HNW Siapkan Pengembangan Muara Angke

Jumat, 04 Mei 2012 – 11:34 WIB
CALON gubernur DKI Jakarta Hidayat Nur Wahid (HNW) tengah membidik kawasan Muara Angke, Jakarta Utara dalam pengembangan konsep pariwisata lingkungan (ecotourism). Pasalnya, kawasan tersebut memiliki potensi yang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Apalagi terdapat tempat pelelangan dan pelabuhan ikan, serta tempat makan ikan bakar. Namun disayangkan kawasan tersebut masih belum bisa terbebas dari banjir akibat rob. Tiada hujan pun tetap mengalami banjir. Sebab terdapat reklamasi pesisir utara Jakarta. Bahkan selama bertahun-tahun, kerap menjadi kawasan pembuangan sampah.

Menurut Hidayat, pada dasarnya kawasan Muara Angke sebagai kampung nelayan bisa menjadi kawasan yang bernilai ekonomis bagi DKI Jakarta. Sayangnya potensi itu tertutup lantaran pengelolaan kawasan yang tidak tepat dan pencemaran lingkungan yang sudah cukup parah. “Pengelolaannya dapat mencontoh seperti kampung nelayan di Belanda dan Thailand. Bahkan kampung nelayan di Muara Angke ini punya nilai lebih karena memiliki hutan mangrove dan taman margasatwa,” ujar Hidayat ketika mengunjungi kampung nelayan di Muara Angke, Jakarta Utara, Kamis (3/5).

Ia menjelaskan, setiap hari kampung nelayan mendapat limpahan 1.400 meter kubik sampah. Namun hanya 40 meter kubik saja yang dapat diambil oleh Suku Dinas Kebersihan DKI, sisanya terbiarkan. Sampah rumah tangga kebanyakan berasal dari wilayah selatan Jakarta yang dibawa Sungai Ciliwung. Sedangkan limbah industri dari Kali Angke. “Masalah ini harus segera dibenahi, agar menjamin kesehatan bagi warga kampung nelayan,” tandas Hidayat.

Dengan teratasinya sampah di kawasan ini, anak-anak warga kampung nelayan bisa bemain dan belajar dengan layak. ”Karena selama ini tempat bermain anak-anak berada di atas tumpukan sampah. Ini sangat memprihatinkan bagi kesehatan generasi kita,” cetusnya.
 
Pengelolaan sampah yang tepat di kampung nelayan ini akan berdampak terhadap kehadiran Taman Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) yang sudah ada di Muara Angke. Luas lahan suaka itu 170,6 hektare, terbagi atas suaka margasatwa, hutan lindung dan Taman Wisata Alam Angke-Kapuk. Sementara SMMA sendiri luasnya hanya 25 hektare.

“Kawasan hutan bakau seluas 25,02 hektare yang dihuni tak kurang dari 90 spesies burung. Pada tahun 2003, Birdlife International selaku organisasi pelestari burung, memasukkan kawasan Muara Angke sebagai daerah penting yang harus dilindungi. Bisa dibayangkan, bagaimana dampak ekonomi dan lingkungan yang dihadirkan jika wisata lingkungan di kampung nelayan ini benar-benar dapat dimaksimalkan,” pungkas Hidayat. (rul/pes)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Zaini Abdullah Tunggu Kritik Pers

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler