Ide Kreatif Mengukir Sandal Jepit, Untungnya Lumayan

Sabtu, 01 April 2017 – 00:07 WIB
UNIK: Ismail saat memamerkan sandal jepit ukir berkarakter hasil karyanya yang kini merambah hingga negara tetangga Malaysia. Foto: AHMAD SYARIF/RADAR TARAKAN

jpnn.com - Kisah-kisah tentang sandal yang kerap kali tertukar, mencuatkan ide kreatif yang membawa berkah.

Hanya berbekal kepiawaiannya membuat ukiran di atas sandal jepit, Ismail berhasil menyulap sandal jepit menjadi bernilai seni dan bernilai ekonomi.

BACA JUGA: Gali Potensi Kreativitasmu Di Sini

AHMAD SYARIF HIDAYAT

Lelaki paruh baya ini tampak terlihat sibuk berkutat pada sandal jepit yang tengah diukir kala Radar Tarakan (Jawa Pos Group) menyambangi kediamannya di Jalan Yos Sudarso RT 27, Kelurahan Selumit Pantai, Kecamatan Tarakan Tengah, Kota Tarakan, Kalimantan Utara, Rabu (29/3).

Jemarinya tak berhenti memainkan, memoles, mengukir dari sudut ke sudut sisi sanadal jepit atau yang familiar dikenal sandal swallow ini.

Ismail cerita, jika sedang ada waktu luang, atau sepulang kerja, beginilah aktivitas yang dilakukannya.

Sejak dua bulan terakhir, sandal jepit berkarakter ini yang menjadi sebab dirinya terlihat sibuk.

Pun begitu juga di akun media sosialnya, di waktu tertentu kerap kali pula postingan sandal berkarakter hasil karyanya terpajang di beranda Facebook.

“Awalnya karena setiap kali ke masjid, sandal pasti tertukar, entah mungkin salah bawa pulang sandal karena terburu-buru. Sudah beberapa kali saya alami. Jadi dari sana ide saya muncul. Kenapa tidak pakai tanda saja,” ungkapnya membuka percakapan kepada pewarta.

Kemudian, sebagai wujud tanda sandal, kebetulan pula dirinya piawai dalam hal ukir mengukir.

Akhirnya dirinya pun mencoba mengukir sandal jepit miliknya. Dan dari sanalah pula, ia terus mengembangkan motif yang lebih menarik dan bervariasi.

Ia tak sendiri, bersama kawannya, Jupriadipun mencoba searching di internet untuk melihat berbagai jenis ukiran sandal dengan beragam motif.

Tujuan awalnya tak lain hanya untuk sebuah pajangan saja.

“Tidak ada tujuan lain. Karena kebetulan hobinya ngukir juga. Dan saya fikir, di Tarakan sangat jarang yang melakukannya,” urainya.

Dari sanalah, timbul ide bersama kawannya mencoba peruntungan, untuk memasarkan hasil karya seni mereka di media sosial.

Anak kesembilan dari 11 bersaudara tersebut pun bersama kawannya pertama kalinya mencoba mempromosikan melalui media warung milik sang kakak.

“Saya ukir nama warung kakak saya di sanda jepit. Kemudian buat lagi dengan motif beda. Yakni Hello Kitty dan Doraemon yang kemudian kami pasarkan lewat online,” kata Ismail.

Itu dilakukannya selama dua bulan terakhir. Tepatnya 9 Februari 2017 lalu.

Tujuannya untuk menggaet pelanggan dan melihata bagaimana antusias masyarakat menyambut hasil karyanya yang tak disangka bisa bernilai jual.

Ismail awalnya tidak menduga bahwa ternyata respon di pasaran sangat baik.

Hal tersebut terlihat dari komentar dan like di Facebook ketika Ismail meng-upload hasil karyanya itu.

“Pada awal kami promosi lewat Facebook. Dan respons pemesan sangat baik, setiap harinya ada saja yang pesan. Kami sampai keteteran melayani. Dan memang kami juga mampu membuat hingga per harinya 5 hingga 6 pasang. Sampai-sampai ada yang pesanannya kami pending sampai dua hari saking banyaknya pesanan, sedangkan tenaga pembuatnya hanya ada dua orang,” tutur Ismail sembari terkekeh.

Padahal, sebenarnya saat ini Ismail tercatat sebagai salah seorang pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Tarakan.

Pekerjaan utamanya justru menyita waktunya karena harus bekerja dari pagi pukul 08.00 Wita hingga sore hari pukul 17.00 Wita.

Sementara setiap hari, ada saja pesanan dari para pelanggan yang meminta ukiran berbagai macam motif dan tentu menyita waktu.

“Satu hari itu tak lari 5 sampai 6 pasang sandal jepit yang dipesan pelanggan,” ungkap pria kelahiran 9 Februari 1993 ini.

Dengan berbekal pisau cutter, Ismail membangun usaha sandal jepit yang dinamakannya dengan “Jepit Ukir Kekinian Anak Sholeh” tersebut.

Kini, sandal ukiran Ismail telah mencapai pasaran di seluruh Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Utara (Kaltara), bahkan juga hingga ke negara tetangga, yakni Malaysia.

Untuk satu sandal jepit saja, dihargai senilai Rp 25 ribu per pasang.

Harga tersebut dibanderol dari harga bahan baku sandal yang dibeli sebesar Rp 13 ribu, kemudian dihitung dengan tingkat kesulitan ketika membuat sandal tersebut.

“Sehari kami bisa mengantongi untung sekitar Rp 75 ribu untuk waktu kerja satu harian. Ini juga bukan merupakan bisnis yang mencari laba, namun hanya sebagai penyaluran hobi di sela-sela waktu luang,” jelas Ismail.

Pria yang memiliki tinggi sekitar 170 centimeter ini juga mengakui, rencana ke depannya dirinya akan menggarap motif khas Kalimantan, terutama Tarakan.

“Saat ini kami menggarap ukiran hewan khas kalimantan yakni burung enggang, ada juga bekantan, serta ukiran batik khas kalimantan,” tuturnya.

Kendala sudah pasti pernah ia rasakan bersama kawannya saat menggarap usaha sampingan yang berpotensi meraup keuntungan tersebut.

Misalnya, kata Ismail, bahan baku yang masih terbatas ukurannya. Sehingga saat orang-orang memesan sesuai dengan warna yang diinginkan, tidak dapat terpenuhi karena untuk ukuran kaki laki-laki dengan perempuan berbeda.

Sementara stok warna khusus untuk laki-laki dan perempuan terbatas pada warna.

“Laki-laki menggunakan warna hijau, dan biru. Perempuan warna merah, ungu dan kuning. Jadi pemesan kadang tidak mendapatkan warna sandal dengan motif yang diinginkannya. Seperti misalnya terdapat pemesan laki-laki yang menginginkan lambang Manchester United di sandal yang berwarna merah, namun tidak dapat terpenuhi karena ukuran sandalnya tidak ada yang pas untuknya. Kadang itu yang jadi kendala,” katanya.

Meskipun demikian dirinya tetap memberikan pengertian kepada pelanggan.

Selain kendala terbatasnya stok bahan, juga tak jarang pula ada saja cibiran yang terdengar dari beberapa orang.

“Ada juga yang bilang segitunya cari uang. Sampai-sampai sandal jepit pun diukir untuk dapat uang. Padahal kan ini bukan penghasilan utama saya,” akunya.

Tetap saja, apapun bentuk cibiran atau kata-kata yang meremehkan dirinya, tak lantas memutuskan semangatnya terus menggeluti bisnis sandal jepit berkarakter ini.

Menurutnya, untuk memulai usaha, siapapun dan bagaimanapun latar belakangnya serta apapun bentuk dan jenis usahanya, tak perlu berkecil hati.

Apalagi merasa malu ataupun minder sebelum memulainya.

“Terus jalani saja, karena kita tidak hidup dari omongan para pencemooh itu. Juga harus profesional serta tekun dalam bekerja,” ucap Ismail mengakhiri obrolan.(zia)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler