibayangkan. Pasalnya, berdasarkan survei, negeri kaum zionis itu menggunakan pestisida jauh lebih banyak dibandingkan negara barat. Bahkan senyawa dengan metil bromida yang sangat beracun juga digunakan untuk meningkatkan produksi pertanian.

Menurut laman Xinhua (31/10), praktik pertanian dengan penggunaan pestisida secara berlebihan telah membuat hasil pertanian Israel paling beracun di dunia dengan 3,5 ton pestisida per kilometer persegi. Sebagai perbandingan, Swedia yang merupakan anggota dengan pengguna terendah dari pestisida dalam OECD, menggunakan hanya 40 kg per kilometer persegi.

Data ini juga menunjukkan petani Israel telah menggunakan bahan yang dilarang merusak lingkungan dan lapisan ozon, seperti senyawa dengan metil bromida, yang sangat beracun. Data tersebut juga menunjukkan bahwa 7.000 ton pestisida yang dijual setiap tahun di Israel pada 670 campuran yang berbeda.

Para petani Israel sendiri diduga telah lama melakukan praktik tidak layak pada bidang lahan pertaniannya dengan lebih banyak bahan kimia daripada para petani di negara lainnya. Praktik pertanian tersebut terungkap dari hasil survei antara kurun waktu 2008-2010 yang diselenggarakan oleh Biro Pusat Statistik negeri Yahudi tersebut.

Survei yang meneliti pengolahan pertanian di Israel antara 2008 dan 2010, menetapkan Israel menggunakan pestisida lebih banyak dibandingkan dari 34 negara anggota OECD (organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan) lainnya.

Menyikapi laporan itu, Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Israel sedang merevisi peraturan untuk penggunaan pestisida di Israel. Pemerintah setempat berencana untuk memperkenalkan metode yang lebih ramah lingkungan dan zat untuk membantu pembasmi hama dengan cara yang ramah lingkungan.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cina Bikin Taman Nasional Tertinggi di Dunia

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler