Indonesia Diharapkan Berperan Jadi Produsen Kendaraan Listrik

Sabtu, 13 Agustus 2022 – 08:54 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita berfoto bersama dengan latar salah satu kendaraan listrik belum lama ini. Foto: Kemenko Perekonomian

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia bukan cuma pangsa pasar kendaraan listrik (EV) yang besar, namun juga tempat manufaktur kendaraan listrik.

Staf Khusus Menteri ESDM RI Agus Tjahjana sepakat dengan pernyataan Airlangga.

BACA JUGA: Transjakarta Akan Alihkan Seluruh Armada jadi Kendaraan Listrik

Apa lagi, kata Agus, tren otomotif dunia mulai beralih ke kendaraan listrik yang dipercaya akan membawa keuntungan bagi Indonesia.

“Kalau melihat dari pasar kita, yang ada sekarang, di ASEAN kita paling besar, bahkan dibandingkan Thailand. Masak masak kita hanya konsumen. Kita harus menempatkan diri harus menjadi produsen dong,” ujar Agus, Jumat (12/8/2022).

BACA JUGA: Menko Airlangga Dorong Pabrikan Mobil Hadirkan Kendaraan Listrik Murah, Ini Tujuannya

Menurut Agus, Indonesia merupakan penghasil nikel nomor satu di dunia. Ini bisa menjadi modal Indonesia bersaing sebagai pemain utama di kendaraan listrik.

“Mobil listrik dalam perkembangan ya menuju penggunaan baterai berbasis nikel kobalt dan mangan, NCM kita tahu bahwa nikel kita adalah yang jumlahnya sangat memadai di Indonesia, nomor satu di dunia. Pasar dalam negeri besar dan akan memerlukan baterai, baterai base nickel,” ujar Agus.

BACA JUGA: Perihal EBT, Indonesia Perlu Dorong Jepang Beralih Jadi Produsen Kendaraan Listrik

Namun dalam masa transisi, menurut Agus, Indonesia masih perlu berbenah untuk siap memproduksi maupun menggunakan mobil listrik.

“Begini, kalau mau ditanya sudah siap, masih belum, masih belum lengkap. Perlu waktu dan ini kan perubahan teknologi harus ada percepatan di berbagai area,” kata Agus.

Misalnya, tentang infrastruktur, charging station, maupun harga dan desain mobil yang belum kompetitif.

Sebelumnya, Menko Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini menerima ratusan kendaraan listrik yang akan digunakan pada KTT G-20.

Hal ini menunjukkan komitmen Presidensi Indonesia G20 dalam menjadi lead by example untuk isu transisi energi, lingkungan, dan perubahan iklim.

Dengan berbagai kebijakan yang telah diberikan tersebut, Menko Airlangga berharap agar utilitas EV dapat meningkat di kalangan masyarakat sehingga mampu memperkuat industri otomotif dalam negeri.

“Dengan fasilitas Pemerintah, Pemerintah berharap EV dapat dijual di dalam negeri dengan harga yang kompetitif dan tentu bisa mendorong produksi EV di Indonesia,” ujar Menko Airlangga.

Peran Menko Perekonomian 

Pakar ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai Menko Perekonomian Airlangga Hartarto adalah kunci untuk perkembangan industri kendaraan listrik (EV) di Indonesia.

Dia berharap Airlangga mampu menyelaraskan dan mengharmoniskan berbagai pihak dari kementerian ataupun BUMN untuk mempercepat akselerasi EV di Indonesia.

"Saya kira inilah peran dari Menko Perekonomian. Artinya kalau Menko bisa mengharmoniskan Kemenkeu, Kemen ESDM, dan PLN," ujar Fahmy.

Menurut dia, keberadaan ekosistem EV akan bermanfaat bagi PLN yang tengah mengalami kelebihan pasokan listrik.

Fahmy menilai PLN tidak akan keberatan membangun stasiun pengisian baterai, asalkan ada kepastian investasi.

"Bagi PLN, kalau ada kepastian bahwa investor akan masuk, maka saya yakin PLN akan mau membangun. Bagi PLN, ini kan juga mengatasi masalah over supply dari setrum yang dihasilkan. Namun, kalau tidak ada kepastian, PLN akan berhitung kerugian," ujar Fahmy.

Komitmen pemerintah sudah ditunjukkan lewat pernyataan Presiden Joko Widodo yang melarang ekspor nikel dan mendorong hilirisasi.

Nikel sangat penting bagi kendaraan listrik karena menjadi komponen utama dalam produksi baterai EV.

Dia menyayangkan komitmen itu tidak didukung dengan kinerja pemerintah pada tingkat kementerian.

"Kalau melihat komitmen Jokowi dalam pengembangan mobil listrik Indonesia itu kan sangat kuat sekali. Saya melihat pada tataran kementerian itu tampaknya tidak mendukung secara penuh komitmen Jokowi," ungkap Fahmy.

Fahmy mencontohkan insentif untuk industri EV banyak yang tidak terwujud. Padahal hal itu sudah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBL BB)/BEV Untuk Transportasi Jalan.

Menurut dia, ketika berbagai insentif bisa diberikan, maka harga EV akan bisa lebih murah sampai ke tangan konsumen. Sehingga akan memicu terciptanya ekosistem kendaraan listrik.

Oleh sebab itu, Fahmy mendorong komitmen Presiden Jokowi terkait EV juga dilaksanakan di tingkat kementerian. Dalam hal ini, Kemenko Perekonomian mendapati peran besar.

"Saya kira ujung tombaknya dari Kemenko Perekonomian untuk mengharmoniskan berbagai departemen untuk membuat komitmen, membuat road map. Dengan kepastian itu, secara simultan saya kira PLN juga bisa membangun infrastruktur tadi," tegas Fahmy.(fri/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler