Indonesia Dapat Memanfaatkan Bonus Demografi di Masa Pandemi

Rabu, 07 Oktober 2020 – 18:58 WIB
PKSP Unas bekerja sama dengan Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlam Jakarta dan CIDES menggelar Webinar yang mengangkat thema 'Penguatan Daya Saing Industri Nasional Dalam Mempersiapkan Bonus Demografi 2030' di Jakarta, Rabu (7/10). Foto: Ist for jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Program Studi Hubungan Internasional Universitas Nasional (Unas) Irma Indrayani menyebut, Indonesia bisa belajar dari Jepang dalam memanfaatkan bonus demografi.

Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) sebelumnya memperkirakan, Indonesia mengalami bonus demografi hingga 64 persen dari 297 juta jiwa total penduduk pada 2030-2040 mendatang.

BACA JUGA: RUU Cipta Kerja Dinilai Bisa Cegah Terjadinya Bencana Demografi

Menurut Irma, Jepang pernah mengalami hal yang sama pada 1950 lalu dan mampu melesat menjadi negara maju dalam waktu 20 tahun.

"Jepang bahkan melesat menjadi negara dengan kekuatan ekonomi ketiga dunia pada dekade 70-an, setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet,” ujar Irma pada Webinar yang diselenggarakan PKSP Unas bekerja sama dengan Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlam Jakarta dan CIDES, di Jakarta, Rabu (7/10).

BACA JUGA: Australia Mengurangi Penerimaan Pengungsi di Tengah Pandemi COVID-19

Dalam webinar bertema 'Penguatan Daya Saing Industri Nasional Dalam Mempersiapkan Bonus Demografi 2030', Irma menyarankan memanfaatkan peluang di sektor industri untuk menyerap bonus demografi.

“Industri padat karya, minim modal, produk retail seperti produk makanan dan minuman, tekstil, furniture, logistik dan transportasi, bisa menjadi pilihan untuk menyerap banyak tenaga kerja,” ucapnya.

BACA JUGA: Rihanna Minta Maaf soal Lagu Hadis Nabi di Peragaan Pakaian Dalam

Irma juga menyatakan, para tenaga kerja yang merupakan dari bonus demografi harus dipersiapkan sehingga benar-benar memiliki skill dan kompetensi.

Tujuannya, agar bisa terserap ke dalam lapangan kerja yang ada.

Langkah lain, perlu dilakukan kampanye kemandirian pada produksi dalam negeri. Agar industri nasional bisa bertumbuh dengan baik dan mampu menyerap tenaga kerja yang besar.

Hal itu perlu segera dilakukan, apalagi mengingat banyak negara kini menutup pintu karena pandemi Virus Corona (COVID-19).

Webinar yang dipandu Ade Algifari. Narasumber lain yang hadir masing-masing staf khusus Menteri PPN/Kepala Bappenas Chairil Abdini, dan peneliti CIDES M Rudi Wahyono.

Dalam pemaparannya, Chairil Abdini sependapat dengan Irma.

Ia menilai industri manufaktur perlu didorong sebagai lokomotif penyerap bonus demografi. Karena secara tradisional terbukti kontribusinya dalam GDP.

"Meskipun peranannya cenderung turun dalam 10 tahun terakhir, kontribusi industri manufaktur dalam GDP masih yang terbesar," ucapnya.

Chairil lebih lanjut mengatakan, kapasitas industri manufaktur yang ada saat ini harus ditingkatkan agar dapat menyerap tenaga kerja lebih besar lagi. Salah satu caranya mengurangi impor barang sejenis.

"Jika ada kemandirian industri manufaktur, tentu akan terjadi penyerapan tenaga kerja yang luar biasa," pungkas Chairil.(gir/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler