Ikan Sidat Bisa Pancing Wisatawan Jepang ke Indonesia

Senin, 31 Juli 2017 – 08:53 WIB
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti. Foto: Kemenpar

jpnn.com, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Ikan Sidat Indonesia (GAPISI) dan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggelar Festival Ikan Sidat 2017 di Gedung Smesco, Jalan Gatot Soebroto, Jakarta, 29-30 Juli 2017.

“Festival sidat itu terbuka untuk umum. Jadi, pengunjung bisa menyaksikan beragam ukuran sidat, lengkap dengan segala produk turunan sidat. Lewat festival ini, semua yang ingin mengetahui seluk-beluk sidat bisa langsung datang ke acara ini. Acara ini juga media yang tepat untuk berpromosi,” kata Ketua Festival Ikan Sidat Indonesia Ambar Basuki.

BACA JUGA: Sekolah IT DEL Tebar Pesona Danau Toba Lewat Vinculos

Basuki menambahkan, festival  ini merupakan ajang terbesar dan pertama di Indonesia yang melibatkan peran pemerintah, praktisi/ahli dan para pelaku sidat.

Acara ini dikemas melalui pameran, seminar, ragam perlombaan dan hiburan dalam rangka unagi campaign untuk memasyarakatkan unagi dan menduniakan ikan sidat Indonesia.

BACA JUGA: Pontianak Gelar Festival dan Lomba Masak Ikan Nusantara untuk Jokowi

" Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Kemenpar yang ikut mendukung di salah satu rangkaian acara kami. Acara ini mengambil tema Peningkatan Daya Saing Usaha Sektor Kelautan dan Perikanan melalui Pengelolaan Budidaya Sidat yang berkelanjutan, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti tampil sebagai keynote speaker dalam Pembukaan Festival Sidat dan Focus Group Discussion (FGD)," beber Basuki.

Selain Menteri Susi, dalam FGD tampil beberapa pembicara yang berasal dari praktisi, ahli dan para pelaku ikan sidat.

BACA JUGA: Keseruan di Festival Budaya Keerom, Sasar Crossborder

Misalnya, Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Nilanto Perbowo,  Universitas Sebelas Maret Surakarta R, Agung Budiharjo, Dirjen Perikanan Budidaya KKP   Slamet Soebijakto.  Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Dadang Rizki Ratman. Gabungan Pengusaha Ikan Sidat Indonesia (GAPIS) Machiko NS dan Staff Kedutaan Besar Indonesia di Jepang Andri Sumaryadi.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti  mengatakan, Kemenpar mendukung terselenggaranya Festival Ikan Sidat dan FGD.

Hal itu sebagai upaya Kemenpar berperan menjembatani promosi produk-produk olahan ikan sidat melalui promosi di dalam negeri dan luar negeri.

Menurut Esthy, Indonesia saat ini menjadi salah satu negara penghasil ikan sidat yang cukup besar di dunia.

Namun, masyarakat Indonesia sendiri justru tidak tahu bahkan tidak pernah memanfaatkan ikan sidat untuk konsumsi.

Sebaliknya, di negara luar, seperti Jepang, ikan ini termasuk komoditas yang cukup mahal.

“Indonesia sebenarnya banyak terdapat ikan sidat, tapi masyakarat kita justru tidak ikut menikmati. Oleh karena itu kami mendukung festival ini sebagai edukasi dan bisa berpromosi,” tutur Esthy.

Kepala Bidang Promosi Wisata Pertemuan dan Konvensi Asdep Bisnis dan Pemerintah Kemenpar Eddy Susilo menambahkan, ikan sidat asal Indonesia sudah mendapatkan tempat di Jepang dan beberapa belahan negara di dunia.

Ikan sidat atau yang lebih dikenal dengan nama unagi di Jepang ini bukanlah makanan biasa. Makanan ini termasuk termahal di restoran-restoran Jepang karena kandungan gizinya tinggi.

Kebutuhan dunia akan ikan sidat saat ini 300 ribu ton. Sebanyak 40 persen kebutuhan Jepang. Negara lain yang membutuhkan suplai ikan sidat adalah Taiwan, Tiongkok, Korea Selatan, Australia, New Zealand. Sedangkan jumlah produksi ikan sidat Indonesia masih kurang dari satu persen.

Saat ini, Indonesia memiliki peluang besar sebagai negara dengan produktivitas sidat terbesar di dunia.

Di pesisir selatan Sumatera, Jawa dan Sulawesi, masyarakat relatif mudah menemukan sidat.

Di beberapa kabupaten di Jawa Barat dan Sulawesi, beberapa orang telah mampu membudidayakan sidat.

Rendahnya produktivitas sidat tidak lepas dari minimnya jumlah pembudidaya sidat. ulai ukuran glass eel, elver, fingerling, hingga sidat siap konsumsi.

"Dulu dipandang sebelah mata, dulu ditolak pasar dunia karena pencemaran sungai dan cara budidaya yang tidak sesuai menurut konsumen. Kini, dengan pengolahannya yang  profesional dan higienis sesuai dengan standar dunia, ikan sidat Indonesia diterima sehingga tempat pengolahan ikan sidat ini bisa dijadikan salah satu kegiatan agenda tour perjalanan wisata," beber Eddy.

Sebagai contoh, Beberapa tempat pengolahan ikan sidat seperti yang dikembangkan Universitas Negeri Sebelas Maret yang bekerja sama dengan beberapa petani plasma di wilayah kabupaten Karanganyar, Klaten, Pacitan, Wonogiri, Ponorogo, Banyumas, Blitar dan Banten.

“Ini bisa menjadi atraksi wisata yang menarik buat wisatawan," sambung Eddy.

Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, berpromosi ke Jepang sangat tepat dengan menggunakan media promosi apa pun.

“Pasar Jepang itu sangat seksi. Apabila kita mengundang wisman Jepang ke Indonesia, bukan hanya soal jumlah. Lebih dari itu, akan tercipta dan terbuka kesempatan usaha di berbagai bidang nantinya. Upaya ini untuk membuka mata masyarakat Jepang tentang pariwisata Indonesia. Salah satunya budi daya ikan sidat ini, bisa promosi Wonderful Indonesia di Jepang, diharapkan meningkatkan minat masyarakat Jepang berwisata ke sini,” ungkap Arief. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pendopo Bupati Meriah, Semarak Tobasa Sambut Vinculos Spanyol 2017


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler