Ikhtiar Tulus demi Kelestarian Gajah

Sabtu, 01 September 2018 – 14:24 WIB
Penyanyi Tulus tengah memeluk gajah di Taman Nasional Tesso Nili di Riau. Foto: Instagram/tulusm

jpnn.com - Tulus merupakan salah satu penyanyi yang sangat perhatian pada upaya pelestarian gajah. Baru-baru ini, mengampanyekan gerakan penggalangan dana bertitel #TemanGajah.

Hasil penggalanan dana digunakan untuk membeli kalung pendeteksi gajah di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau. Melalui kalung itu pula keberadaan gajah-gajah di taman nasional seluas 38.576 hektare tersebut bisa diketahui.

BACA JUGA: Tulus Gunakan Metafora untuk Lagu Labirin

"Saya ke hutan itu dalam rangka mengantarkan kalung pendeteksi lokasi gajah yang kita dapatkan. Saya ingin lihat sendiri bagaimana bentuknya, proses pemasangannya, lingkungan hidupnya," kata Tulus di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Jumat (31/8) malam.

Mengunjungi Taman Nasional Tesso Nilo membuat pelantun Monokrom itu bertambah tahu tentang kehidupan gajah. Dia semakin tertarik untuk terus ikut melestarikan hewan berbelalai itu.

BACA JUGA: Tulus Menangis Nyanyikan Indonesia Raya di Opening Ceremony

Oleh sebab itu, Tulus berharap masyarakat juga peduli pada kelestarian gajah.Menurutnya, cara paling gampang menyayangi gajah adalah dengan tidak menaikinya untuk hiburan.

"Saya tidak betul-betul mengetahui informasi tentang bagaimana tulang belakang gajah. Tapi yang saya ketahui, regulasi terbaru di tahun ini tidak ada satu pun orang yang boleh menaiki gajah, kecuali mahout," tuturnya.

BACA JUGA: Lagu Indonesia Raya Bikin Tulus Meneteskan Air Mata

Tulus menambahkan, setiap gajah itu ada penanggungjawabnya. “Itu informasi dari teman-teman WWF (World Wildlife Fund, red) dan teman yang menjadi praktisi langsung di hutan," sambung pria kelahiran Bukittinggi itu.

Dalam kesempatan yang sama Tulus juga mengharapkan semua pihak memperhatikan ekosistem bagi gajah. Sebab, gajah punya peran sangat penting untuk kelestarian hutan.

“Kalau misalnya gajah tidak ada, ada banyak sekali flora-flora hutan yang tidak bisa berkembang dengan cepat semestinya. Jadi, regenerasi hutan sebagai paru-paru dunia akan rusak," pungkasnya.(mg3/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Agustus Spesial bagi Tulus


Redaktur & Reporter : Dedi Yondra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler