Hubungan Polri dengan Rakyat Dinilai Kian Memburuk

Minggu, 30 Juni 2013 – 09:23 WIB
JAKARTA - Hubungan Polri dengan masyarakat ternyata kian memburuk. Terbukti, selama enam bulan, dari Januari hingga Juni 2013, ada 58 fasilitas Polri yang dirusak dan dibakar masyarakat dalam 14 peristiwa konflik atau amuk massa di sekitar kantor polisi. Demikian catatan Indonesia Police Watch (IPW) menyongsong HUT Polri atau Hari Bhayangkara 2013.

"Angka ini meningkat tajam jika dibandingkan tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2012 ada 85 fasilitas Polri yang dibakar dan dirusak masyarakat, terdiri dari 56 kantor polisi, 18 mobil polisi, 10 motor polisi, dan satu rumah dinas polisi," kata Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, di Jakarta, Minggu (30/6).

Sedang tahun 2011 menurut catatan IPW, hanya 65 fasilitas Polri yang dirusak terdiri dari 48 kantor polisi, 12 mobil polisi dan 5 rumah dinas. Tahun 2010 lebih kecil lagi. Hanya 20 kantor polisi yang dirusak massa.

Kini, lanjut Neta, hanya waktu enam bulan di tahun 2013 ada 58 fasilitas Polri yang dirusak dan dibakar warga, terdiri dari 13 kantor polisi (5 Pospol, 4 Polsek dan 4 Polres), 25 motor polisi, 8 mobil polisi, dan 2 rumah dinas polisi.

Akibat konflik di sekitar kantor polisi itu 143 orang ditangkap, 23 warga luka, 5 warga tewas, 15 polisi luka, dan satu polisi tewas. Aksi perusakan dan pembakaran fasilitas Polri merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Sumut hingga Papua, ujar Neta.

"Wilayah yang terbanyak amuk massa terhadap fasilitas Polri masih "dipegang" Sumut dan Papua, sama seperti tahun 2012 lalu," tegas dia.

Amuk massa ini dipicu akibat benturan dengan jajaran bawah Polri. IPW prihatin melihat makin buruknya hubungan masyarakat dgn Polri sejak lima tahun terakhir ini. Benturan ini menunjukkan Polri gagal meningkatkan kualitas jajaran bawahnya.

"Jika Polri tidak segera membenahi kondisi ini, permusuhan polisi dengan rakyat akan semakin marak. Sebab sebagian besar aksi perusakan pada fasilitas Polri itu dikarenakan rasa jengkel rakyat terhadap sikap arogan, sikap represif, dan pemihakan polisi pada para pengusaha. Sikap nekat melawan polisi muncul karena warga merasa tidak punya harapan lagi untuk mendapatkan keadilan," kata Neta S Pane. (fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesawat Latih TNI Bertambah Lagi

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler