Hindari Orang Seperti Ini dalam Memilih Pasangan Hidup agar Tak Berujung KDRT

Jumat, 14 Oktober 2022 – 02:30 WIB
Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Foto: Ricardo/JPNN com

jpnn.com, JAKARTA - Ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan orang sebelum menentukan pasangan hidup demi mengantisipasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

"Ketika kita mau objektif dan peka sebelum menentukan pasangan hidup, ada beberapa hal yang bisa diamati sejak dini," kata psikolog klinis Anggiastri Hanantyasari Utami, Kamis (13/10).

BACA JUGA: Negatif Alkohol, Rizky Billar Lakukan Dugaan KDRT dengan Sadar, Alamak

Psikolog dari Universitas Gadjah Mada ini menjelaskan kekerasan dalam rumah tangga adalah hal yang menjurus kepada isu kesehatan mental, bisa dalam bentuk kekerasan fisik, kekerasan ekonomi dengan tidak memberikan nafkah, kekerasan seksual dalam rumah tangga, maupun psikologis.

"Pertama, sering merendahkan kita, baik secara personal maupun ketika di depan umum," ujar anggota Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia itu.

BACA JUGA: Lesti Kejora Mencabut Laporan Kasus Dugaan KDRT Rizky Billar?

Ciri lainnya adalah tidak mampu mengomunikasikan dan menyelesaikan masalah berdua dengan baik, bahkan cenderung menghindari atau kabur dari masalah.

Kemudian, perhatikan apakah pasangan sering menggunakan kata-kata kasar saat menyampaikan keluhannya.

BACA JUGA: Begini Kondisi Rizky Billar Setelah Ditetapkan Sebagai Tersangka Kasus KDRT

Hal lain yang harus diwaspadai adalah ketika pasangan memaksakan kehendak pada pada pasangannya seperti mengatur apa yang seharusnya dilakukan pasangan tanpa mau mendengar kebutuhannya.

Lalu, hati-hati bila pasangan merasa berkuasa dan merasa paling benar.

"Ini ditandai dengan sering menyalahkan pasangan atas sikap dan perilaku kasar yang dilakukan dilanjutkan dengan mengatakan bahwa pasangan pantas mendapatkan hal ini," ucapnya.

Amati juga apakah pasangan bersikap buruk kepada orang tua dan orang-orang sekitarnya. 

Sebab, sikap dan perilaku seseorang mencerminkan bagaimana ia tumbuh dan berkembang dalam keluarga.

"Bagaimana mereka memperlakukan orang-orang di rumah dan sekelilingnya dapat menjadi salah satu tanda," ujar Anggiastri.

Pasangan yang sudah menikah sebaiknya perlu saling belajar untuk bisa memahami satu sama lain dan menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. 

Kelola emosi dalam pernikahan agar tidak berujung pada kekerasan dengan cara memahami kebutuhan diri, kemudian memahami kebutuhan pasangan dan saling mengkomunikasikannya dengan baik.

Dia mengatakan dengan menempatkan kepentingan bersama, secara otomatis masing-masing akan memikirkan bagaimana cara terbaik untuk memberikan kenyamanan dan memenuhi kebutuhan pasangan.

"Perlu diingat bahwa ketika menjadi pasangan suami istri, pasangan merupakan sebuah tim yang kesuksesan tim ini ada di tangan bersama," katanya. (antara/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler