Imlek, Wakil Ketua MPR RI Ungkap Peran Gus Dur untuk Kalangan Tionghoa di Indonesia

Jumat, 04 Februari 2022 – 13:37 WIB
Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid. Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Dr. Jazilul Fawaid SQ., MA., mengucapkan selamat Hari Raya Imlek 2573 kepada kalangan Tionghoa.

“Gong Xi Fa Cai, semoga kemakmuran terus melimpahi kita,” ujarnya di Jakarta pada 4 Februari 2022.

BACA JUGA: MPR RI Selenggarakan Turnamen Catur Indonesia Master II, Catat Waktunya

Menurut politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini, Imlek tahun ini merupakan tahun macan air.

Macan adalah sosok yang mempunyai banyak simbol seperti energi, kepemimpinan, wibawa, kekuatan, kehormatan, perlindungan, altruisme, dan gagasan masa depan.

BACA JUGA: MPR RI Minta Pemerintah Perhatikan Kelompok Rentan di Tengah Lonjakan Kasus Omicron

“Dengan simbol ini, kami optimistis menghadapi berbagai ujian di tahun macan,” tuturnya.

Perayaan Imlek di Indonesia, menurut pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu menunjukkan bahwa Indonesia merupakan bangsa beragam.

BACA JUGA: Jazilul Fawaid Minta Pemprov DKI Perhatikan Nasib Korban Kebakaran di Jakpus 

“Kita adalah bangsa yang bineka, terdiri atas berbagai suku dan agama,” tuturnya.

Hadirnya kalangan Tionghoa di tanah air, menurut Jazilul Fawaid, menambah khazanah budaya dan keberagaman.

“Banyak kontribusi dalam budaya dan sendi-sendi kehidupan yang disumbangkan kalangan Tionghoa kepada bangsa ini,” ujar pria yang akrab dipanggil Gus Jazil itu.

Meski bangsa ini beragam, menurut alumni PMII tersebut, semua saling menghormati dan menghargai.

“Kalangan Tionghoa bisa merayakan Imlek dengan sukacita sebagai toleransi dari masyarakat,” tuturnya.

Di tempat ibadah kalangan Tionghoa dan sudut-sudut jalan di berbagai kota dan kabupaten, terpasang lampion serta ornamen Imlek.

“Ini menunjukkan bahwa semua suku dan agama memiliki kesetaraan,” ujarnya.

Nilai keberagaman, saling menghormati, menghargai, serta memberi ruang dan kesempatan yang sama, menurut Koordinator Nasional Nusantara Mengaji, perlu terus dirawat, dipelihara, dan dikembangkan.

“Keinginan seperti ini terus disosialisasikan oleh MPR,” ujarnya.

Jazilul Fawaid merenungkan kembali perayaan Imlek bahwa hadirnya perayaan ini berkat andil yang besar dari Gus Dur.

Selama Orde Baru, perayaan Imlek dilarang. Aturan pelarangan ini berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967.

Karena itu, ada keterbatasan bagi kalangan Tionghoa saat merayakan Imlek. Ketika Gus Dur menjadi presiden, inpres yang ada dicabut serta dikeluarkan aturan yang baru.

Yakni, Keppres Nomor 6 Tahun 2000. Keputusan Presiden inilah yang diakui sebagai babak baru bagi kalangan Tionghoa di Indonesia untuk menjalankan kebebasan beragama, adat, budaya, dan tradisi merayakan Imlek secara terbuka di tengah masyarakat.

Jazilul Fawaid menjelaskan, Gus Dur memberikan kesempatan kembali kepada kalangan Tionghoa untuk menjalankan kebebasan beragama, adat, tradisi, dan budaya.

Sebagai negara yang berlandaskan hukum, semua sama di mata hukum. “Sehingga semua kalangan mempunyai hak dan kewajiban yang sama,” tuturnya.

Tidak boleh ada perbedaan dan diskriminasi yang disebabkan mayoritas atau minoritas.

Lebih lanjut dikatakan, Gus Dur melihat keberagaman bangsa Indonesia merupakan kekuatan besar.

Keberagaman akan menjadi kekuatan besar bila semua diberi ruang dan kesempatan yang sama.

Jazilul Fawaid menyebutkan, banyak pihak yang merespons positif langkah Gus Dur yang memberikan kebebasan menjalankan agama, adat, budaya, dan tradisi Tionghoa itu.

Kalangan Tionghoa sangat berterima kasih kepadanya sehingga Gus Dur mendapat sebutan Bapak Tionghoa.

Sebutan ini tidak hanya diucapkan, tetapi juga dianugerahkan oleh masyarakat Semarang, Jawa Tengah, saat Perayaan Cap Go Meh di Klenteng Tay Kek Sie, 10 Maret 2004. (mrk/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler