Hoki Donuts, Potret Sukses Program Kewirausahaan Sosial

Jumat, 05 Februari 2021 – 15:02 WIB
Program Kewirausahaan Sosial (ProKUS) Kementerian Sosial (Kemensos) RI memberdayakan PKM PKH yang telah tergraduasi. Foto: Kemensos.

jpnn.com, JAKARTA - Nuraisyah Jamil, wanita berusia 44 tahun ini sudah akrab dengan adonan dan penggorengan ketika berkreasi membuat donat bagi para pelanggannya.

Ibu dari lima anak ini memproduksi lusinan donat setiap hari di rumahnya,   kawasan Kebon Pala, Makasar, Jakarta Timur. 

BACA JUGA: Disupervisi Kemensos, Kota Cilegon Siap Aktivasi 43 Puskesos

Pernah menjadi Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) tahun 2010 tidak membuat Nurasiyah berserah diri.

Keinginan untuk berdikari, membuat sosok wanita yang kerap dipanggil Ibu Nur ini mampu menyisihkan sebagian bantuan yang diterimanya.

BACA JUGA: Syarief Hasan: Gerakan Kewirausahaan Nasional Harus Masif

Bu Nur juga mengikuti berbagai pelatihan kewirausahaan agar berdaya dan mandiri secara ekonomi.

Hal itulah yang menjadi motivasi Bu Nur untuk graduasi dari PKH pada 2018. 

BACA JUGA: Semasa Pandemi Covid-19, Penerima Manfaat di Balai Kemensos Ciptakan Hasil Karya Menarik

“Tadinya saya setiap dapat bantuan PKH saya sisihkan. Masa iya kita harus dapat bantuan terus. Sedikit demi sedikit menyisihkan (bantuan) dan ikut pelatihan sana-sini, akhirnya mandiri,” tutur Bu Nur.

Berbagai usaha telah dilakoni Bu Nur.

Mulai dari menjual nasi uduk, mi ayam, katering, hingga membuat donat.

Berkat keuletannya, Bu Nur dipercaya salah satu sekolah untuk menyediakan katering makan siang.

Tidak kurang dari 200 paket makanan ia antarkan setiap hari.

Namun keadaan pandemi membuat sekolah tidak beroperasi sebagaimana mestinya.

Kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang diberlakukan mengakibatkan usaha katering Bu Nur berhenti. 


Tahun 2020 lalu menjadi kebangkitan usaha Nurasiyah.

Dibantu suami dan anak-anaknya, Nurasiyah memulai kembali usaha pembuatan donat yang diberi nama Hoki Donuts.

Berawal dari setengah kilogram, satu kilogram hingga lima kilogram, usaha Nurasiyah lambat laun dilirik oleh konsumen.

Hal tersebut juga yang mengantarkan Nurasiyah diusulkan oleh pendamping PKH untuk menjadi peserta Program Kewirausahaan Sosial (ProKUS) Kementerian Sosial (Kemensos) RI.

ProKUS merupakan program kewirausahaan dari Direktorat Pemberdayaan Sosial, Perorangan, Keluarga dan Kelembagaan Masyarakat (PSPKKM) di bawah Direktorat Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial RI.

ProKUS bertujuan untuk memberdayakan KPM PKH yang telah tergraduasi dan memiliki rintisan usaha agar mampu hidup sejahtera.

Tidak hanya bantuan stimulan berupa modal usaha, ProKUS juga menyediakan mentor bagi para pelaku usaha mikro bekerja sama dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Bina Swadaya untuk wilayah DKI Jakarta.

Mekanisme pelaksanaan ProKUS dimulai dari mentor menghimpun data peserta dari pendamping PKH. Selanjutnya melakukan kunjungan sebanyak 4 kali bersama TKSK.

Mentor ProKUS fokus kepada pengembangan wirausaha peserta ProKUS.

TKSK fokus kepada pendampingan sosial, utamanya dalam menjalin interaksi yang baik antara peserta ProKUS dengan lingkungan sosialnya. 

Bantuan stimulan ProKUS tahun 2020 senilai Rp 3,5 juta digunakan Nurasiyah untuk membeli mixer berkapasitas 7,5 kilogram dan boks donat.

Hal tersebut menambah kapasitas produksi hingga maksimal 40 lusin donat dalam sehari.

Sebagian dipasarkan langsung di kios dan sebagian lagi dipasarkan secara daring.

Selain modal usaha, Nurasiyah juga mendapatkan beberapa macam pelatihan dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Bina Swadaya.

Di antaranya literasi keuangan, pendampingan mengenai e-commerce (foto produk, optimalisasi penggunaan media sosial), merek dan kemasan, membangun hubungan dengan pelanggan, bahkan dukungan keluarga dalam menjalankan usaha. 

David Fabian Tamara, mentor bisnis Bina Swadaya mengatakan bahwa Nurasiyah merupakan satu dari 28 peserta ProKUS yang didampinginya.

Produk usaha para KPM telah diunggah di sebuah platform pasar digital yakni www.pasarwirausahaindonesia.com.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengenalan terhadap pasar digital dan mempersiapkan keterlibatan peserta ProKUS dalam e-commerce, termasuk juga nanti akan diunggah di web pameran Kesetiakawanan Sosial Nasional (KSN) www.pameranksn.kemensos.go.id.

David beserta rekannya, Vince, selaku mentor ProKUS terus berupaya agar peserta ProKUS berdaya.

Misalnya dengan memastikan tercapainya indikator kinerja meliputi literasi keuangan seperti pembukuan dan membangun kesadaran menabung,  modal sosial, termasuk di dalamnya membangun interaksi yang baik dengan pelanggan dan pemanfaatan media sosial, serta manajemen aset dan pemasaran. 

ProKUS dinilai efektif dan bermanfaat dengan adanya kontrol terhadap Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dibuat oleh peserta. Hal ini dmaksudkan agar terbentuk komitmen peserta dalam merencanakan dan menjalankan usaha.

“Harus ada semacam kontrak sosial agar peserta tidak mundur di tengah-tengah tanpa alasan yang jelas. Sebaiknya, proses seleksi dan kriteria di awal harus jelas. Secara umum, semuanya sudah bagus, “ tambah David.

Dukungan Keluarga

Usaha Nurasiyah tidak lepas dari dukungan keluarga. Sang suami, Raisan (53) turut membantu dalam proses produksi serta memastikan kualitas produk.

Bahkan tidak jarang ia turut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah saat sang istri mendapatkan banyak pesanan.

“Saya sebagai kepala keluarga, apa pun kegiatan istri selalu saya dukung terutama saat ada pelatihan. Selagi ilmu itu perlu buat kita, silakan dipelajari. Hanya tekad yang kita kuatkan. Jangan mengeluh dengan keadaan tetapi bagaimana mengatasi keadaan itu. Jangan putus asa,” ujarnya sembari merangkul pundak sang istri.

Kedua putra Raisan dan Nurasiyah, Zaid dan Rizki, yang pernah mengenyam bangku SMK juga turut andil dalam pembuatan desain produk.

Keterampilan mereka dituangkan dalam pembuatan stiker, desain kemasan, kaos seragam, foto produk, promosi melalui media sosial, juga mengelola akun e-commerce.

Konsistensi merupakan Kunci

Nurasiyah mengatakan penting untuk menjaga kualitas donat yang dibuatnya.

Kini usaha Hoki Donuts semakin dikenal masyarakat sekitar.

Berbagai respon positif diterimanya, sehingga beberapa di antara pelanggannya justru menjadi reseller.

Tidak hanya di wilayah Jakarta Timur, Hoki Donuts bahkan merambah ke Bandung, Tangerang, Pekalongan hingga Kepulauan Seribu. 

Optimisme keluarga ini tampak dari ketekunan mereka memasarkan produk mereka di-platform digital.

Nurasiyah dan keluarga berharap suatu saat usaha mereka tidak hanya dikenal masyarakat di sekitar tempat mereka tinggal, tetapi juga di seluruh wilayah Indonesia. (*/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler