Hujan Bom di Ghouta, 98 Nyawa Melayang

Rabu, 21 Februari 2018 – 07:31 WIB
Ghouta Timur porak-poranda akibat perang saudara Syria. Foto: Al Jazeera

jpnn.com, DAMASKUS - Kemarin (20/2) Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) melaporkan bahwa pasukan Presiden Bashar al Assad membombardir Eastern Ghouta dari udara sejak Minggu (18/2).

Dalam waktu tak sampai 24 jam hingga kemarin, tidak kurang dari 98 nyawa melayang. Rusia, yang terlibat dalam aksi maut itu, menegaskan bahwa sasaran aksi udara tersebut hanyalah militan bersenjata alias pemberontak.

BACA JUGA: Rezim Assad Diduga Gunakan Gas Sarin, Begini Reaksi AS

Eastern Ghouta adalah satu-satunya benteng pertahanan kubu oposisi di Syria. Sejak keterlibatan militer Rusia dalam perang sipil tersebut pada 2015, Eastern Ghouta tidak pernah sepi serangan udara.

Entah yang dilancarkan pasukan Syria maupun Rusia atau gabungan keduanya. Sebanyak 400 ribu warga sipil yang tinggal di kawasan pinggiran Provinsi Damaskus itu terus-terusan menjadi target. 

BACA JUGA: Pemerintah Syria Diduga Kembali Gunakan Senjata Kimia

”Kami hanya mereaksi provokasi bersenjata kelompok-kelompok militan Nusra (Al Nusra Front alias Jabhat al Nusra),” terang Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov tentang serangan di Eastern Ghouta, sebagaimana dilansir Associated Press, Selasa (20/2).

Al Nusra Front yang kini bernama Jabhat Fateh al Sham diyakini sebagai bagian dari Al Qaeda dan masih sangat aktif di Syria.

BACA JUGA: Erdogan Sebut Presiden Syria Teroris, Ogah Jalin Kerja Sama

Namun, menurut Reuters, Jabhat Fateh al Sham hanyalah bagian kecil dari kelompok militan di Eastern Ghouta.

Di kota yang sejak 2013 dikepung pasukan pemerintah tersebut, Salafist Jaish al Islam-lah kekuatan militan terbesar.

Selain itu, masih ada beberapa kelompok militan lain. Di antaranya, Korps Al Rahman (jaringan Free Syrian Army) dan Hayat Tahrir al Sham (induk Jabhat Fateh al Sham).

Maka, saat Rusia dan Assad menjadikan militan sebagai alasan serangan di Eastern Ghouta, SOHR dan kelompok nonprofit lainnya tidak terima.

”Serangan itu menewaskan 18 anak-anak hanya pada Senin (19/2).” Demikian bunyi komplain tertulis SOHR. Selain merenggut sedikitnya 98 nyawa, aksi udara di Eastern Ghouta itu juga mengakibatkan 325 orang terluka. 

Kantor berita Syria SANA melaporkan bahwa aksi udara yang masih berlangsung hingga kemarin itu bermula dari tembakan mortir.

”Sejumlah mortir ditembakkan ke beberapa distrik di Damaskus. Serangan dari arah Ghouta itu menewaskan seorang bocah dan melukai delapan warga sipil.” Demikian bunyi keterangan resmi Damaskus yang disebarluaskan media pemerintah tersebut. 

Dari Moskow, pemerintahan Presiden Vladimir Putin menyatakan bahwa militer Rusia tidak akan segan-segan menjadikan Eastern Ghouta sebagai Aleppo kedua.

”Koalisi kami bisa saja menggunakan strategi yang sama dengan yang kami terapkan di Aleppo untuk membebaskan Eastern Ghouta,” tegas Lavrov. 

Pada 2016, Rusia dan Iran mendukung aksi militer Damaskus atas Aleppo. Setelah selama berbulan-bulan terlibat pertempuran sengit dengan oposisi di kota terbesar kedua Syria tersebut, koalisi Damaskus menang. Mereka sukses merebut kembali Aleppo dari tangan oposisi. 

Kemarin SOHR menyatakan bahwa skenario yang diterapkan rezim Assad di Eastern Ghouta sejak Minggu telah menghadirkan penderitaan yang sama dahsyatnya dengan yang dialami rakyat Aleppo.

White Helmets alias Syrian Civil Defense melaporkan, pasukan Syria dan Rusia tidak hanya menarget permukiman yang mereka klaim sebagai sarang militan, tapi juga fasilitas publik. 

”Mereka membombardir toko-toko roti, gudang-gudang yang digunakan untuk menyimpan bahan pangan, dan bahkan rumah sakit. Termasuk rumah sakit ibu dan anak,” kata seorang anggota White Helmets kepada BBC.

Senin serangan udara itu menyasar jalan-jalan utama. Jika jalan-jalan yang menjadi jalur distribusi bantuan kemanusiaan tersebut putus, Eastern Ghouta bakal kembali terisolasi. (hep/c6/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Blokade Assad Bikin Ratusan Ribu Anak Terancam Malnutrisi


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler