Hidayat, Fauzi, dan Jokowi Resmi Mendaftar

Alex Noerdin-Nono Terancam Gagal Maju Pilgub DKI

Selasa, 20 Maret 2012 – 03:22 WIB
Walikota Solo yang juga calon gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kanan) dan calon wakil gubernur Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok (kiri) menumpang metromini saat mendaftar ke KPUD DKI Jakarta, Senin (19/3). Foto: RAKADENNY/JAWAPOS

JAKARTA - Ajang pemilihan gubernur (pilgub) DKI bakal berlangsung seru. Tiga bakal calon gubernur (bacagub) DKI yang selama ini punya basis massa kuat akhirnya resmi mendaftar di Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI pada hari terakhir pendaftaran kemarin (19/3).

Mereka adalah Fauzi Bowo alias Foke-Nachrowi Ramli (Partai Demokrat, PAN, PDS, PKB, dan Hanura), Joko Widodo alias Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (PDIP), dan Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rachbini (PKS).

Mereka melengkapi tiga pasangan yang sudah mendaftar. Yakni, Faisal Basri-Biem Benyamin (calon independen), Hendardji Supandji-Ahmad Riza Patria (calon independen), dan Alex Noerdin-Nono Sampono (Golkar, PPP, dan PDS).

Duet Alex-Nono terancam batal karena adanya dukungan mendua dari PDS sebagai buntut perpecahan kepengurusan DPP. PDS kubu Denny Tewu mendukung Alex-Nono, sedangkan PDS kubu Terkelin Tarigan masuk dalam koalisi Foke-Nachrowi.

Pada hari terakhir pendaftaran kemarin, Jokowi-Ahok merupakan pasangan pertama yang mendaftar di KPUD DKI. Selanjutnya, tadi malam, secara berurutan pasangan Fauzi-Nachrowi dan Hidayat-Didik mendatangi kantor KPUD DKI.

Naiknya pasangan Hidayat-Didik merupakan sebuah kejutan. Hidayat seolah menjadi kuda hitam yang muncul pada detik-detik terakhir masa pendaftaran. Apalagi, nama Didik sebagai bacawagub selama ini tidak pernah muncul dalam bursa calon DKI-1. DPP PKS selama ini memunculkan Triwisaksana sebagai kandidat calon mewakili partainya.

"Secara prinsip PKS sudah memutuskan untuk maju dalam pilkada. Insya Allah, (saya) bersama Didik J. Rachbini," kata Hidayat di kantor DPP PKS, Jakarta, kemarin (19/3).

Hidayat mengaku mendapat amanat dari seluruh unsur pimpinan PKS. Mulai Ketua Majelis Syura Hilmi Aminudin, Presiden PKS Luthfi Hasan, dan Sekjen PKS Anis Matta memutuskan mencalonkan dirinya sebagai cagub. Keputusan itu merupakan pembahasan panjang antara majelis syura dan DPP PKS. "Mereka menyampaikan bahwa mereka memutuskan mengamanahkan kepada saya meminta maju sebagai kandidat untuk cagub," jelas Hidayat.

PKS yang memiliki lebih dari 15 kursi di DPRD DKI bisa mengusung calon sendiri. Didik selama ini merupakan kader PAN. Namun, dalam pilgub DKI, PAN merapat ke Fauzi.

Sementara itu, pasangan Alex-Nono terancam kekurangan dukungan sebagai buntut konflik internal PDS. Duet ini memiliki 15 kursi parpol di DPRD DKI. Itu sesuai dengan jumlah minimal syarat pencalonan. Nah, jika KPUD mengesahkan dukungan PDS kubu Terkelin, Alex-Nono praktis kekurangan empat kursi. Seperti diketahui, PDS kubu Terkelin selama ini mendukung Foke-Nachrowi. PDS kubu Denny merapat ke Alex-Nono.

"Kami (PDS) tidak akan berkhianat. Pada Pilgub 2007 lalu kami mendukung Fauzi Bowo. Sekarang kami tidak akan meninggalkannya," kata Rimhot Turnip, Sekjen PDS kubu Terkelin.

Rimhot menyatakan, kepengurusan yang legal dari PDS telah diputuskan pengadilan tata usaha negara (PTUN) bahwa yang sah adalah kepemimpinan Terkelin. Keputusan itu merupakan hasil gugatan kubu Terkelin atas hasil Munas PDS 2010 yang memenangkan Denny. "PTUN membatalkan kepengurusan PDS pimpinan Denny Tewu," ujarnya.

Langkah PDS kubu Denny yang mendukung pasangan Alex-Nono dalam pilgub DKI berbeda dengan PDS kubu Terkelin yang diklaim masih sah berdasar hasil PTUN. Rimhot membenarkan bahwa pihak Denny tengah mengajukan kasasi di tingkat Mahkamah Agung (MA). "Memang benar, sekarang masih menunggu putusan MA," ujar Rimhot.

