jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menyebut manuver Tiongkok memasuki Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) RI Natuna, Kepulauan Riau tak akan selesai sampai kiamat. Sebab, kedua negara masih bertahan dengan klaim masing-masing.
Hal ini disampaikan Hikmahanto usai menghadiri rapat tertutup membahas persoalan Natuna, di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Senin (13/1).
BACA JUGA: Pemerintah Bakal Cabut Larangan Era Menteri Susi di ZEE Natuna
Menurutnya, klaim Negeri Tirai Bambu soal sembilan garis imajiner Tiongkok di Perairan Natuna akan terus berlanjut. "(Natuna) itu kan masalahnya karena sembilan garis putus ini," ujarnya.
Dengan kondisi itu, kata dia, tidak akan mungkin ada pembicaraan atau negosiasi antara Indonesia-Tiongkok di ZEE Indonesia. Mereka juga akan terus mencoba menerobos dan tidak mau mundur sejengkal pun dari klaimnya itu.
BACA JUGA: Patroli KRI Usir Kapal Tiongkok Keluar Natuna
Karenanya, Hikmahanto menyarankan adanya backdoor diplomacy atau diplomasi pintu belakang di mana ada tokoh dari Indonesia dengan tokoh dari Tiongkok untuk mencairkan masalah ini.
Dalam diplomasi tersebut, kata dia, harus disampaikan bahwa jangan sampai masalah seperti ini memunculkan sentimen anti-China di Indonesia. Padahal mereka punya kepentingan yang besar di Indonesia.
BACA JUGA: Putra Mahkota Uni Emirat Arab Ingin Pulau, Luhut Tawarkan Tanah Mori
"Kalau misalnya sampai masyarakat kita marah betul dan mohon maaf, pemerintah tidak bisa mengendalikan terhadap sentimen anti-China ini, yang rugi pemerintah China. Investasi China di Indonesia," kata Hikmahanto.
Pesan ini, kata dia, harus sampai ke pemerintah Tiongkok, sehingga mereka tidak terus-terusan bermain dengan klaim mereka di ZEE Indoensia.
"Tidak seperti layangan diulur, ditarik lagi. Nanti sudah mundur kapal-kapalnya, nanti sudah mulai tenang di Indonesia didatangi lagi," ujarnya. (fat/jpnn)
Geram, Bendera Tiongkok Hampir Dibakar!
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam