Kalangan eksportir Australia mengatakan kerjasama perdagangan dengan Indonesia tetap berjalan normal, meski saat ini terjadi ketegangan diplomatik antara kedua negara akibat keputusan Indoensia menghukum mati duo Bali Nine pada Rabu lalu .Australia akan menarik pulang Duta Besarnya dari Jakarta dan Perdana Menteri Australia, Tony Abbott mengatakan warga Australia "benar-benar marah’ setelah Indonesia mengeksekusi mati Andrew Chan dan Myuran Sukumaran pekan ini. Seperti diketahui, Indonesia merupakan pasar eksport penting bagi Australia dan saat ini tercatat sebagai mitra dagang terbesar Australia nomor 12 dengan total nilai kerjasama perdagangan dua arah mencapai hampir $15 miliar pada tahun 2013. Indonesia tercatat sebagai pasar ekspor produk gandum Australia terbesar dengan nilai mencapai  $1.4 miliar pada tahun 2013, dan masih menjadi pasar penting bagi produk ternak hidup, hortikultura dan juga gula Australia. Abbott mengatakan Australia menganggap eksekusi mati yang dilakukan Indonesia sebagai tindakan yang  "kejam dan tidak perlu", tetapi tetap menegaskan kalau "hubungan antara Australia dan Indonesia adalah penting, akan tetap penting, dan akan selalu penting, akan menjadi lebih penting seiring berjalannya waktu". Eksportir pertanian Australia mengatakan hubungan dagang mereka dengan Indonesia sejauh ini tetap bertahan seperti biasa, dan tidak ada tanda-tanda Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk membalas respon keras Australia dengan membatasi perdagangan dengan Australia. Karenanya beberapa sektor industri di Australia terus memantau dengan ketat  situasi yang berlangsung antara Indonesia dan Australia dengan seksama. Namun diperkirakan pelaksanaan hukuman mati pada pekan ini hanya akan menambah kepekaan di pasar saja, daripada menyebabkan gangguan terhadap kerjasama industri mereka. Sementara itu beredar spekulasi ketegangan politik baru antara Indonesia dan Australia ini akan berdampak pada perdagangan ternak hidup. Dewan Eksportir Ternak  Australia mengatakan kepada ABC Rural dalam komunikasi rutin mereka dengan importer Indonesia selama 6 pekan terakhir, tidak terdapat tanda-tanda ketegangan politik ini akan mempengaruhi perdagangan ternak hidup dengan Australia. Ekspor ternak hidup Australia ke Indonesia bernilai $302 juta pada tahun 2013. Keran perdagangan ini sempat ditutu pada tahun 2011 lalu, diikuti oleh pengurangan dalam skala luas izin kuota impor oleh pemerintah Indonesia yang memicu kehancuran industri ternak di utara Australia dan lonjakan harga daging sapi di Indonesia. Eksportir hortikultura dan gandum juga memantau ketat situasi hubungan Indonesia dan Australia. Kedua sektor ini mengaku saat ini masih terlalu dini untuk berkomentar, namun sejauh ini tidak ada indikasi kalau Indonesia berencana untuk melakukan aksi balasan dengan membatasi impor. Australia menyediakan lebih dari 60 persen dari impor gandum Indonesia pada tahun 2013. Lebih dari 20 persen gandum Australia yang dieksport dikirim ke Indonesia. "Secara alami kita memang mengkhawatirkan potensi dampak terhadap pasar utama gandum kita,” kata Presiden GrainGrowers, Andrew Carberry kepada ABC Rural. "Tapi kalangan industri akan bekerja keras untuk memastikan kerjasama antar industri dan juga hubungan dagang kita dengan Indonesia tidak akan terdampak,” "Namun ada banyak alasan mengapa industri Australia tidak membiarkan begitu saja pasar Indonesia, upaya yang akan kita lakukan menjadi bagian dari langkah-langkah yang terus berlanjut untuk mempertahankan hubungan dagang yang menguntungkan ini,”  Eksportir gandum dan hortikultura Australia mengatakan ada sejumlah isu sensitif di pasar, yang mungkin bisa semakin terpengaruh dengan isu hukuman mati yang berlangsung pekan ini namun masih terlalu dini untuk memastikan bagaimana isu ini akan mempengaruhi pasar ekspor ke Indonesia. 

BACA JUGA: Kisah Remaja Australia 14 Tahun Membuka Bisnis Pakaian

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rohaniawan Ungkap Tak Ada yang Berteriak Saat Dieksekusi

Berita Terkait