Sementara itu, politikus senior PDIP Taufik Kiemas sudah mengikhlaskan Jokowi tampil sebagai cagub DKI. Pilihan ini harus diambil setelah opsi berkoalisi dengan Foke tertutup. "Pak Taufik Kiemas sama sekali nggak kecewa. Baik-baik saja. Nggak ada masalah," kata Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo di Kantor DPD PDIP DKI Jakarta, Jalan Tebet Raya, Jakarta Selatan, kemarin.

Kiemas sempat mendorong PDIP untuk berkoalisi dengan incumbent Foke. Bahkan, Kiemas sempat terang-terangan "melarang" Jokowi yang masih menjalankan tugas sebagai wali kota Solo untuk maju dan bertarung di pilgub DKI Jakarta. Bukan hanya itu. Kiemas menawarkan Adang Ruchiatna untuk berpasangan menjadi cawagub Foke.

Pada bagian lain, Jokowi-Ahok merupakan pasangan unik. Ahok adalah bupati Belitung Timur 2005?2010 berdarah Tionghoa. Dia juga anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar. Kemarin Ahok menegaskan bahwa dirinya sudah keluar dari Golkar. Sesaat setelah diputuskan PDIP dan Gerindra, Ahok mengaku langsung mengajukan surat pengunduran diri ke Partai Golkar, sekaligus dari anggota DPR.

"Terima kasih kepada Pak Prabowo dan Ibu Megawati yang sudah percaya kami. Hari ini saya sudah memegang kartu tanda anggota Partai Gerindra," kata Ahok kepada wartawan sebelum diarak bersama Jokowi untuk mendaftar ke KPU Jakarta.

Seorang sumber Jawa Pos di internal Partai Gerindra menuturkan, Ahok diharapkan dapat mengonsolidasikan potensi warga dan pengusaha Tionghoa di Jakarta. "Jadi, ini bukan cek kosong," katanya.

Bagi Gerindra, lanjut dia, berkoalisi dengan PDIP dalam pilgub DKI juga menjadi salah satu "jembatan" untuk menjaga kemungkinan berkoalisinya PDIP dengan Gerindra saat Pilpres 2014.

Tampilnya Ahok memang didorong habis-habisan oleh Partai Gerindra. Kabarnya, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Hasyim Djojohadikusumo, adik kandung Prabowo, yang langsung memberikan garansi. Inilah yang akhirnya membuat nama kader PDIP Adang Ruchiatna yang diharapkan mendampingi Jokowi terpental.

Saat dikonfirmasi soal ini, Tjahjo Kumolo menegaskan, koalisi PDIP dan Partai Gerindra mengusung duet Jokowi-Ahok untuk masyarakat Jakarta. "Tidak per elemen masyarakat. Ini buat Jakarta yang terbaik. Namanya (Ahok) yang diusulkan Gerindra, mau apa lagi. Karena kita harus berkoalisi dengan Gerindra," kata Tjahjo.

Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso mengaku partainya berat melepas Ahok. "Dengan berat hati kami ikhlaskan memilih jalannya," ujar Priyo kepada wartawan di gedung parlemen Jakarta kemarin. Seperti diketahui, Ahok maju sebagai cawagub mendampingi Wali Kota Solo Jokowi yang diusung koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Gerakan Indonesia Raya.

Menurut Priyo, sejatinya pada titik tertentu pencalonan Ahok merupakan sebuah kebanggaan karena ada kader yang duduk di DPR dipercaya oleh kekuatan politik lain. Namun, aturan main internal Golkar mewajibkan seluruh kader menyatakan, jika partai sudah mengusung calon resmi, seluruh kader harus tunduk. "Ini termasuk di pilgub DKI," kata Priyo.

Keputusan Partai Golkar, ujar Priyo, adalah mencalonkan pasangan Alex Noerdin dan Nono Sampono. Seluruh infrastruktur partai, termasuk kader di DPR, tentu harus menyesuaikan dengan keputusan partai. "Jadi ini pahit, tapi harus saya tetap katakan. Tapi, ada konsekuensi manakala di luar jalur komando partai (nonaktif, Red)," jelasnya.

Secara pribadi Priyo bangga dengan keberadaan Ahok di Golkar. Sebagai kader yang berlatar belakang Tionghoa, Ahok adalah andalan Partai Golkar. "Golkar terdiri atas berbagai warna. Kami senang dengan adanya Ahok. Dia termasuk tokoh. Saya tahu Ahok," kata Priyo.

Dikabarkan, Ahok mengundurkan diri dari Partai Golkar setelah dipastikan dicalonkan dari Partai Gerindra. Namun, Priyo menyatakan belum menerima surat pengunduran diri itu. "Nanti saya cek. Semua kader harus taat," tandasnya.

Pagi kemarin Ahok masih menjalankan kewajibannya di Komisi II DPR. Ahok terlihat duduk di antara anggota komisi II dalam uji kelayakan dan kepatutan calon anggota Komisi Pemilihan Umum. Namun, siangnya dia sudah tidak terlihat. (bay/pri/c2/agm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PKS Usung Hidayat Nur Wahid


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler