Ibu Hamil Menghilang Saat Dijemput Satgas Covid-19, Keluarganya Datang, Situasi Memanas

Rabu, 23 Juni 2021 – 21:26 WIB
Keluarga SM sempat menghalau tim Satgas Penanganan Covid, Rabu (23/6). (Zainal Arifin/ Radar Bromo)

jpnn.com, PROBOLINGGO - Pasien positif Covid-19 yang merupakan ibu hamil delapan bulan menghilang saat Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Probolinggo menjemputnya di Dusun Peterongan, Desa Wringin Anom, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, Rabu (23/6).

Pihak keluarga bumil berinisial SM (28) juga tak setuju dengan upaya tim satgas. Situasi sempat memanas.

BACA JUGA: Ya Ampun, Parpol Justru Sibuk Bahas Pilpres 2024 saat Kasus Covid-19 Meningkat

Pantauan Radar Bromo, penjemputan pasien Covid-19 itu dipimpin langsung Koordinator Gakum Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Probolinggo Ugas Irwanto.

Tim gabungan satgas itu mendatangi rumah SM sekitar pukul 10.30.

BACA JUGA: Tempat Tidur Perawatan Terbatas, Ini Cerita Pasien Covid-19 yang Dirujuk ke Wisma Atlet

Awalnya pintu rumah SM tertutup semua. Tidak lama kemudian, tetangga SM mencoba ikut mencari SM dan keluarganya.

Hingga akhirnya keluar SN (33) suami SM dari dalam rumah dan menghampiri satgas.

BACA JUGA: Menurut Seekor Anjing, Inilah Pemenang Laga Portugal Vs Prancis

"Maaf, Pak, saya baru bangun tidur,” kata SN sambil mencari baju dan masker.

Di teras rumah SM itu petugas satgas gabungan berupaya melakukan pendekatan dengan memberikan pemahaman soal pasien Covid-19 wajib dikarantina.

Si suami pun menyadari dan berusaha untuk memberikan pengertian kepada istrinya.

Karena selain hamil delapan bulan, SM juga harus mengasuh anak yang masih usia enam tahun.

"Iya, Pak, saya bicarakan dan berikan penjelasan pada istri,” ujarnya kepada petugas.

Namun, ditunggu cukup lama, SN dan istrinya SM tak kunjung keluar.

Setelah diperiksa oleh perangkat desa, SM yang positif Covid-19 itu tidak ada di rumahnya.

Petugas satgas pun berusaha melakukan pendekatan secara humanis pada keluarga dan perangkat desa.

Tidak lama menunggu, datang pasangan suami istri Sahro dan Mutia, warga Desa Sumber Kramat Tongas. Mereka orang tua SM.

Kemudian disusul sejumlah warga dan kerabat SM.

Saat itu, tim satgas kembali berusaha memberikan pemahaman pada orang tua SM.

Namun, mereka tetap menolak anaknya dibawa untuk dikarantina. Sebab, anaknya tidak mau dan sudah diizinkan untuk isolasi mandiri di rumahnya.

”Kemarin di rumah sakit (Tongas) sudah tanda tangan pulang paksa. Petugas juga sudah izinkan untuk isolasi di rumah. Pulang langsung di dalam rumah tidak keluar. Ada keluarga dan tetangga mau jenguk, sudah dilarang. Karena petugas sudah melarang menjenguk sampai sepuluh hari. Karena lama karantina kurang sepuluh hari,” kata Sahro, ayah SM.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, SM sedang hamil delapan dan sempat mengeluh sakit, lalu dibawa periksa ke RS Tongas.

SM sempat dirawat selama empat hari mulai Sabtu (19/6). Ternyata, di rumah sakit diketahui SM positif Covid-19.

Kemudian, karena merasakan sudah sehat dan membaik, SM memaksa untuk pulang. Namun, petugas rumah sakit melarang dan harus dikarantina di rumah sehat Puskesmas Maron.

Hingga Selasa (22/6) sore sekitar pukul 17.00, SM pulang setelah tanda tangan surat pulang paksa.

Mendapati kejadian pasien positif Covid-19 yang pulang paksa dan tidak mau dikarantina di rumah sehat, Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Probolinggo mengambil langkah.

Satgas hendak menjemput pasien SM tersebut untuk dikarantina. Karena dikhawatirkan, pasien SM malah menularkan Covid-19 pada sekitarnya, kontak erat dan makin meluas penyebarannya.

"Kami datang bersama tim gabungan untuk menjemput dan mengantarkan pasien SM yang sedang hamil dan terkonfirmasi positif untuk dikarantina di Puskesmas Maron,” kata Ugas Irwanto.

Ugas menerangkan, upaya jemput itu untuk melindungi warga dan mencegah penyebaran Covid-19.

Ternyata, pasien yang tinggal di pelosok desa, ketakutan mengetahui kedatangan tim satgas. Sehingga, pasien SM itu sepertinya kabur dan belum diketahui keberadaannya.

Saat ini, pihaknya mengharapkan keluarganya segera mencari dan memberikan kabar pada satgas.

”Sebenarnya kami ingin penjemputan ini secara baik-baik, humanis, menjelaskan bahwa penjemputan ini bukan membuat mereka tersiksa. Namun, pasien akan dirawat dan disehatkan. Terpenting penyebaran Covid-19 tidak ke mana-mana,” katanya. (mas/fun)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler