ICMI Janji Bantu Berantas Radikalisme di Kalangan Akademisi

Jumat, 02 September 2016 – 22:08 WIB
Suhardi Alius dan Jimly Asshiddqie. Foto: Ist for JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Bahaya faham radikal terorisme yang terus menyebar di kalangan masyarakat Indonesia menjadi perhatian serius Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Apalagi hampir semua lapisan jenjang pendidikan saat ini sudah terpapar paham radikal terorisme, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga penguruan tinggi. Untuk mencegah hal itu, Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius menemui Majelis Pengurus Pusat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang dipimpin Jimly Asshiddqie.

BACA JUGA: Mabes Bakal Periksa Perwira Polda Riau yang Kongkow Bareng Bos Sawit

Pertemuan untuk membicarakan fenomena terorisme yang ada di Indonesia, terutama yang saat ini sudah menyebar di kalangan akademisi tersebut digelar di kantor pusat ICMI, Jl. Proklamasi No.53, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (2/9).

Dalam pertemuan, Suhardi menginformasikan dengan data yang dimiliki bahwa masalah radikalisme terorisme di Indonesia sangat serius. Sebab, dengan teknologi informasi yang begitu tinggi dan perkembangannya yang sangat masif, faham radikal terorisme sudah mulai masuk ke berbagai ruang atau lingkungan keluarga untuk memengaruhinya.

BACA JUGA: Dikabarkan Bakal Geser Jabatan Rini Soemarno, Dirut Pertamina: Tembak saja

“Saya sampaikan bahwa hasil penelitian yang dilakukan selama ini bahwa masalah radikal terorisme ini adalah masalah bangsa, apalagi yang namanya globalisasi yang mereduksi nilai-nilai nasionalisme kita. Di tengah jati diri yang diuji, masuklah paham-paham radikal, baik itu di lingkungan pendidikan dan juga keluarga. Ini yang sangat rentan,” ujar Suhardi.

“Kita merangkul semua pihak untuk mencari fomula yang pas dalam upaya menanggulangi pihak-pihak yang sudah terpapar dan mencegah untuk pihak-pihak yang belum terpapar paham radikal terorisme. Karena kita tidak bisa bekerja sendirian dalam menghadapi masalah ini,” ujar pria mantan Kabareskrim dan Kapolda Jawa Barat ini.

BACA JUGA: Inilah Perlunya KPK Memeriksa Eks Dirjen Minerba di Kasus Gubernur Sultra

Menurut pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Humas Mabes Polri ini, BNPT didirikan untuk mengoordinasikan tugas pokok dalam upaya penanggulangan terorisme.

Karena itu, BNPT pun merangkul semua golongan dalam upaya untuk menanggulangi penyebaran paham radikal terorisme di masyarakat.

“Kita datang ke Majelis Ulama (MUI ), Nahdatul Ulama (NU), Muhamadiyah, ormas besar Islam lainnya, ke tokoh lintas agama dan sebagainya. Semua sudah kita datangi satu per satu untuk mendapatkan masukan-masukan. Karena ini dalam konteks kemajemukan yang kita miliki, nasionalisme. Kita memberikan pencerahan,” ujar alumni Akpol 1985 ini.

Mantan Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional (Sestama Lemhanas) ini menambahkan, pihaknya selama ini juga menggunakan metode turun ke lapangan untuk memberikan pencerahan deradikalisasi, tetapi kami tidak sendirian. Pihaknya juga menggunakan para pakar, akademisi, para ulama dan juga para kombatan (mantan teroris) untuk melakukan program deradikalisasi tersebut.

“Kenapa kami juga gunakan mantan kombatan, karena mereka lebih punya pengaruh kalau berbicara langsung dan menjelaskan kepada masyarakat luas. Mereka untuk menetralisir itu semua, dan ini pekerjaaan besar. Dengan hebatnya teknologi informasi sekarang ini, semua akan terpapar di situ,” ujarnya.

Sementara itu, Jimly mengatakan bahwa ICMI akan membantu BNPT dalam mengatasi radikalisme dan teterorisme yang saat ini sudah mengarah kepada kalangan akademisi.

“Kita membicarakan fenomena yang terjadi di dunia kampus kita. Jadi sekarang ini radikalisme sudah berkembang, bukan hanya di tingkat grassroot  seperti di kalangan orang miskin, terbelakang dan sebagainya yang selama ini diasumsikan, tetapi sekarang ini sudah melibatkan orang-orang yang berpendidikan tinggi,” ujar  Jimly.

Menurut Jimly, sekarang ini sudah banyak orang yang bergelar doktor, profesor sudah terpengaruh paham radikal terorisme. Dirinya mencontohkan seorang dokter yang di Kalimantan beberapa waktu lalu yang diduga bergabung dengan kelompok radikal.

 “Jadi metode brainwash yang dilakukan kelompok teroris ini ternyata efektif, dan itu merebak ke mana-mana,” ujarnya.

Bahkan di kampus sekarang ini menurutnya sudah mulai kemasukan seperti dengan gerakan dengan mengatasnamakan pengajian mahasiswa, pengajian dosen. “Baru sebulan ngaji celananya sudah cingkrang, dalam artian cingkrang yang ektrem bagi mereka sudah terpapar radikalisme, ini yang sangat dikhawatirkan.  Jadi inilah yang kita bahas,” ujarnya.

 pihaknya juga sampai terkaget-kaget dengan data-data yang dibawa Kepala BNPT. Pihaknya selama ini sebenarnya sudah tahu ada gelombang yang harus diatasi di lingkungan perguruan tinggi ternyata ini lebih gawat lagi.

“Bukan hanya di perguruan tinggi, tetapi juga di lingkungan sekolah. Bahkan di anak-anak jenjang sekolah asar pun sudah mulai terpengaruh media sosial ini sudah sangat membahayakan,” kata pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi ini. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fahri Hamzah Yakin Budi Gunawan Memang Jempolan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler