jpnn.com - JAKARTA - Keberadaan Madrasah Aliyah Program Khusus (MA-PK) sempat popular di era 80-an hingga 90-an.
Tetapi saat ini keberadaan madrasah dengan spesifikasi khusus tentang keagamaan itu meredup bahkan mulai hilang. Kementerian Agama (Kemenag) segera menghidupkan lagi MA-PK di sejumlah daerah.
Program penghidupan lagi MA-PK ini merupakan agenda Kemenag membagi madrasah menjadi empat kelompok. Yaitu madrasah dengan spesialisasi kegamaan (MA-PK), madrasah spesialisasi keilmuan sains dipegang oleh Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia, madrasah spesialisasi vokasi (mirip SMK), dan madrasah reguler yaitu madrasah negeri dan swasta pada umumnya.
Direktur Pendidikan Madrasah Kemenag Nur Kholis Setiawan menuturkan, MA-PK bakal dihidupkan lagi dengan pertimbangan khusus. Diantaranya Kemenag saat ini diklaim gagal mengembangkan program pendidikan formal yang berkualitas hingga bisa menjadi lumbung pembibitan calon ulama.
"Mencetak calon ulama dari pendidkan formal itu wajib. Karena sesuai dengan perkembangan zaman," katanya dia kemarin.
BACA JUGA: Jual Buku Sanksi Menunggu
Selama ini memang pencetakan ulama kerap dari lembaga pendidikan non formal, diantaranya adalah pesantrean. Guru besar UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta itu bahkan mengatakan, keluhan regenerasi ulama dari pendidikan formal itu juga menjadi rekomendasi Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dia menegaskan salah satu solusi untuk menggenjot pengkaderan calon ulama adalah melalui MA-PK. "Di era 80-an sampai 90-an, MA-PK popular sekali. Pelamarnya banyak. Tetapi sekarang tidak ada gaungnya," katanya.
MA-PK umumnya menginduk ke MAN yang mendapatkan kualitas bagi. Seperti MA-PK yang ada di MAN 1 Jember, Jaw Timur.
Melalui pembagian jenis madrasah ini, Nur Kholis menuturkan siswa yang lulus dari MTs (setingkat SMP) bisa memiliki banyak pilihan. Bagi yang ingin menjadi ulama, bisa masuk ke MA-PK. Sedangkan bagi yang meminati dunia keilmuan, bisa masuk ke MAN Insan Cendekia. Kemudian bagi yang ingin menjadi tenaga terampil, bisa masuk ke madrasah vokasi.
Terkait dengan madrasah vokasi, Nur Kholis tidak mau disebut menyaingi SMK. Dia mengatakan di sejumlah komunitas musliam di daerah tertentu, sangat fanatik terhadap madrasah. Sehingga bagi siswa yang ingin menjadi tenaga terampil tetapi tetap ingin sekolah di madrasah, diberikan akses madrasah vokasi. (wan)
BACA JUGA: Kuota CPNS Dosen Diprioritaskan untuk PTN Baru
BACA JUGA: Universitas Surya Pamerkan Puluhan Hasil Riset Anak Bangsa
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan Iskan Foundation Bebaskan Biaya Hidup Calon Penerima Beasiswa
Redaktur : Tim Redaksi