Tercatat 18 sekolah tidak mendapatkan naskah soal ujian dan sejumlah problem teknis lainnya yang mengakibatkan pelaksanaan ujian tidak tepat waktu.
Bagi sekolah yang tidak mendapatkan naskah asli unas, panitia dan pengawas ujian setempat terpaksa harus menggandakan naskah soal yang didapatkan dari sekolah lain. Bagi daerah yang tidak memiliki mesin fotocopy, pelaksanaan ujian terpaksa ditunda sambil menunggu naskah soal yang selesai dikerjakan oleh siswa di ruangan atau sekolah lain.
Kondisi ini setidaknya terjadi di 18 sekolah yang tersebar di beberapa kabupaten/kota di Malut. Sekolah-sekolah itu, yakni SMA Dian (Halbar), SMA Mahanain (Halbar), SMA Ampera (Halbar) dan SMA Negeri 1 Loloda (Halbar), SMA Negeri 6 Kota Ternate MA Alkhairat Kota Ternate, SMA Muhammadiyah Ternate, SMA Negeri 5 Halmahera Tengah, SMA Negri 1 Tobelo (Halmahera Utara), SMA Negri 1 Kao (Halmahera Utara), MA Malifut (Halmahera Utara), MA Samara Jaya (Halmahera Timur), SMA Negeri 4 (Kota Tidore), SMA Negeri 5 (Kota Tidore), SMA Negeri 7 (Kota Tidore), MA Dowora (Kota Tidore) dan MA Mareku (Kota Tidore).
Sekretaris Unas Provinsi Malut Abdul Ajid Tahureu kepada wartawan di Posko Unas kemarin (18/4), mengakui kendala teknis tidak terdistribusinya naskah soal ujian di beberapa sekolah. â
"Rata-rata kasusnya sama. Di sampul soal tertulis mata pelajaran Giografi tapi naskah soalnya Matematika. Sementara ujian mata pelajara Matematika sudah laksanaan pada hari kedua kemarin," ungkapnya.
Dia mengatakan, panitia ujian setempat dan pengawas dari perguruan tinggi mengambil langkah-langkah antisipasi sehingga ujian tetap dilaksanakan, meski tidak tepat waktu.
"Naskah soal yang tidak ada, di fotocopy dari sekolah lain. Bagi sekolah yang di daerahnya tidak ada mesin fotocopy terpaksa menunggu ujian dari di ruangan lain selesai baru menggunakan naskah soalnya," terangnya.
Kendala-kendala teknis yang muncul pada unas kali ini dikhawatirkan akan mempengaruhi angka kelulusan siswa. Ajid sendiri memprediksikan prosentase kelulusan unas kali menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
"Jika tahun 2012 prosentase kelulusan 99 persen. Mungkin tahun ini hanya bisa dicapai 80 persen," sebutnya.
Namun Ajid menampik jika dikaitkan dengan problem-problem teknis yang mencuat pada unas kali ini. Menurutnya, format soal ujian tahun ini membuat siswa harus kerja mandiri. "Sebab variasi soal ini menjadikan siswa harus kerja mandiri. Jika tahun sebelumnya ada indikasi campur tangan dari pihak lain sehingga tingkat kelulusanya tinggi. Tapi tahun ini semunya murni kerja siswa," katanya.
"Tahun sebelumnya, indikasi campur tangan itu bisa dilihat dari hasil kerja. Jika ada jawaban yang salah, maka satu ruangan semuanya salah. Jadi meski tahun ini, tingkat kelulusan rendah tapi patut dihargai karena ini benar-benar murni dan bisa dijadikan data mutu pendidikan Malut," imbuhnya.
Meski begitu, dia mengakui kendala teknis unas kali ini tergolong parah. "Pengalaman tahun-tahun sebelumnya kendala seperti ini hampir tidak ditemukan. Pengalaman saya selama menjadi sekretaris panitia ujian berulang-ulang kali tapi kendala seperti ini baru terjadi dua tahun terakhir," katanya. (cr-07/fai)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penundaan UN Tragedi bagi Dunia Pendidikan Nasional
Redaktur : Tim Redaksi