jpnn.com, JAKARTA - Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) membantah jika suara dentuman yang terdengar di beberapa tempat di Jawa Tengah, pada Senin (11/5) dini hari tadi, berasal dari kejadian gempa tektonik.
"Perlu kami informasikan bahwa pada hari Senin 11 Mei 2020 pukul 00.45 WIB sampai dengan 01.15 WIB yang mana periode waktu ini disebut-sebut oleh warga muncul suara dentuman, setelah dilakukan pengecekan terhadap gelombang seismik dari seluruh sensor gempa BMKG yang tersebar di Jawa Tengah, hasilnya menunjukkan tidak ada catatan aktivitas gempa di Jawa Tengah," ungkap Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Dr. Daryono dalam keterangan tertulis, Senin.
BACA JUGA: BMKG Keluarkan Peringatan Dini untuk Warga Jakarta
Sekiranya itu dari aktivitas gempa tektonik, kata Daryono, maka sensor pendeteksi gempa akan langsung bereaksi.
"Kami memastikan sumber suara dentuman tersebut tidak berasal dari gempa tektonik," tegasnya.
BACA JUGA: Heboh Soal Suara Dentuman di Jawa Tengah, Trending Topic di Twitter
"Artinya, jika sebuah aktivitas gempa sampai mengeluarkan bunyi ledakan, berarti kedalaman hiposenter gempa tersebut sangat dangkal, dekat permukaan, dan jika itu terjadi maka akan tercatat oleh sensor gempa," imbuhnya lagi.
Daryono menambahkan informasi yang ia terima sangat valid. Pasalnya, saat ini BMKG mengoperasikan lebih dari 22 sensor gempa dengan sebaran yang merata di Jawa Tengah.
BACA JUGA: Misteri Suara Dentuman Tengah Malam, Warga Jateng Heboh
Dengan demikian, jika terjadi gempa di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya maka dipastikan gempa tersebut akan terekam, selanjutnya akan diproses untuk menentukan magnitudo dan lokasi titik episenternya.
Meski begitu, Daryono menjelaskan bahwa ada beberapa kemungkinan penyebab suara dentuman saat terjadi gempa.
Fenomena dentuman saat gempa dapat terjadi jika gempa memicu gerakan tanah, berupa rayapan tiba-tiba dan sangat cepat di bawah permukaan.
Kemungkinan lain berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif, dalam hal ini ada mekanisme dislokasi batuan yang menyebabkan pelepasan energi berlangsung secara tiba-tiba dan cepat hingga menimbulkan suara ledakan.
Apalagi jika terjadinya patahan batuan tersebut terjadi di kawasan lembah dan ngarai, atau di kawasan tersebut banyak rongga batuan sehingga memungkinkan suaranya makin keras karena resonansi.
"Sebagai contoh, beberapa peristiwa gempa Bantul 2006 juga mengeluarkan bunyi dan sempat meresahkan warga saat itu. Namun suara dentuman yang terjadi tadi pagi dipastikan bukan dari aktivitas gempa tektonik," pungkasnya. (mg8/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha