jpnn.com, JAKARTA - Permintaan terhadap tenaga teknologi dan informatika (IT) akan semakin tinggi di tahun depan.
Hal tersebut karena perusahaan-perusahaan di Indonesia berlomba-lomba membangun platform digital untuk bisnis mereka.
BACA JUGA: Guru Tidak Tetap dan PTT Digaji Rp 750 ribu Per Bulan
Selain itu, dunia kerja akan dipenuhi oleh generasi millenial yang hobi berpindah-pindah pekerjaan.
Dalam Salary Survey yang dirilis perusahaan rekrutmen profesional Robert Walters kemarin (22/11), para tenaga profesional di Indonesia akan mendapatkan kisaran 35 persen kenaikan gaji.
BACA JUGA: Pemerintah Setuju Gaji Perangkat Desa Setara PNS
Sebanyak 20 hingga 30 persen kenaikan gaji diperkirakan dinikmati oleh tenaga bidang Human Resource Development (HRD), Sales, dan Marketing.
Toby Fowlston, Managing Director untuk Robert Walters Asia Tenggara mengatakan tren digitalisasi yang menyapu kawasan telah memacu banyak bisnis untuk menciptakan platform online atau mobile karena perusahaan berusaha meningkatkan daya saing mereka dan meningkatkan pangsa pasar dengan konsumen.
BACA JUGA: Anggaran Gaji Honorer Lebih Besar Dibanding Guru Tetap
Sebagai hasil dari transformasi ini, banyak perusahaan yang ingin mempekerjakan para profesional dengan keahlian digital, baik di bidang pemasaran dan teknologi informasi (TI), terutama mereka yang mahir dalam menjalankan infrastruktur digital back office atau dengan keahlian teknologi khusus.
"Selain itu, profesional TI di bidang komputasi cloud, keamanan siber dan big data juga diminati karena sub-sektor TI ini menjadi area pertumbuhan utama, dan tren ini diperkirakan akan berlanjut pada 2018," katanya.
Survei tersebut juga mencatat bahwa fokus pada transformasi bisnis ke platform digital juga telah membantu memicu permintaan bagi para profesional sumber daya manusia (SDM) yanga memiliki pengalaman akan perubahan manajemen, terutama yang terbukti telah sukses mengelola transformasi budaya perusahaan.
Namun, Indonesia mengalami tantangan yakni terbatasnya suplai tenaga ahli yang diproduksi setiap tahunnya.
Trennya akan terus naik serta berpotensi mencapai kesenjangan kemampuan setinggi 50% - 60% pada tahun 2020.
Untuk itu, kata Toby, perusahaan harus membuat proses rekrutmen semakin mudah dan fleksibel.
“Harus ada program pembelajaran, tidak semata langsung dieksploitasi keterampilan teknisnya,” katanya.
Rob Bryson, Country Manager Robert Walters Indonesia memperingatkan bahwa akan ada fenomena perpindahan kerja (Job Movers) pada karakter pekerja di era milenial.
Dengan kemampuan yang dimiliki, para tenaga ahli tersebut bisa meompat-lompat pindah pekerjaan dengan harapan kenaikan gaji.
“Pekerja terampil biasanya mengharapkan kenaikan 15-30 persen, tapi spesialis IT bisa sampai 50 persen,” katanya.
Saat ini, menurut Robert tren yang terjadi para tenaga ahli muda tidak terlalu memikirkan karir atau uang yang harus didapatkan dalam jangka waktu tertentu.
Namun, lebih pada melakukan sesuai passion. Seorang pekerja bisa bekerja untuk satu sampai tiga perusahaan secara bersamaan.
“Pagi mereka kerja untuk perusahaan ini, sore untuk perusahaan lain, malamnya mereka bekerja untuk diri sendiri, alasannya untuk fun,” katanya.
Dengan fenomena Job Movers ini, semakin banyak pula potensi pembajakan tenaga kerja antar perusahaan.
Agar perusahaan mampu mempertahankan tenaga ahlinya, harus dicari formulasi keseimbangan antara gaji, kesempatan untuk waktu libur, serta fasilitas untuk pengembangan diri (upskilling). “Para pekerja hari ini tidak kenal konsep loyalitas pada perusahaan,” pungkas Rob. (tau)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru Jangan Hanya Menunggu Gaji, Malas Mengajar
Redaktur & Reporter : Soetomo