jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Dr. H M Hidayat Nur Wahid, MA menyayangkan Menteri Agama Fachrul Razi yang kembali membuat pernyataan yang meresahkan umat, yang menggambarkan phobia kepada Hafidh (penghafal Al-Quran) anak muda “good looking”, bisa bahasa Arab, yang disebutnya sebagai pintu penyebar radikalisme di Masjid-masjid.
“Pernyataan itu sangat tidak diperlukan. Apalagi di tengah makin banyaknya umat korban teror covid-19, dan makin banyaknya kasus moral di Indonesia. Seharusnya Menteri Agama malah berterima kasih kepada anak-anak muda itu, menyambut positif tren mereka yang good looking yang hijrah, bisa bahasa Arab, apalagi Hafidh (penghafal) Al-Quran yang memakmurkan Masjid dan mau mengurusi Masjid,” ujarnya melalui siaran pers di Jakarta, Jumat (4/9).
BACA JUGA: Hidayat Nur Wahid Usulkan Pembentukan Mahkamah Kehormatan MPR RI
HNW sapaan akrabnya mengatakan seharusnya para anak muda itu dibimbing agar masjid makin makmur dan mereka tidak terkena penyakit masyarakat, agar nyaman menjadi muslim moderat yang rahmatan lil alamin dengan aktif di Masjid.
“Janganlah anak-anak muda good looking yang bisa dari kalangan celebritis, artis dan lain-lainnya itu malah distigma dan diframing sebagai pintu penyebaran radikalisme melalui Masjid,” sebutnya.
BACA JUGA: Hidayat Nur Wahid: Lembaga Negara Akan Sampaikan Laporan Kinerja yang Terbaik
“Bila perilaku tidak bijak seperti ini terus dilakukan, bisa berdampak pada berkembangnya saling curiga di antara jemaah Masjid, dan anak-anak muda itu malah jadi takut ke Masjid, dan akhirnya kembali ke lingkungan sebelumnya yang bisa destruktif dan jauh dari spirit positif Masjid,” tambahnya.
Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengatakan lebih sesuai dengan tupoksinya, apabila Menag mendukung anak-anak muda untuk aktif di masjid atau rumah ibadah lainnya sesuai dengan agama yang dianutnya, dan mengajak semuanya, bukan hanya yang ke Masjid saja untuk beragama yang Moderat, toleran, cinta bangsa dan negara, serta rahmatan lilalamin, daripada phobia hanya terhadap anak-anak muda ygan aktif di Masjid.
BACA JUGA: Sigap! Kapal Perang TNI AL Arahkan Senjata Anti-Udara ke Pesawat Musuh
Menurutnya, dengan spritit semacam itu, mereka akan aktif di masjid atau rumah ibadah, anak-anak muda tersebut akan menemukan lingkungan yang konstruktif, jauh dari lingkungan kejahatan atau kegiatan yang destruktif dan tidak bermoral.
“Seharusnya Menag selamatkan moral bangsa dan semangat beragama kalangan generasi muda dari radikalis amoral seperti pedofilia pria tua asal Prancis yang memakan korban 305 anak Indonesia beberapa waktu lalu. Atau radikalis LGBT yang kembali gelar pesta seks ratusan gay yang terjadi lagi di Jakarta kemarin. Kedua kelompok ekstrim itu secara radikal mengulangi kejahatan mereka yang jelas-jelas melanggar hukum dan ajaran Agama, serta menghancurkan moral bangsa, pilar jaminan eksistensi bangsa,” tukasnya.
Anggota Komisi VIII DPR RI ini mengingatkan agar Menag fokus kepada tugas pokok Menag untuk mendorong makin terselamatkannya moral bangsa dan majunya kehidupan beragama di Indonesia.
“Seharusnya Menag bersuara lantang soal penghancuran moral bangsa itu. Tidak malah diam saja. Dan mestinya beliau serius hadirkan keteladanan menjadi Muslim Moderat yang Rahmatan lil alamin. Bukan justru terkesan phobia terhadap bermunculannya anak-anak muda good looking, bisa berbahasa Arab dan apalagi Hafidh (penghafal Al Quran) yang ikut memakmurkan dan mengurusi Masjid, yang justru potensial menjadi generasi penerus yang selamatkan bangsa dengan moral dan laku beragama yang moderat dan rahmatan lil alamin” pungkasnya.(jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Friederich