Hubbard Siap Jadi Atlet Transgender Pertama di Ajang Olimpiade, Siapa Dia?

Kamis, 06 Mei 2021 – 21:19 WIB
Atlet angkat besi Selandia Baru Laurel Hubbard saat berkompetisi di nomor +90kg putri dalam ajang Commonwealth Games 2018 di Gold Coast pada 9 April 2018. (AFP/ADRIAN DENNIS)

jpnn.com, SELANDIA BARU - Atlet angkat besi Selandia Baru Laurel Hubbard siap menjadi atlet transgender pertama yang berkompetisi di ajang Olimpiade.

Ini merupakan sebuah langkah yang bakal memicu kembali perdebatan tentang etika dalam dunia olahraga.

BACA JUGA: Nama 17 Atlet Bulu tangkis yang Akan Dikirim Berlaga di Kancah Eropa

Atlet berusia 43 tahun, yang terlahir sebagai laki-laki tetapi kemudian beralih menjadi perempuan di usia 30-an, hampir mencapai standar kualifikasi baru untuk bisa mengikuti Olimpiade Tokyo.

Hubbard, yang juga pernah berkompetisi sebagai pria, memenuhi persyaratan untuk berkompetisi dalam angkat besi putri.

BACA JUGA: Mantap! Turnamen Bulu tangkis Tingkat Nasional Pertama Segera Digelar

Kadar testosteronnya menunjukkan di bawah ambang batas yang disyaratkan Komite Olimpiade Internasional.

Dia berambisi masuk kontingen Selandia Baru di Olimpiade Tokyo dan mengikuti pertandingan untuk kategori putri + 87kg.

BACA JUGA: Gegara Aksi Suporter, MU Harus Bertanding 3 Kali dalam 5 Hari

Pada nomor tersebut saat ini dia berada di peringkat 16 dunia.

Hubbard tercatat dalam sejarah setelah menjadi atlet transgender pertama di Commonwealth Games di Gold Coast pada 2018, ketika ia harus mundur karena mengalami cedera siku yang hampir mengakhiri kariernya.

Sementara itu, tim Selandia Baru belum menyebutkan namanya.

Namun, para pejabat mengatakan bahwa Hubbard kemungkinan memenuhi kriteria kualifikasi baru Federasi Angkat Besi Internasional yang telah disederhanakan karena pandemi Covid-19.

"NZOC dapat mengonfirmasi bahwa sistem kualifikasi federasi internasional (IF) yang direvisi sangat mungkin dipenuhi sejumlah atlet angkat besi Selandia Baru, termasuk atlet transgender Commonwealth Games Laurel Hubbard," kata Komite Olimpiade Selandia Baru (NZOC).

NZOC telah mendukung hak Hubbard untuk bertanding di masa lalu, dan semua atlet yang dipilih untuk Tokyo pun akan mendapat dukungan.

"Tim Selandia Baru memiliki budaya kepedulian yang kuat, inklusif, dan rasa hormat untuk semua," katanya seperti dilansir dari AFP, Kamis (6/5).

Tidak semua dunia olahraga begitu ramah dan penampilan Hubbard di Olimpiade pasti akan membangkitkan minat yang kuat guna menyoroti masalah pelik atlet transgender.

Federasi Angkat Besi Australia pernah gagal mencoba melarangnya di Gold Coast pada 2018, dengan alasan dia memiliki keunggulan fisik dibandingkan atlet perempuan lainnya terlepas dari kadar testosteronnya.

"Dalam pandangan kami, kriteria saat ini dan penerapannya berpotensi merendahkan angkat besi putri dan mencegah atlet kelahiran perempuan dalam mengejar olahraga di tingkat elit di masa depan," katanya.

Hubbard yang jarang memberikan wawancara itu pernah mengatakan kepada Radio New Zealand pada 2017 bahwa dia hanya ingin berkompetisi dalam olahraga yang dia sukai dan "memblokir" semua kritik.

"Saya tidak ingin mengubah dunia. Saya hanya ingin menjadi diri saya sendiri dan melakukan apa yang akan saya lakukan." (Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler