Indah Damayanti, Bocah 9 Tahun Itu Begitu Cepat Dipanggil Tuhan

Kamis, 23 April 2020 – 11:54 WIB
Mendiang Luh Putu Indah Damayanti semasih hidup. Foto: I PUTU MARDIKA/BALI EXPRESS

jpnn.com, BULELENG - Bocah kelas 3 SD bernama Luh Putu Indah Damayanti (9), meninggal dunia. Indah menderita demam berdarah (DB).

Siswi SDN 6 Banyuning ini meninggal pada Senin (20/4) sore di RSUD Buleleng setelah terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD).

BACA JUGA: Bukan Hanya Terancam Corona, Indonesia Juga Waspada Demam Berdarah

Suasana duka masih menyelimuti rumah korban di Jalan Setiabudi, Gang Saraswati, Kelurahan Banyuning Timur, Kecamatan Buleleng, Bali. Sejumlah kerabat korban masih berdatangan untuk menyampaikan bela sungkawa.

Ayah korban, Gede Agus Laba (38) nampak tak kuasa menahan kesedihannya. Ia tak menyangka anaknya begitu cepat dipanggil Tuhan.

BACA JUGA: Waspada! Penderita Demam Berdarah Sudah Mencapai 160 Orang

Kepada awak media, Laba sempat menjelaskan kronologi putri pertamanya itu mengalami demam hingga dirawat di RSUD Buleleng.

Laba mengatakan, putri kesayangannya itu sempat mengalami demam tinggi dengan suhu mencapai 37 derajat celcius pada Kamis (16/4) lalu.

BACA JUGA: Griya Tulakan Banjir Darah

Kemudian keesokan harinya, Jumat (17/4), korban sempat dibawa ke Puskesmas setempat untuk berobat. Bahkan, pada Sabtu (18/4) korban sudah dinyatakan sembuh oleh dokter setelah diberikan obat, hingga diperbolehkan pulang karena kondisinya membaik.

Rupanya pada Minggu (19/4) kondisinya kembali drop. Gadis  malang itu tiba-tiba muntah dan lemas. Hingga pada Minggu sore, Laba langsung melarikan anaknya ke RSUD Buleleng.

"Saya bawa ke RSUD. Sampai di sana, dokter bilang kalau trombositnya sudah turun sekali. Dikasih minum, muntah terus. Tapi kondisinya sadar, masih bisa ngomong. Sempat minta pulang," ujar Laba.

Setelah satu hari berjuang di rumah sakit, putri pertamanya  itu pun akhirnya menghembuskan nafas terkahir. Ia meninggal dunia pada Senin (20/4) sore. Rencananya, jenazah Damayanti akan dikremasi pada Kamis (23/4) mendatang dengan upacara mekinsan di geni.

"Sangat tidak menyangka dia meninggal karena DB, karena tetangga sekitar tidak ada yang kena DB. Keluar rumah juga jarang. Paling hanya main ke rumah neneknya di gang sebelah," aku Laba.

Terpisah, Dirut RSUD Buleleng Gede Wiartana membenarkan jika pasien meninggal karena positif DBD. Hal ini dibuktikan dengan kondisi pasien saat diterima dalam keadaan Dangue Shock Syndrome. Artinya, kesadarannya menurun, ujung kaki dan tangan dingin, serta trombositnya turun hingga 19 per mikroliter.

"Ada pendarahan juga dilambungnya sehingga sempat muntah darah. Jadi gejala klinisnya cocok dengan DBD.  Sudah sempat ditolong oleh dokter anak dan dokter anestesi, namun memang kondisinya semakin drop," ujarnya. (bx/dik/yes/JPR)

 

 


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler