OLYMPIQUE Marseille datang ke Giuseppe Meazza pada second leg babak 16 besar Liga Champions dengan keunggulan satu gol. Situasi yang persis sama dengan delapan tahun lalu, ketika kedua tim bertemu di perempat final Piala UEFA.
Ketika itu, Marseille menang 1-0 di Stade Velodrome. Lalu, mereka kembali menang 1-0 pada second leg di Giuseppe Meazza. Direktur olahraga Marseille Jose Anigo yang saat itu menjadi pelatih belum lupa akan memori manis itu. Berikut petikan wawancaranya di situs resmi klub.
Jose, coba kembali ke delapan tahun lalu, ketika situasi yang sama seperti kali ini. Marseille unggul 1-0 pada first leg sebelum bermain di Meazza.
Anda melatih ketika itu, bagaimana pendekatan Anda jelang laga?
Itu tidak muda, tetapi saya ingat dengan jelang, kami berengkat ke sana dengan perasaan tidak terlalu takut. Kami merasa kami cukup baik pada first leg dan pantas untuk lolos. Kami datang dengan waspada, tetapi tidak takut. Saya tidak ingin ada satu pun pemain atau staf yang berbicara soal peluang lolos. Mereka semua percaya kami akan lolos, meski kami kehilangan Didier Drogba yang terkena skorsing. Kami tetap percaya diri.
Apa instruksi Anda kepada pemain sebelum pertandingan?
Kami menyiapkan diri untuk bertahan dan tidak terlalu ngotot menumpuk pemain di depan. Kami memainkan lima pemain di belakang, lini tengah agak ke belakang, dan meninggalkan Mido di depan. Kami ingin hanya meninggalkan sedikit ruang, kemudian mencoba melakukan serangan balik bila mungkin. Tetapi, kami tidak ingin selalu melakukan serangan balik. Prioritas kami tetap tidak kebobolan. Inter melakukan segalanya dan tiba-tiba serangan balik kami menghasilkan gol (Meriem 74?). Momen itu membuat laga serasa usai. Itu momen hebat untuk tim ini. Penuh kesenangan dan kami ingin melakukannya lagi.
Apa memori paling kuat dalam laga itu?
Menghabiskan waktu dengan para pemain setelah pertandingan. Sebelum laga, persiapannya, semuanya berjalan begitu cepat, pertandingannya juga.
Bagaimana perasaan Anda saat Meriem mencetak gol?
Saya tahu, laga sudah usai. Itu sudah menit ke-74. Saya tahum butuh keajaiban bagi Inter dan tidak ada waktu untuk mencetak tiga gol. Ketika Anda seorang pelatih, Anda pasti tahu akan kemana laga ini berakhir. Itu momen yang bagus antara saya dengan Mido. Saya tidak pernah punya hubungan baik dengannya karena Didier selalu menguasai posisi utama. Dia (Mido) suka merajuk, berlatih sesukanya. Tetapi, kami bisa membuatnya kembali fokus. Kami bermain sesuai dengan cara kami dan itu sangat hebat. (ham)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Capello: Messi dan Maradona Beda Zaman
Redaktur : Tim Redaksi