JAKARTA - Pasar bebas Asean (Asean Economic Community) 2015 sebentar lagi. Namun sejumlah pengusaha berpendapat Indonesia belum siap menghadapinya. Salah satunya Kamar Dagang Indonesia (Kadin).
Ketua Kadin Suryo Bambang Sulisyto mengatakan AEC 2015 bertujuan memperkuat ekonomi Asean ditengah lesunya perekonomian global. Namun, lanjut Suryo, yang harus diperhatikan AEC 2015 juga dijadikan sebagai arena persaingan antar anggota Asean. AEC tersebut membebaskan arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja dari dan ke Indonesia.
"Yang perlu diingat Indonesia memiliki 40 persen dari populasi Asean. Jangan sampai Indonesia diserang dan AEC ini menjadi boomerang bagi industri dalam negeri," terangnya. Dia mengatakan Indonesia memiliki sumber daya alam dan manusia yang diincar oleh negara Asean.
Untuk itu, pihaknya menghimbau pemerintah bersiap diri meningkatkan daya saing. Beberapa hal yang diperhatikan yakni infrastruktur dan kesiapan kesadaran sosial. Selain itu hal yang tidak kalah penting yakni meningkatkan integrasi peran swasta dan pemerintah dalam menggodok suatu regulasi.
"Di negara Singapura, Thailand, dan Malaysia sudah terbentuk integrasi itu tapi di Indonesia sangat kurang. Swasta sangat jauh dari pembuatan kebijakan. Indonesia harus berbenah untuk ini," katanya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi. Dia berkata infrastruktur yang belum memadai mebuat biaya produksi di Indonesia tinggi.
"Salah satunya bidang logistik yang kaitannya erat dengan kegiatan ekspor impor. "Kondisi pelabuhan di Indonesia sangat buruk, itu membuat biaya angkut Indonesia tinggi. Itu berpengaruh pada harga jual dan daya saing kita di pasar ekspor," terangnya
Jika itu tidak diperbaiki, Sofjan menghimbau pemerintah menunda keikutsertaan Indonesia dalam AEC pada 2015 nanti. Dia tidak ingin kegagalan kerjasama dengan Tiongkok terjadi lagi. "Jika tidak masuk akal dan tidak ada kesiapan lebih baik minta diundur saja, dari pada kecolongan," ucapnya.
Sementara itu Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan kerja sama multilateral AEC 2015 dapat membantu Indonesia menekan defisit perdagangan. Krisis ekonomi yang ada di Amerika dan Eropa membuat Indonesia harus melakukan diversifikasi pasar.
"Dan saat ini yang sedang dipandang dunia adalah ekonomi timur, salah satunya Asean. Jadi kenapa tidak bekerja sama membangun pasar Asean yang solid. Apalagi secara geografis kita berdekatan," terangnya.
Menurutnya negara Asean yang saat ini cukup berpotensi dikembangkan yaitu Thailand, Myanmar, Singapura, dan Filipina. Bulan lalu, ekspor ke negara tersebut mengalami kenaikan yang cukup signifikan sekitar USD "623 juta hingga USD 2,1 miliar.(uma)
Ketua Kadin Suryo Bambang Sulisyto mengatakan AEC 2015 bertujuan memperkuat ekonomi Asean ditengah lesunya perekonomian global. Namun, lanjut Suryo, yang harus diperhatikan AEC 2015 juga dijadikan sebagai arena persaingan antar anggota Asean. AEC tersebut membebaskan arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja dari dan ke Indonesia.
"Yang perlu diingat Indonesia memiliki 40 persen dari populasi Asean. Jangan sampai Indonesia diserang dan AEC ini menjadi boomerang bagi industri dalam negeri," terangnya. Dia mengatakan Indonesia memiliki sumber daya alam dan manusia yang diincar oleh negara Asean.
Untuk itu, pihaknya menghimbau pemerintah bersiap diri meningkatkan daya saing. Beberapa hal yang diperhatikan yakni infrastruktur dan kesiapan kesadaran sosial. Selain itu hal yang tidak kalah penting yakni meningkatkan integrasi peran swasta dan pemerintah dalam menggodok suatu regulasi.
"Di negara Singapura, Thailand, dan Malaysia sudah terbentuk integrasi itu tapi di Indonesia sangat kurang. Swasta sangat jauh dari pembuatan kebijakan. Indonesia harus berbenah untuk ini," katanya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi. Dia berkata infrastruktur yang belum memadai mebuat biaya produksi di Indonesia tinggi.
"Salah satunya bidang logistik yang kaitannya erat dengan kegiatan ekspor impor. "Kondisi pelabuhan di Indonesia sangat buruk, itu membuat biaya angkut Indonesia tinggi. Itu berpengaruh pada harga jual dan daya saing kita di pasar ekspor," terangnya
Jika itu tidak diperbaiki, Sofjan menghimbau pemerintah menunda keikutsertaan Indonesia dalam AEC pada 2015 nanti. Dia tidak ingin kegagalan kerjasama dengan Tiongkok terjadi lagi. "Jika tidak masuk akal dan tidak ada kesiapan lebih baik minta diundur saja, dari pada kecolongan," ucapnya.
Sementara itu Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan kerja sama multilateral AEC 2015 dapat membantu Indonesia menekan defisit perdagangan. Krisis ekonomi yang ada di Amerika dan Eropa membuat Indonesia harus melakukan diversifikasi pasar.
"Dan saat ini yang sedang dipandang dunia adalah ekonomi timur, salah satunya Asean. Jadi kenapa tidak bekerja sama membangun pasar Asean yang solid. Apalagi secara geografis kita berdekatan," terangnya.
Menurutnya negara Asean yang saat ini cukup berpotensi dikembangkan yaitu Thailand, Myanmar, Singapura, dan Filipina. Bulan lalu, ekspor ke negara tersebut mengalami kenaikan yang cukup signifikan sekitar USD "623 juta hingga USD 2,1 miliar.(uma)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Tunjuk Menteri ESDM Pimpin Tim Renegosiasi Gas Tangguh
Redaktur : Tim Redaksi