Indonesia Bisa Menjadi Pusat Manufaktur Mobil Listrik Asia Tenggara, Asalkan...

Rabu, 22 Mei 2024 – 06:10 WIB
Manufaktur mobil listrik. ilustrasi. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menurut Lembaga pendidikan bisnis International Institute of Management and Development (IMD), Indonesia secepatnya menyusun strategi untuk memperkuat posisinya sebagai pusat manufaktur mobil listrik (EV) Asia Tenggara.

Hal itu lantaran makin kuatnya ekspansi pabrikan Tiongkok ke pasar mobil listrik global.

BACA JUGA: Penjualan Mobil Listrik April 2024, Wuling Cloud EV Moncer

Direktur IMD Center for Future Readiness Howard Yu mengatakan produsen dari Tiongkok diprediksi menguasai sepertiga pasar mobil listrik global pada 2030, imbas dari harga yang bersaing dan inovasi yang agresif.

Terlebih beberapa produsen dari Tiongkok membanderol mobil listrik mereka dengan harga terjangkau.

BACA JUGA: Chery Meluncurkan Mobil Listrik Baru, Ada 2 Versi, Sebegini Harganya

"Langkah ini memberi produsen mobil listrik China keunggulan kompetitif, dan menjadi ancaman serius bagi para pemanufaktur mobil asal Eropa," kata Yu dalam keterangan resminya, Selasa.

Sejumlah produsen mobil listrik Tiongkok, ujar Yu, juga gencar melakukan ekspor ke sejumlah pasar di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

BACA JUGA: Wuling Berkontribusi 64 Persen dari Penjualan Mobil Listrik di Indonesia

Langkah tersebut dilakukan mereka untuk menyalurkan kelebihan kapasitas produksi di pasar domestik Tiongkok.

Oleh karena itu, Yu merekomendasikan sejumlah langkah dalam memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat manufaktur EV Asia Tenggara.

Pertama, mengembangkan kebijakan, aturan, dan insentif untuk mendukung adopsi dan manufaktur kendaraan listrik.

Misalnya, berupa pembebasan pajak, subsidi, infrastruktur pengisian daya, dan persyaratan kandungan lokal.

Kedua, fokus pada penyediaan listrik pada angkutan umum contohnya bus, kendaraan roda 2, roda 3 dan armada komersial, sebab lebih hemat biaya tertinggi.

Ketiga, menarik investasi asing dan kolaborasi untuk manufaktur kendaraan listrik, produksi baterai, dan pengolahan mineral.

Keempat, memanfaatkan cadangan nikel Indonesia yang besar dengan menawarkan insentif.

Dengan memberikan keringanan pajak dan subsidi kepada pembuat kendaraan listrik dan baterai, diharapkan bisa meningkatkan kemampuan pemrosesan dan manufaktur hilir untuk baterai dan kendaraan listrik.

Dengan begitu, Indonesia bisa bersaing dengan Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang, yang memiliki teknologi dan manufaktur baterai yang lebih unggul.

Kelima, mendorong kerja sama dengan negara Asia Tenggara lain untuk menyelaraskan standar kendaraan listrik, insentif, dan infrastruktur untuk menciptakan pasar dan rantai pasokan regional. (antara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wuling Binguo EV Menyelesaikan Touring Mobil Listrik Sejauh 1300 Km


Redaktur & Reporter : M. Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler