Hati-Hati! Ada Badan Amal Palsu Galang Donasi untuk Turki, Begini Ciri-Cirinya

Selasa, 14 Februari 2023 – 12:16 WIB
Salah satu akun Twitter yang menjalankan operasi penipuan dengan kedok sebagai badan amal yang menggalang donasi kemanusiaan untuk korban gempa Turki. Kini akun penipu tersebut telah ditutup oleh pihak Twitter. Foto: Twitter

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah penipu sontoloyo memanfaatkan penderitaan korban gempa Turki untuk mempertebal kantong mereka sendiri.

Para scammer itu mengklaim mengumpulkan uang untuk para penyintas yang kini hidup dalam kondisi mengenaskan di kamp-kamp pengungsian.

BACA JUGA: Turki Izinkan Misi Kemanusiaan Indonesia Beroperasi di Antakya

Namun, alih-alih membantu mereka yang membutuhkan, para penipu justru menyedot donasi masyarakat dan memasukkannya ke akun PayPal atau dompet kripto mereka.

BBC telah mengidentifikasi beberapa metode utama yang digunakan oleh penipu.

BACA JUGA: Fraksi PKS Mengapresiasi Pemerintah RI Bantu Korban Gempa Turki dan Suriah

Di TikTok Live, kreator konten dapat menghasilkan uang dengan menerima hadiah digital. Nah, mekanisme tersebut kini dimanfaatkan scammers untuk meraup keuntungan dari netizen berjiwa sosial tinggi.

Akun TikTok dengan konten foto kehancuran serta rekaman video dan siaran TV yang menunjukkan upaya penyelamatan mulai bermunculan beberapa hari setelah gempa mengguncang Turki dan Suriah.

BACA JUGA: 500 WNI Terdampak Gempa Turki

Seruan seperti "Ayo bantu Turki", "Berdoa untuk Turki", dan "Berdonasi untuk korban gempa" melengkapi konten mereka.

Satu akun, yang tayang selama lebih dari tiga jam, menunjukkan gambar udara berpiksel dari bangunan yang hancur, disertai dengan efek suara ledakan.

Terdengar suara laki-laki tertawa dan berbicara dalam bahasa Mandarin. Judul videonya adalah "Ayo bantu Turki. Donasi".

Video lain memperlihatkan foto seorang anak dengan ekspresi ketakutan sedang berlari menghindari ledakan. Tayangan itu segera diikuti permintaan dari host livestream: Tolong bantu mencapai target ini.

Namun, anak itu bukan korban gempa bumi minggu lalu. Pencarian terbalik menemukan gambar yang sama telah diposting di Twitter pada 2018 dengan judul "Hentikan Genosida Afrin".

Seorang juru bicara TikTok mengatakan kepada BBC: "Kami sangat sedih dengan gempa bumi dahsyat di Turki dan Suriah dan berkontribusi untuk membantu upaya bantuan gempa. Kami juga secara aktif bekerja untuk mencegah orang menipu dan menyesatkan anggota komunitas yang ingin membantu."

Di Twitter, orang-orang mengunggah gambar yang memicu rasa iba di bawah teks permintaan sumbangan dan tautan ke dompet kripto.

Satu akun memposting permohonan yang sama delapan kali dalam 12 jam, beserta foto seorang petugas pemadam kebakaran menggendong seorang anak kecil di tengah bangunan yang runtuh.

Namun, gambar yang digunakan itu palsu. Surat kabar Yunani OEMA melaporkan bahwa gambar itu dibuat oleh Mayor Jenderal satuan pemadam kebakaran Aegean, Panagiotis Kotridis menggunakan software AI, Midjourney.

Untungnya, AI kerap membuat kesalahan ketika memproduksi gambar. Netizen pun dengan cepat menyadari bahwa petugas pemadam kebakaran ini memiliki enam jari di tangan kanannya.

Selain itu, salah tautan dompet kripto yang digunakan terdeteksi pernah digunakan dalam penipuan dan tweet spam dari tahun 2018.

Saat BBC menghubungi pemilik cuitan donasi tersebut, mereka menyangkal bahwa itu adalah penipuan.

“Tujuan saya adalah untuk dapat membantu orang-orang yang terkena dampak gempa jika saya berhasil menggalang dana,” kata mereka.

“Sekarang orang-orang kedinginan di daerah bencana, apalagi bayi tidak punya makanan. Proses ini bisa saya buktikan dengan kuitansi.”

Namun, mereka belum mengirimkan kuitansi atau bukti identitas mereka kepada BBC.

Masih di Twitter, penipu lainnya membuat akun penggalangan dana palsu dan memposting tautan ke PayPal.

Axe Sharma, pakar keamanan dunia maya di Sonatype, mengatakan akun-akun ini mentwit artikel berita dan membalas tweet selebriti dan bisnis untuk mendapatkan visibilitas.

"Mereka membuat akun donasi bencana palsu yang tampak seperti organisasi atau outlet berita yang sah, tetapi kemudian mengarahkan dana ke alamat PayPal mereka sendiri," katanya kepada BBC.

Salah satu contohnya adalah @TurkeyRelief, yang bergabung dengan Twitter pada Januari, hanya memiliki 31 pengikut, dan mempromosikan donasi melalui PayPal.

Akun PayPal mereka sejauh ini telah menerima total donasi USD 900. Namun, USD 500 adalah sumbangan dari kompolotan penipu sendiri.

Menurut Sharma penipu sengaja menggelembungkan total donasi demi menimbulkan kesan bahwa mereka sudah dipercaya banyak donatur.

Sharma mengatakan para donor harus mencurigai lembaga amal yang mengaku beroperasi di Turki, karena PayPal sudah angkat kaki dari negara itu sejak 2016.

"Memang ada badan amal betulan di luar Turki yang menggunakan PayPal, tetapi ketika penggalang dana ini mengatakan mereka berada di Turki, itu adalah tanda bahaya," katanya.

Hal-hal lain yang harus diperhatikan adalah banyaknya jumlah donasi anonim dan total dana terkumpul yang kecil.

Sharma mengatakan badan amal kredibel pasti memiliki modal yang besar, tetapi banyak akun penggalangan dana dengan saldo PayPal di bawah USD 100.

PayPal mengaku telah menangguhkan akun penipuan. Seorang juru bicara PayPal mengatakan kepada BBC: "Sebagian besar orang yang menggunakan PayPal untuk menampung sumbangan memiliki niat mulia, tetapi akan selalu ada beberapa orang yang mencoba memangsa sifat dermawan dan kemurahan hati orang lain."

"Tim PayPal selalu bekerja dengan rajin untuk menyelidiki dan menutup akun, terutama setelah peristiwa seperti gempa bumi di Turki dan Suriah, sehingga donasi dapat digunakan untuk tujuan yang diinginkan."

Twitter juga menutup akun @TurkeyRelief, tetapi manajemen platform media sosial tersebut tidak membalas permintaan komentar. (bbc/dil/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler