jpnn.com, JAKARTA - Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menyatakan partainya dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendukung kemajuan negara atau pro-Indonesia.
Ibas menyebut SBY sebagai ‘Golden Boy of Indonesia’.
BACA JUGA: Maknai Kemerdekaan, Ibas Ajak Bangsa Indonesia Bersatu Hadapi Tantangan
Namun, pada masa memerintah, SBY berhubungan baik dengan Amerika dan juga dengan China.
"Beliau beberapa kali kunjungan ke Amerika dan membangun kemitraan strategis dengan Amerika. Dengan China juga demikian, beliau beberapa kali mengundang investor China hadir ke Indonesia. Begitu pun beliau sempat berkunjung ke China, dan hubungannya sangat baik,” tuturnya.
BACA JUGA: AHY Didampingi Ibas Daftarkan Partai Demokrat sebagai Calon Peserta Pemilu ke KPU
Kendati demikian, Ibas menegaskan bahwa partai Demokrat tidak bisa dikatakan pro-Amerika ataupun pro-China. “Kami sendiri dibilang pro-Amerika, tentu tidak! Dibilang Pro-China juga tidak! SBY ini Pro-Indonesia, Ibas ini Pro-Indonesia, Partai Demokrat Pro-Indonesia,” tegasnya.
Ibas kemudian membahas filosofi utama kebijakan luar negeri Indonesia di zaman Presiden SBY, yaitu "all foreign direct policy with millions friends, zero enemy”.
BACA JUGA: Umumkan Kelahiran Anak Keempat, Mas Ibas dan Mbak Aliya Kebanjiran Doa dari Warganet
Kebijakan luar negeri semua arah di mana satu musuh terlalu banyak, seribu kawan terlalu sedikit. Indonesia bisa kerja sama dengan siapa pun. Filosofi ini menjadi dasar kebijakan kerjasama dengan negara lain di dunia.
Filosofi itu, kata Ibas, terlihat juga dalam partisipasi Indonesia dalam berbagai forum-forum negara di dunia, di antaranya forum G20, ASEAN, Bali Agreement 2007, yang kemudian menjadi cikal bakal Paris Agreement on Climate Change 2015, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan berbagai perjanjian pasar bebas (FTA) dengan Jepang, India, dan Tiongkok serta berbagai forum internasional lainnya.
"Indonesia juga telah terlibat dalam strategic partnership. Sehingga dengan filosofi ini, Presiden SBY mendorong pemanfaatan soft power dan pengaruh Indonesia di tingkat dunia,” papar Wakil Ketua Banggar DPR RI ini.
Di masa Presiden SBY juga ada empat track strategies yang menurut Ibas menjadi landasan kerjasama-kerjasama dunia tersebut, yang ujungnya untuk meningkatkan investasi, pengurangan kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat.
“Pertama, mendorong pertumbuhan ekonomi ‘sustainable growth with equity (pro-growth), menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat (pro-jobs), memberikan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, terutama untuk kalangan berpenghasilan menengah rendah (pro-poor), sembari tetap menjaga kelestarian lingkungan Indonesia sebagai warisan anak cucu kita (pro-environment),” jelasnya.
Oleh karena itu, dia menyabut dalam pemilihan presiden mendatang Indonesia harus mencetak Golden Boy-Golden Boy of Indonesia lainnya yang Pro-Indonesia.
"Yang kepemimpinannya sepenuhnya untuk mendukung kemajuan bangsa Indonesia berkeadilan sosial tapi di lain sisi juga tetap eksis, aktif, produktif dalam pergaulan tingkat dunia,” kata Ibas.
Pemilu maupun pemilihan Presiden 2024 harus dijadikan momentum untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
"Harus memihak pada pada tanah air. Momentum untuk mewujudkan Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. Presiden 2024 akan dan harus ‘Indonesia First’, mengedepankan kepentingan Bangsa Indonesia,” ujar Ibas dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (28/9).
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat itu mengatakan kepentingan nasional Indonesia harus menjadi poin utama dalam penentuan kebijakan, bukan negara lain.
Menurutnya, negara-negara asing baik Amerika, Rusia, China, maupun negara lainnya, tentunya memiliki kepentingan masing-masing terhadap negara Indonesia.
Namun, di balik semua itu, yang terpenting adalah bagaimana kita memanfaatkan negara asing untuk memberikan keuntungan atau manfaat yang sebesar-besarnya bagi Indonesia.
"Indonesia harus jadi juara di negeri sendiri, tetapi juga harus bersemi di dunia internasional,” tegas Ibas.(mcr8/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Kenny Kurnia Putra