jpnn.com - JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR, Inas Nasrullah Zubir mempertanyakan perkembangan kerjasama perusahaan patungan atau joint venture antara PT Pertamina dengan PT Bumi Sarana Migas (BSM).
Di mana, dalam kerjasama tersebut, Pertamina diposisikan sebagai 100 persen offtaker LNG regasified gas, yang dipasok oleh perusahaan anak Wakil Presiden Jusuf Kalla, yakni Solihin Kalla. Gas tersebut selanjutnya disalurkan oleh Pertamina ke PT PLN.
BACA JUGA: Anggaran Kementerian ESDM Dipangkas DPR, Sudirman Said Pasrah
Sehingga resiko penyerapan gas oleh PLN menjadi 100 persen resiko Pertamina. Sedangkan resiko single party offtaker untuk pembeli LNG, yakni PLN.
"Kerjasama dengan perusahaan milik anak Pak Jusuf Kalla itu bagaimana perkembangannya? Bagaimana dengan isu adanya unmarketable (sebesar 1500 MMSCFD)," tanya Inas saat rapat dengar pendapat Komisi VII dengan Pertamina dan SKK Migas di Gedung DPR, Jakarta, Senin (19/10).
BACA JUGA: Molornya Penetapan DPT Dikhawatirkan Jadi Penyebab Kerawanan Pilkada
Menjawab pertanyaan tersebut, Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto menepisnya. "Minimum saat ini masih di angka 500 MMSCFD. Kami belum berani mengikat dengan angka segitu (1500 MMSCFD). Itu adalah target jika ada perkembangan. Jadi isu unmarketable itu tidak benar," tegasnya.
Dwi menambahkan bahwa proyek yang juga menggandeng Mitsui dan Tokyo Gas ini masih dalam pengkajian. Sejauh ini kata Dwi baru sampai pada penandatanganan nota kesepahaman (MoU).
BACA JUGA: Jelang Setahun Jokowi-JK, Ini Pesan untuk Para Demonstran
"Kalau yang dimaksud dengan proyek LNG Bojonegara itu adalah rencana Pertamina, BSM, Mitsui dan Tokyo Gas untuk melakukan joint venture. Saat ini kami baru sampai pada batas penandatanganan MoU," jelas mantan dirut PT Semen Indonesia ini. (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasus Pelindo II, Polri Siap Beriringan dengan DPR
Redaktur : Tim Redaksi