ICAEW Sebut Taksonomi ASEAN Jadi Kunci Navigasi Investasi Indonesia

Selasa, 11 Juli 2023 – 11:04 WIB
ICAEW Head of Indonesia Conny Siahaan menyatakan penerapan kebijakan Taksonomi ASEAN menunjukkan komitmen kawasan terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan, pembangunan ekonomi, dan integrasi regional. Foto: Dok ICAEW

jpnn.com, JAKARTA - Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) mengingatkan pentingnya penerapan kebijakan Taksonomi ASEAN di Asia Tenggara.

ICAEW Head of Indonesia Conny Siahaan menyatakan penerapan kebijakan Taksonomi ASEAN menunjukkan komitmen kawasan terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan, pembangunan ekonomi, dan integrasi regional.

BACA JUGA: Thailand Contoh Negara yang Berhasil Memanfaatkan Potensi Investasi Asing di ASEAN

Namun, komitmen itu perlu didorong dengan terciptanya penerapan kerangka kerja taksonomi yang kuat.

"Karena itu, ICAEW secara aktif mendukung kebijakan pemerintah yang mendorong perubahan positif di berbagai sektor, terutama dalam pertumbuhan berkelanjutan," ujar Conny di Jakarta, Selasa (11/7).

BACA JUGA: ASEAN dan Jepang Sepakat Bekerja Sama Mengimbangi Dominasi China

Taksonomi ASEAN adalah panduan yang dirancang untuk memungkinkan transisi yang adil menuju adopsi keuangan berkelanjutan oleh negara anggota ASEAN.

Panduan ini menyediakan keselarasan prinsip-prinsip dasar dan membantu menyelaraskan klasifikasi kegiatan dan aset berkelanjutan di seluruh ASEAN.

BACA JUGA: Jasa Raharja Sabet Penghargaan Bergengsi Skala ASEAN 

Sebelumnya pada 10 November 2021, Taksonomi ASEAN versi pertama diluncurkan bersamaan dengan rangkaian Conference of The Parties (COP) ke-26 yang diselenggarakan di Glasgow, Skotlandia.

Kemudian pada 27 Maret 2023, Taksonomi ASEAN versi kedua juga turut dirilis kepada publik.

Versi baru ini akan berfokus pada klasifikasi kegiatan yang melibatkan kombinasi sumber daya untuk menghasilkan barang atau jasa, dengan penekanan khusus pada sektor energi.

Versi kedua memperkenalkan metodologi yang lebih rinci untuk menilai kegiatan ekonomi dan juga memungkinkan penilaian kualitatif terhadap aktivitas ekonomi dengan kerangka yang menjaga proses keuangan berkelanjutan oleh negara ASEAN secara adil dan bertahap.

Konsultasi dengan para pemangku kepentingan untuk versi ini direncanakan berlangsung pada kuartal kedua 2023 bersamaan dengan pengembangan technical screening criteria (TSC) untuk sektor-sektor tambahan pada tahun 2023 hingga 2024.

Mengingat penerapan taksonomi yang komprehensif membutuhkan kolaborasi dan pengembangan kapasitas di antara negara-negara anggota ASEAN, tentunya dibutuhkan usaha serta kolaborasi nyata dari jajaran pemerintahan negara ASEAN untuk memastikan taksonomi berjalan mulus.

"Kami melihat bahwa pemerintah telah bekerja keras dalam mendorong kerja sama regional untuk meningkatkan pemahaman tentang keuangan berkelanjutan dan mengembangkan pemahaman bersama tentang tujuan lingkungan hidup," ungkap Conny.

Menurutnya, dengan bekerja sama, negara-negara anggota ASEAN dapat mempercepat penerapan taksonomi ini dan memaksimalkan dampak positifnya bagi kawasan.

Berbekal semangat yang dibangun oleh pemerintah ICAEW pun mendukung langkah-langkah kebijakan dari Taksonomi ASEAN terutama dalam mendorong semua pemangku kepentingan untuk mengenal lebih lanjut tujuan dan manfaat dari kebijakan ini.

"Namun, lahirnya kebijakan Taksonomi ASEAN belum sepenuhnya dipahami oleh berbagai pihak, terutama terkait peran dan tujuan dari penerapan yang sudah digaungkan pemerintah," kata dia.

Conny menjelaskan ada beberapa peran taksonomi ASEAN pertama meningkatkan keuangan berkelanjutan.

ASEAN menyadari adanya kebutuhan mendesak untuk bertransisi menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan dan rendah karbon.

Taksonomi yang dirancang dengan baik memungkinkan identifikasi dan promosi investasi yang ramah lingkungan.

Conny menyebut dengan menyelaraskan investasi dengan proyek-proyek berkelanjutan, ASEAN dapat menarik lebih banyak modal hijau, mempercepat adopsi teknologi bersih, dan memfasilitasi pembiayaan proyek-proyek infrastruktur yang berkelanjutan.

"Taksonomi ini memberikan kejelasan bagi investor, lembaga keuangan, dan bisnis dengan mendefinisikan apa saja yang memenuhi syarat sebagai kegiatan ekonomi yang berkelanjutan secara lingkungan," ujar Conny.

Kedua, kata Conny, Taksonomi ASEAN mempromosikan perlindungan lingkungan dan aksi iklim.

Kerangka kerja taksonomi di ASEAN memainkan peran penting dalam mempromosikan perlindungan lingkungan dan aksi iklim.

Dengan menetapkan kriteria yang jelas untuk kegiatan yang ramah lingkungan, kerangka kerja ini memungkinkan perusahaan dan pemerintah untuk menetapkan target dan mengembangkan strategi untuk mengurangi jejak ekologi yang akan terjadi.

Ketiga, Taksonomi ASEAN bisa memfasilitasi integrasi regional.

Kerangka kerja Taksonomi ASEAN juga memfasilitasi integrasi regional dengan menciptakan bahasa yang sama untuk keberlanjutan.

Menurut Conny, dgan mengadopsi taksonomi yang diselaraskan di seluruh negara anggota, ASEAN mempromosikan standar pelaporan dan pengungkapan yang konsisten.

Standarisasi ini membantu bisnis untuk menavigasi investasi, perdagangan, dan kolaborasi lintas batas dengan lebih efisien.

Hal ini meningkatkan transparansi dan kepercayaan, yang pada akhirnya mendorong kerja sama ekonomi yang lebih besar di antara negara-negara ASEAN.

“Dengan penerapan taksonomi ini, maka akan membuka peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi sekaligus mengatasi tantangan lingkungan yang mendesak. ICAEW juga akan terus mendorong dan mendukung upaya kolektif yang dibangun Indonesia untuk membuka jalan dalam menciptakan tanah air yang lebih hijau, lebih tangguh, dan sejahtera,” pungkas Conny.(mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler