HNW: Peningkatan Kualitas Pendidikan Lebih Urgen Daripada Pemindahan Ibu Kota

Jumat, 06 September 2019 – 15:12 WIB
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menerima kunjungan Duta Besar Singapura untuk Indonesia Ali Kumar Nayar di Gedung Nusantara III Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (6/9). Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menerima kunjungan Duta Besar Singapura untuk Indonesia Ali Kumar Nayar di Gedung Nusantara III Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (6/9).

Kumar Nayar datang untuk meminta pandangan dan pendapat Hidayat bagaimana Indonesia dalam lima tahun ke depan.

BACA JUGA: Basarah MPR Ungkap Empat Kelemahan Mendasar UU SPPN

Hidayat mengatakan, ke depan para pemangku kepentingan di Indonesia harus menjaga komitmen-komitmen yang sudah menjadi kesepakatan bersama, yaitu menjaga keindonesiaan.

BACA JUGA: Hidayat MPR Dorong Mahasiswa Berperan Dalam Kebangkitan Bangsa

BACA JUGA: Gus AMI: Ekonomi dan Religius Adalah Isu yang Sangat Strategis

Menurut dia, menjaga Indonesia juga akan berdampak positif buat negara-negara tetangga seperti Singapura.

“Demokrasi di Indonesia berjalan dengan baik. Pemilihan umum berjalan lancar dan aman. Banyak yang mengkhawatirkan terjadinya konflik usai pemilu. Ternyata tidak terjadi. Kita tetap bisa menjaga Indonesia. Saya ingin ke depan komitmen-komitmen yang sudah kita sepakati tetap terus kita jaga. Jika Indonesia maju bisa berdampak pada kemajuan kawasan Asia Tenggara. Menjaga Indonesia juga akan berdampak positif buat negara-negara tetangga,” jelas Hidayat.

BACA JUGA: Oesman Sapta Apresiasi Program Tanah Untuk Rakyat

Dalam pertemuan itu, Dubes Singapura Ali Kumar Nayar juga menyebut soal Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

“GBHN sebagai proses dari reformasi politik di Indonesia, yaitu bagaimana program-program dan rencana pembangunan memiliki visi jangka panjang bukan hanya tujuan pendek selama lima atau 10 tahun,” kata Ali Kumar Nayar.

Kepada Dubes Singapura, Hidayat menjelaskan panjang lebar tentang GBHN.

“Saya setuju dengan dihidupkan kembali GBHN. Ketiadaan GBHN yang berjangka panjang dan mengikat membuat kebijakan Indonesia tidak terukur dan memiliki visi ke depan yang kuat. Contohnya, pimpinan di Indonesia melaksanakan program sesuai janji kampanye. Presiden memenuhi janji kampanye. Gubernur juga banyak janji kampanye. Begitu juga bupati dan wali kota,” papar Hidayat.

Supaya program dan pembangunan tertata dengan baik, lanjut Hidayat, perlu GBHN. GBHN akan memandu semua orang.

Pimpinan punya janji kampanye dan menjalankan visi tetapi harus sesuai koridor GBHN.

Agar GBHN mempunyai posisi politik yang kuat dan dilaksanakan, harus didukung oleh sebuah lembaga. Lembaga itu adalah MPR.

“GBHN inilah tempat bertemunya seluruh wakil rakyat dan wakil daerah dari seluruh partai. Inilah Indonesia. Sehingga diharapkan pembangunan bukan berdasarkan visi seseorang tetapi visi tentang negara. Jika ini terlaksana maka tahapan pembangunan Indonesia akan terukur,” ucapnya.

Dalam pertemuan itu, Ali Kumar Nayar juga menyinggung soal pemindahan ibu kota negara Indonesia.

“Dalam lima tahun ke depan, presiden juga sudah menentukan skala prioritas yaitu pembangunan sumber daya manusia, kesehatan, investasi. Namun, tiba-tiba muncul rencana untuk memindahkan ibu kota negara. Apakah ini surprise?” tanya Ali Kumar.

Hidayat mengaku sudah membuat pernyataan tentang pemindahan ibu kota negara di berbagai media massa.

Jika pemerintah ingin membangun sumber daya manusia yang unggul, salah satu pintunya ialah melalui pendidikan.

“Kalau ada anggaran yang longgar, pakailah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini lebih urgen daripada memindahkan ibukota negara,” ujarnya.

Selain itu, anggaran untuk membangun ibu kota negara baru bisa untuk menutup defisit BPJS.

“Kalau rakyat sakit, bagaimana bisa menjadi sumber daya manusia yang unggul?” ucapnya. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hidayat MPR Dorong Mahasiswa Berperan Dalam Kebangkitan Bangsa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
MPR RI  

Terpopuler