Heli Tewaskan Sandera-Penculik

Jumat, 18 Januari 2013 – 10:26 WIB
ALGIERS - Sebanyak 15 warga asing dan 30 warga Aljazair yang diculik oleh kelompok militan dan disandera di sebuah kilang minyak In Amenas yang dioperasikan British Petroleum di Gurun Sahara berhasil meloloskan diri kemarin (17/1). Tetapi, beberapa saat kemudian serangan yang dilancarkan militer Aljazair ke kilang minyak tempat penyanderaan juga memakan puluhan korban jiwa.
 
"Kami memastikan bahwa 15 warga asing, termasuk sepasang warga Prancis, telah lolos dari para penculik," lapor televisi swasta Ennahar. Pemilik stasiun televisi, Anis Rahmani, menuturkan kepada Agence France-Presse bahwa informasi tersebut diperolehnya dari sumber resmi.
 
Sebelumnya, kantor berita APS memberitakan bahwa 30 pekerja Aljazair juga berhasil melarikan diri dari ladang gas di tenggara negeri di Afrika tersebut. Di sanalah, kelompok militan bersenjata yang menyandera puluhan warga dari sejumlah negara menghadapi operasi militer Aljazair.
 
Sementara itu, kantor berita ANI melaporkan bahwa serangan yang dilancarkan helikopter milik militer Aljazair di lokasi kilang minyak tersebut beberapa jam kemudian menewaskan 35 sandera dan 15 penculik.
 
Jubir militan Brigade Bertopeng mengungkapkan kepada kantor berita Mauritania ANI bahwa pihaknya berupaya untuk memindahkan sejumlah sandera ke tempat yang lebih aman dengan menggunakan mobil. Saat itulah, helikopter militer menyerang konvoi kendaraan itu dan menewaskan semua sandera maupun pada penculiknya. "Abu El Baraa, salah satu komandan kami, juga tewas dalam insiden itu," tuturnya.
 
Informasi tersebut tidak bisa dikonfirmasi. Pemerintah Aljazair belum memberikan keterangan soal serangan itu.
 
Rabu malam (16/1) waktu setempat, militan dilaporkan meminta negosiasi dengan militer. Mereka menginginkan jalur aman untuk melarikan diri ke Libya, negara tetangga Aljazair. Namun, permintaan tersebut ditolak pemerintah Aljazair. Perbatasan Libya hanya berjarak 60 kilometer dari lokasi penculikan di Gurun Sahara dan 1.300 kilometer dari Algiers, ibu kota Aljazair.
 
"Pemerintah tidak mau bernegosiasi," tegas Menteri Dalam Negeri Aljazair Diho Weld Qabliyeh melalui siaran televisi. "Kami telah menerima tuntutan mereka, tetapi kami tidak meresponnya," jelasnya.    
 
Sejumlah media melaporkan bahwa militan bersenjata tersebut menuntut agar agresi Prancis di Mali dihentikan. Mereka juga mengecam intervensi Prancis di Mali. (AFP/AP/cak/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Gulung Celana juga Jadi Berita di Australia

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler