Home Tournament Bisa Jadi Salah Satu Solusi Jika Kompetisi Kembali Digelar

Jumat, 29 Mei 2020 – 20:59 WIB
Ilustrasi PSSI. Foto: Amjad/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Kompetisi Liga di Indonesia berpotensi kembali digulirkan di tengah pandemi COVID-19.

Hanya saja, untuk mewujudkannya, PSSI harus menemukan formula yang tepat dalam pelaksanaannya.

BACA JUGA: Info Terbaru dari Polisi Soal Penangkapan Pecatan TNI yang Minta Jokowi Mundur

Dokter Timnas Indonesia Syarif Alwi, mengatakan kondisi new normal juga menjadi tantangan baru bagi sepak bola Indonesia saat ini.

Untuk mempermudah dan mengantisipasi penyebaran COVID-19, dia menilai membuat kompetisi model home tournament adalah hal yang paling mungkin.

BACA JUGA: Wanita Paruh Baya Tewas Bersimbah Darah, Tubuhnya Dihujani 22 Tusukan, Lihat Fotonya

Misalnya klub Liga 1 yang jumlahnya 18 tim dibagi tiga dikumpulkan di satu kota bermainnya.

"Bisa saja, tim tidak lalu lalang dengan pesawat dulu, dari daerah satu ke daerah yang lain dengan intensitas tinggi tiap pekannya.

BACA JUGA: Perwakilan Pemain Pro Indonesia Ingin Kompetisi Lanjut, PSSI Beri Jawaban Begini

Karena ini berisiko, kenapa tidak dicoba, kompetisi dibagi dalam tiga wilayah, dipilih kota-kota tertentu jadi tuan rumah, dan klub dikumpulkan di sana," kata Syarif.

Cara tersebut menurut Dokter yang sudah berada di Timnas sejak 2011 lalu paling memungkinkan karena kontrol, monitoring, dan lalu lalang klub atau tim akan menjadi terbatasi.

Misalnya salah satu kota itu di Yogyakarta, Syarif menyebut di sana banyak stadion berkualitas tersedia.

Selain itu, ada juga hotel yang besar dan bisa menampung beberapa tim.

"Kalau dibagi tiga wilayah, satu wilayah misalnya di Yogya, akan diisi oleh enam tim, kakau satu tim isinya 50 orang, maka perlu hotel yang bisa tampuk 300 orang," ungkapnya.

Dengan ditempatkan satu hotel, maka bisa penerapan disiplin yang keras, aturan yang ketat bisa dilakukan.

Selain itu, monitoring jadi lebih mudah, dibuat satu pintu sehingga pemain tak bisa nanti seenaknya keluar-keluar ke mal ataupun meninggalkan hotel.

"Semua protokol kesehatan harus diterapkan. tim juga harus jalankan social distancing, sehingga aman dan antisipasi ada," ungkap Syarif.

Pria yang memiliki klinik di Bekasi itu memastikan, untuk terapkan social distancing, maka perlu bus tim yang banyak.

Artinya, untuk mengangkut satu tim ke stadion, tak bisa lagi dalam satu bus.

"Kalau satu tim pemain dan ofisial seluruhnya 50, ya butuh setidaknya dua bus. Nanti bus ini ekstra dijaga kebersihannya, harus disterilkan, disemprot disinfektan, secara berkala, sebelum digunakan," tuturnya.

Pun demikian di dalam stadion, protokol kesehatan ketat harus dilakukan. Tempat cuci tangan, hand sanitizer, sampai masker harus terus dipakai.

Handuk pemain pun, harus habis pakai ganti, tak boleh digunakan berulangkali.

BACA JUGA: Dua Pria Saling Bacok di Tepi Jalan, Keduanya Sama-sama Tewas Mengenaskan

"Saya nanti akan siapkan aturannya, protokolnya bagaimana di dunia olahraga karena ini harus detail. Terutama sepak bola ya," ungkap Syarif.
(dkk/jpnn)


Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler