jpnn.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memperkirakan impor elpiji pada 2018 naik dua persen jika dibandingkan tahun ini.
Kenaikan impor elpiji sejalan dengan kenaikan konsumsi pada tahun depan yang diperkirakan mencapai lima persen.
BACA JUGA: Puncak Konsumsi BBM Diprediksi 23 Desember
Direktur Pemasaran Pertamina Muchamad Iskandar mengungkapkan, meski impor elpiji naik, porsi impor terhadap total kebutuhan elpiji di Indonesia masih sama jika dibandingkan tahun ini.
’’Sebab, ada peningkatan produksi juga dari beberapa kilang dalam negeri,” kata Iskandar, Kamis (21/12).
BACA JUGA: Caplok PGN, Jalan untuk Selamatkan Bisnis Gas Pertamina?
Pada tahun ini, impor elpiji diperkirakan berada di angka 4,9 juta sampai 5 juta metrik ton.
Dari angka tersebut, sebanyak 90 persen diimpor dari Timur Tengah.
BACA JUGA: Akhir Tahun, Permintaan Elpiji Naik 4 Persen
Beberapa kilang Pertamina yang digunakan untuk mengolah elpiji adalah Pangkalan Brandan, Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, maupun Mundu.
Namun, kilang elpiji Pangkalan Brandan dan Mundu merupakan kilang elpiji yang operasinya terpisah dari kilang minyak dengan bahan baku berupa gas alam.
Sedangkan konsumsi epiji pada 2018 diperkirakan mencapai 7,245 juta hingga 7,445 juta metrik ton.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyebutkan, selama ini kandungan gas yang digunakan untuk elpiji merupakan jenis C4 (refrigerated butane) dan C3 (refrigerated propane).
’’Sedangkan kandungan gas yang ada di Indonesia lebih banyak ditemukan jenisnya C1 (refrigerated methane). Sebenarnya beberapa juga ditemukan berkandungan C3 dan C4, tetapi sangat sedikit dan tidak mampu menutupi kebutuhan yang ada,” ujarnya. (vir/c17/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hoding Tak Direstui DPR, PGN Harusnya Akuisisi Pertagas
Redaktur & Reporter : Ragil