Hindari Tragedi Terulang

Senin, 16 April 2012 – 08:33 WIB

PESCARA - Tahun ini, sepak bola dunia menghadapi beberapa persoalan kesehatan serius. Setidaknya ada empat pemain dunia yang mengalami masalah kesehatan pelik, seperti Fabrice Muamba, Antonio Cassano, Eric Abidal, dan Stiliyan Petrov.

Namun, semuanya tidak setragis gelandang klub Serie B Liga Italia Livorno Piermario Morosini. Pemain pinjaman dari Udinese itu meninggal dunia setelah mengalami penghentian kerja jantung (cardiac arrest) ketika sedang bertanding.

Pada menit ke-31, ketika Livorno sedang unggul 2-0 atas tuan rumah Pescara di Stadion Adriatico, Sabtu (14/4), Morosini tiba-tiba terjatuh, lalu sempat berupaya bangun tiga kali sebelum jatuh lagi dan kemudian dirawat tim medis.

Sampai saat ini, belum ada jawaban resmi soal penyebab kematian pemain berusia 25 tahun itu. Ada yang menyebut penyebabnya cardiac arrest dan adapula yang menyimpulkan kematiannya disebabkan aneurysm atau pembengkakan pembuluh darah.

Kebetulan beberapa menit sebelum Morosini tiba-tiba terjatuh dan tak sadarkan diri, dia sempat mengalami insiden tabrakan kepala dengan pemain Pescara Emmanuel Cascione. "Segalanya lebih jelas seperti otopsi," ungkap Paloscia, dokter di Rumah Sakit Pescara, kepada Football Italia.

Apapun penyebab kematian Morisini, yang sekarang dipikirkan FIGC adalah bagaimana agar insiden yang sama tidak terulang. AIC (asosiasi pemain sepak bola Italia) juga langsung berreaksi mencari solusi masalah tersebut.

"Tragedi ini menjelaskan bahwa para pemain kurang termonitor dengan baik," bilang Paolino, kardiolog di Rumah Sakit San Camillo, Roma, kepada Goal.

Namun, tidak semuanya sepakat dengan anggapan itu. Manajer Manchester City Roberto Mancini yang pernah melatih Inter Milan, Fiorentina, dan Lazio, menyatakan Serie A bahkan lebih ketat dalam tes kesehatan ketimbang Premier League.

Itu juga didukung kepala tim medis timnas Italia Professor Enrico Castellacci. "Tidak seperti itu. Tes berlangsung ketat. Sangat ketat. Mereka yang dites harus bisa melewati serangkaian tes yang telah diatur menurut hukum di tempat tes yang resmi," katanya kepada Gazzetta dello Sport.

Pemerintah Italia pun turun tangan. "Tragedi yang dialami ini harus menjadi pelajaran agar kami bekerja lebih keras dalam menggaransi keselamatan para pemain melalui serangkaian tes yang ketat. Ini tidak boleh terjadi lagi," kata Piero Gnudi, menteri olahraga Italia.

Selain pencegahan dini dengan melakukan tes kesehatan yang ketat dan terperinci, ada beberapa hal yang juga menjadi catatan di sepak bola Italia, yakni penanganan cedera parah atau insiden seperti itu. Dalam kasus Morosini, ambulans agak telat tiba.

Ya, ambulans datang telat enam menit karena pintu darurat yang merupakan jalur masuk ke stadion terhalang kendaraan lain. Lalu, belum ada kejelasan apakah ketika insiden terjadi, petugas medis langsung menggunakan alat kejut jantung ataukah tidak.

Pastinya, petugas media memang telah melakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR) kepada Morosini. "Ketika terjadi cardiac arrest, yang pertama dilakukan adalah CPR. Kemudian, bila ada tanda elektrik, maka alat kejut jantung bisa dipakai," jelas Ernesto Sabatini, tim medis Pescara.   

Nah, kondisi itulah yang berbeda dengan penanganan Muamba ketika dia terjauh tak sadarkan diri dalam pertandingan perempat final Piala FA antara Bolton Wanderers melawan Tottenham Hostpur, 17 Maret lalu, di White Hart Lane.

Begitu dia tak sadarkan diri di lapangan, tim medis langsung sigap memberikan pertolongan dengan memakai alat kejut jantung. Ambulans juga siap sedia dan dia langsung dilarikan ke rumah sakit London Chest ditemani manajer Owen Coyle dan kapten Kevin Davies.

Muamba akhirnya tertolong. Lalu, kasus lain adalah Antonio Cassano yang juga mengalami kelainan jantung dan baru ketahuan setelah laga melawan AS Roma pada 30 Oktober tahun lalu. Dia akhirnya menjalani operasi jantung ringan untuk mengatasi kelainan itu.

Bahkan, Cassano sudah kembali turun lapangan bersama Milan sejak 7 April lalu. Dia turun sebagai pemain pengganti ketika Milan kalah dari Fiorentina 1-2. "Saya pernah ingin berhenti bermain bola karena takut mati, kini segalanya kembali berjalan baik," kata Cassano. (ham)

Meninggal Saat Main Bola

1. Phil O"Donnell (kapten tim Motherwell Skotlandia, 35 tahun, meninggal dunia setelah pingsan saat memperkuat timnya menghadapi Dundee United dalam kompetisi Liga Primer Skotlandia, 29 Desember 2007 di Fir Park.

2. Antonio Puerta
(Bek Sevilla, 22 tahun, meninggal tiga hari sesudah pingsan dalam laga La Liga melawan Getafe, 25 Agustus 2007).

3. Chaswe Nsofwa
(Mantan striker Zambia, 27 tahun,  pingsan dan meninggal ketika mengikuti sesi latihan bersama klubnya, Hapoel Beersheba, Israel. Saat itu suhu udara mencapai 40 derajat Celcius)

4. Hugo Cunha
(Gelandang Uniao Leiria,Portugal, 28 tahun, Juni 2005.

5. Miklos Feher
(Pemain asal Hungaria, 24 tahun, meninggal pada Januari 2004 saat memperkuat klubnya, Benfica, melawan Vitoria Guimaraes).

6. Marc-Vivien Foe
(Meninggal dalam usia 28 tahun, saat laga Kameruin v Kolumbia, Juni 2003).

7. Eri Irianto
(Pemain Persebaya Surabaya, 26 tahun, meninggal dunia diduga akibat gagal jantung, pada 3 April 2000 di RSUD dr Soetomo, beberapa jam setelah bertanding melawan PSIM Jogjakarta.

8. Samuel Okwaraji
(Pemain Nigeria, 24 tahun, meninggal pada Agustus 1989, sebelum berakhirnya pertandingan babak kualifikasi PD 1990 antara Nigeria v Angola.

9. Jumadi Abdi
(Pemain Bontang PKT kelahiran Balikpapan, 14 Maret 1983. Meninggal di Bontang, 15 Maret 2009 pada umur 26 tahun. Dia kena terjang pemain Persela Deni Tarkas dalam laga 7 Maret 2009 di Bontang.

10. Adjie Massaid
(Politisi muda Partai Demokrat meninggal di RS Fatmawati, Jakarta Selatan, Sabtu (5/2/2011). Dia meninggal setelah bermain futsal.)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lakukan Segala Upaya agar MU Juara


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler