Hasil Survey, Inilah Sikap Masyarakat Terhadap Reshuffle Kabinet

Kamis, 13 Agustus 2015 – 10:11 WIB
Para menteri baru yang dilantik Presiden Jokowi Rabu (12/8). FOTO: ricardo/jpnn.com

jpnn.com - JAKARTA - Pelantikan enam menteri baru di Kabinet Kerja oleh Presiden Joko Widodo kemarin (12/8) lalu menjadi sorotan semua media. Berdasarkan hasil kajian Indonesia Indicator (I2) sejak 1 Januari hingga 12 Agustus 2015, sebanyak 343 media di seluruh Indonesia, baik nasional maupun lokal, memberitakan soal kebutuhan adanya reshuffle kabinet.

"Situasi tersebut dipicu oleh adanya dua hasil survei yang menunjukkan ketidakpuasan publik pada kinerja kabinet. Kekecewaan pada kabinet tersebut terjadi karena naiknya harga beras, nilai tukar rupiah yang anjlok, dan isu kenaikan uang muka mobil pejabat," ujar Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2) Rustika Herlambang, saat menyampaikan hasil kajian media bertajuk "Respons Publik Terhadap Reshuffle Kabinet."

BACA JUGA: Ditanya Prioritas di Kemendag, Thomas Lembong: Belum Waktunya Bicara Banyak

Menurut dia, puncak tren pemberitaan reshuffle terjadi pada Mei. Namun kemudian turun sepanjang tiga bulan terakhir. 

"Di saat tren yang menurun tersebut, Presiden Jokowi justru secara mengejutkan melakukan reshuffle," ungkap Rustika.

BACA JUGA: Hasto Yakin Darmin Nasution Bisa Bantu Pemerintah Atasi Persoalan

Dalam pantauan media, kata Rustija, publik cukup terkejut dengan keputusan Jokowi yang secara mendadak mengganti enam menteri di kabinetnya. 

Keputusan Jokowi itu, lanjut Rustika, menjadi perbincangan hangat sepanjang Rabu (12/8). Dalam sehari pemberitaan di media online mencapai 792 berita dari 82 media nasional di Indonesia. 

BACA JUGA: Cara Darmin Nasution Agar Tidak Jadi Bulan-Bulanan Publik

Rustika menambahkan, pada saat tekanan publik menguat untuk melakukan reshuffle, Presiden Jokowi berusaha tidak terprovokasi oleh tekanan publik. 

Namun, tutur Rustika, ketika tekanan itu semakin melemah, Presiden Jokowi mengambil keputusan penting. "Apakah hal ini merupakan strategi Presiden Jokowi untuk menunjukkan independensi keputusan politiknya?" cetus Rustika. 

Pada periode 1 Januari hingga Juli 2015, lanjut dia, sentimen negatif media membingkai reshuffle kabinet sebanyak 30,11 persen. Sementara itu, ketika Presiden secara tiba-tiba melakukan reshuffle kemarin, publik menyambutnya secara positif. 

"Sentimen negatif melemah hingga 18,77 persen (pemberitaan hingga pukul 18.27 wib)," kata Rustika.

Sentimen positif, kata dia, tercermin dari pandangan publik yang mengatakan reshuffle yang telah dilakukan Jokowi sudah tepat dan mampu membangun kepercayaan dan harapan publik. 

Menurut Rustika, salah satu keputusan yang dianggap sesuai dengan keinginan publik adalah dengan menggeser Menko Bidang Ekonomi Sofyan Djalil ke Bappenas, dengan demikian koordinasi kerja untuk bidang ekonomi makin kuat dan solid. 

Namun demikian, kata dia, beberapa pihak menilai reshuffle yang dilakukan masih setengah hati dan agak telat, sebagaimana dikemukakan oleh Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon. 

Dalam sebulan terakhir di media,  nama Rini Soemarno, Bambang Brodjonegoro, Andi Widjajanto, Sofyan Djalil, dan Tedjo Edy Purdijatno kerap disebut pantas direshuffle. 

Sedangkan, dalam seminggu terakhir, nama menteri yang disebut layak diganti adalah Tedjo Edy (82 berita), Andi Widjajanto (71 berita), Rachmat Gobel (68 berita), Andrinof Chaniago (50 berita) dan Indroyono Soesilo (43 berita). 

Namun dalam seminggu terakhir, kata dia, nama Rini Soemarno dan Bambang Brodjonegoro menghilang dalam deteksi pemberitaan tentang reshuffle. Keduanya memang terbukti lolos dari reshuflle. (mas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jurus Tentara-Polisi Cantik Pengucap: DETIK-DETIK PROKLAMASI Agar Berperforma Menggigit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler